"Perbanyaklah tafakkur kita untuk senantiasa menyelami dan menghayati akan segala nikmat-Nya yang merupakan rahmat dan kasih sayang-Nya yang tak pernah terputus"
Husnuzzan Billah artinya "Berbaik sangka kepada Allah S.w.t". Ajibah Al-Hasani membagi Husnuzzan Billah menjadi dua, yakni; Husnuzzan Billah orang awam dan Husnuzzan Billah orang khawash, sebagai berikut;
Husnuzzan Billah artinya "Berbaik sangka kepada Allah S.w.t". Ajibah Al-Hasani membagi Husnuzzan Billah menjadi dua, yakni; Husnuzzan Billah orang awam dan Husnuzzan Billah orang khawash, sebagai berikut;
1). Husnuzzan Billah orang awam timbul karena menyaksikan kebaikan dan karunia Allah S.w.t kepada dirinya, lalu bermuamalah dengan-Nya secara baik. Apabila diuji dengan keadaan sulit, ia segera mengingat dan menyadari kebaikan dan kasih sayang Allah S.w.t kepadanya, sehingga hatinya rela menghadapi ujian itu.
Kuat dan lemahnya Zann pada tingkatan orang awam ini, tergantung kepada kuat dan lemahnya tafakkur yang dilakukannya. Makin kuat tafakkurnya maka makin kuat pula husnuzzannya kepada Allah S.w.t, sebaliknya, makin lemah tafakkurnya, makin lemah pula husnuzzannya kepada Allah S.w.t.
Kuat dan lemahnya Zann pada tingkatan orang awam ini, tergantung kepada kuat dan lemahnya tafakkur yang dilakukannya. Makin kuat tafakkurnya maka makin kuat pula husnuzzannya kepada Allah S.w.t, sebaliknya, makin lemah tafakkurnya, makin lemah pula husnuzzannya kepada Allah S.w.t.
2). Husnuzzan Billah orang khawash timbul dari penyaksian keindahan dan kesempurnaan sifat Allah S.w.t. Husnuzzan mereka istiqamah dan tidak pernah putus, baik saat mereka mendapat kelapangan maupun ketika diuji. Segala ujian dan cobaan mereka pandang sebagai bentuk kasih sayang-Nya sehingga mereka senantiasa berbaik sangka terhadap Allah S.w.t.
Menurut Al-Hasani, ada dua perkara penting yang sangat luhur, yaitu; Husnuzzan Billah (berbaik sangka kepada Allah S.w.t) dan Husnuzzan bi ibadih (berbaik sangka kepada hamba-Nya), sebaliknya, ada dua perkara yang sangat buruk, yaitu; Suuzzan Billah (buruk sangka kepada Allah S.w.t) dan Suuzzan bi ibadihi (buruk sangka kepada hamba-Nya).
Dalam Hadist Qudsi, Abu Hurairah R.a meriwayatkan, bahwa Rasulullah S.a.w bersabda; "Allah S.w.t berfirman; 'Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada diri-Ku. Aku bersamanya setiap kali ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku ketika ia sendirian maka Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam sebuah kelompok, niscaya Aku mengingatnya dalam suatu kaum yang lebih baik daripada mereka. Jika ia mendekati-Ku dalam jarak sejengkal maka Aku mendekatinya dalam jarak satu hasta. Jika ia mendekat kepada-Ku dalam jarak satu hasta, Aku akan mendekat kepadanya dalam jarak satu depa. Apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan dating kepadanya dengan berlari-lari kecil.’.". (HR Bukhari).
Bersandar dari hadist tersebut, demi memperbaiki keadaan rohani murid-muridnya, sang guru bahkan berkata; "Jika engkau berprasangka baik kepada Allah S.w.t maka Dia pun akan menuruti sesuai dengan prasangka baikmu itu. Sebaliknya jika engkau berprasangka buruk kepada-Nya, Dia pun akan menurutinya sesuai dengan prasangkamu itu, karena itu bersangka baiklah agar kebaikan pula yang engkau dapatkan".
