Keterbatasan Akal Manusia

Di antara rahmat dan kasih sayang Allah S.w.t ialah dengan pengutusan para Rasul, merekalah yang menyampaikan berita-berita da­ri Allah S.w.t kepada kita, menyangkut apa yang diinginkan-Nya untuk kita ketahui


Tidak mungkin kita bisa sampai pada semua apa yang menjadi tuntutan Allah hanya dengan bantuan akal semata, bagaimana kita menyembah­-Nya, apa saja yang merelakan-Nya dan apa saja yang membuat-Nya murka.

Yang paling puncak dari pencapaian akal adalah keyakinan kita bahwa ada Tuhan di alam raya ini. Maka, akal merenungkan tanda-tanda kebesaran Tuhan yang tercermin pada penciptaan langit, bumi, matahari, bintang, dan seterusnya.

Renungan demikian itu dapat mengantarkan kita pada keyakinan bahwa ada Pencipta Yang Maha Agung, Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu itu. Sebab tidak ada kemampuan bagi manusia mewujudkannya. Tidak ada orang yang mengaku bisa menciptakan matahari, bulan, bintang-bintang dan bumi. Tidak ada seorangpun yang mengaku bahwa ia adalah yang menciptakan dirinya sendiri, setinggi apapun kekuatan ilmunya.

Semua itu di luar jangkauan kemampuan ma­nusia, meskipun seandainya umat manusia ber­kumpul dengan satu kata sepakat untuk menciptakan semuanya. Maka, alam raya ini pasti ada Penciptanya. Dia-lah yang megadakannya dan Dia itulah yang mewujudkan kita.

Siapakah Sang Pencipta itu? dan apa yang Dia inginkan dari kita? Itu adalah persoalan di luar jangkauan akal, tidak mungkin akal manusia mampu mencapainya. Hal itu disebabkan kemampuan akal manusia maksimal terhenti pada dalil bahwa alam raya ini memang ada Penciptanya, tetapi siapakah Nama-Nya? Apa yang Dia inginkan dari kita? Bagaimana cara kita mendekatkan diri kepada-Nya? Apa yang membuat Dia rela dari kita, dan apa saja yang menyebabkan murka-Nya? Itu semua merupakan persoalan yang berada di luar akal manusia.

Untuk mempermudah pemahaman kita terhadap masalah ini, kami katakan sebagai contoh: Jika kita sedang duduk di dalam ruangan tertutup, lalu kita dengar suara ketukan pintu, paling jauh apa yang terjangkau oleh akal pikiran kita adalah bahwa ada seseorang yang sedang mengetuk pintu. Tetapi siapakah dia? Apakah dia orang laki-laki ataukah perempuan ataukah anak-anak? Lalu apa yang dia inginkan dari kita? Apakah dia bermaksud baik atau buruk terhadap kita? Apakah dia membawa sesuatu kebaikan yang bermanfaat bagi kita ataukah tidak membawa sesuatu apapun? Apakah dia datang untuk menyampaikan hal-hal yang belum kita ketahui, ataukah bagaimana? Itu semua tidak akan terjangkau oleh kita kecuali bilamana kita berdiri dan membuka pintu.

Tetapi Allah S.w.t Maha Pemurah dan Maha Pemberi. Karena itulah Dia tidak akan meninggalkan kita dalam kebingungan. Dia mengutus para Rasul kepada kita untuk membukakan pintu-pintu langit dan memberitakan kepada kita bahwa Pencipta alam raya ini adalah Allah S.w.t, dan bahwa Dia menginginkan dari kita agar beribadah kepada-Nya.

Untuk tidak tersesat dalam beribadah, Dia memberikan kepada kita batasan-batasan dan metode pelaksanaannya. Dia memberitakan kepada kita tentang adanya kehidupan lain yang bersifat kekal abadi. Dia menyediakan bagi orang-orang yang tunduk kepada aturan-aturan-Nya suatu kenikmatan yang luar biasa, dan menyiapkan bagi orang-orang yang melanggar ketentuan-ketentuan hukum-Nya suatu siksa yang sangat menyakitkan.

Itulah sebabnya, maka rahmat dan kasih sayang Allah menghendaki agar kehidupan manusia di atas bumi ini diawali dengan pengutusan para Rasul. Merekalah yang menyampaikan berita-berita da­ri Allah S.w.t kepada kita menyangkut apa yang diinginkan-Nya untuk kita ketahui, yaitu bahwa Dia-­lah Allah Sang Pencipta, Yang Mengadakan segala sesuatu, dan Yang Menetapkan bagi kita aturan-aturan kehidupan yang harus kita ikuti.

~ Syekh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi ~
Al Khoir wa Syar

Previous
Next Post »