Bersandar dari hadist tersebut, demi memperbaiki keadaan rohani murid-muridnya, sang guru bahkan berkata; "Jika engkau berprasangka baik kepada Allah S.w.t maka Dia pun akan menuruti sesuai dengan prasangka baikmu itu. Sebaliknya jika engkau berprasangka buruk kepada-Nya, Dia pun akan menurutinya sesuai dengan prasangkamu itu, karena itu bersangka baiklah agar kebaikan pula yang engkau dapatkan".
Bersangka baiklah kepada Allah S.w.t, sebab seseorang akan senantiasa bersama 'apa saja' yang ada di dalam persangkaannya itu. Apabila ia dalam persangkaan yang buruk maka sebesar apapun nikmat yang diberi kepadanya sehingga ia memperolehnya, akan sulit ia lihat sebagai suatu rahmat dan kasih sayang-Nya karena 'terhalang' oleh buruk sangkanya sendiri sehingga ia tak bersyukur. Merupakan perwujudan dari buruk sangka ialah rasa kurang senang, atau bahkan benci, sedangkan Allah S.w.t berfirman;
Persangkaan yang buruk akan berhujung kepada sifat yang sangat tercela dan berbahaya yaitu tidak bersyukur (kufur nikmat), dan terdapat teguran yang amat tegas untuk itu, Allah S.w.t berfirman: "Jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS 14: 7), sedangkan sebaliknya huznuzzan billah akan melahirkan tawakkal dan ridha yang sebenarnya, maka janganlah kita masih menyembunyikan 'keraguan yang samar-samar' yakni rasa kurang senang dengan apa saja yang berlaku kepada kita. Tidak cukupkah kita dengan gugahan Allah S.w.t yang berkali-kali dalam surah ar-Rahman: “Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?”.
Seorang hamba yang huznuzzan billah, apapun ujian yang dilalui olehnya, baik sangkanya kepada Allah S.w.t membuat ia senantiasa ridha dan mensyukurinya, sebab dalam keadaannya itu (berbaik sangka) maka dalam pandangannya semua (baik susah maupun senang) itu adalah rahmat dan kasih sayang-Nya. Hamba yang demikian akan menjalani kehidupannya dengan tenang dan bahagia penuh keberkahan, sebab Allah S.w.t akan terus melimpahkan karunia dan menambah nikmat-Nya kepada hamba-Nya yang bersyukur. Firman Allah S.w.t: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu". (QS 14: 7).
Perbanyaklah tafakkur kita untuk senantiasa menyelami dan menghayati akan segala nikmat-Nya yang merupakan rahmat dan kasih sayang-Nya yang tak pernah terputus. Tiap detik, Allah S.w.t melimpahkan nikmat-Nya kepada setiap makhluk-Nya. Seperti nikmat umur, kesehatan, iman, dan nikmat dijadikan sebagai umat Nabi Muhammad S.a.w, (umat Islam), serta berbagai anugrah dan karunia lainnya yang tak terhitung banyaknya. Firman Allah S.w.t:
Artinya: "Dan jika kamu menghitung-hitung ni'mat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.". (QS An-Nahl [16]: 18).
Semoga kita menjadi hamba-Nya yang tawakkal dan ridha. Aamiin
Seorang hamba yang huznuzzan billah, apapun ujian yang dilalui olehnya, baik sangkanya kepada Allah S.w.t membuat ia senantiasa ridha dan mensyukurinya, sebab dalam keadaannya itu (berbaik sangka) maka dalam pandangannya semua (baik susah maupun senang) itu adalah rahmat dan kasih sayang-Nya. Hamba yang demikian akan menjalani kehidupannya dengan tenang dan bahagia penuh keberkahan, sebab Allah S.w.t akan terus melimpahkan karunia dan menambah nikmat-Nya kepada hamba-Nya yang bersyukur. Firman Allah S.w.t: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu". (QS 14: 7).
١٨. وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya: "Dan jika kamu menghitung-hitung ni'mat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.". (QS An-Nahl [16]: 18).
Semoga kita menjadi hamba-Nya yang tawakkal dan ridha. Aamiin
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
Wallahu warasuluhu a'lam bi shawwab. wassalam
Baca juga: Amanah, dalam Uraian Ringkas
EmoticonEmoticon