Bersyukur

"Jika kita bersyukur, Allah akan menambah nikmat-Nya kepada kita, dan jika mengingkarinya, sesungguhnya azab-Nya sangat pedih"

Tiap detik, Allah S.w.t melimpahkan nikmat-Nya kepada setiap makhluk. Misalnya, nikmat umur, iman, dan Islam. ''Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya.'' (QS. 16: 18).

Kita wajib bersyukur kepada Allah atas berbagai nikmat-Nya. Menurut Imam Al-Ghazali, bersyukur adalah salah satu maqam yang lebih tinggi dari sabr, khauf kepada Allah dan maqam lainnya. Bila kita bersyukur berarti kita telah menempatkan nikmat Allah pada tempat yang sesungguhnya. Wujud syukur yang sebenarnya adalah melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Syekh Abul Laits as-Samarqandi dalam Tanbih Al-Ghafilin membagi syukur menjadi tiga macam.

1). Jika seseorang menerima nikmat, maka ingatlah ia kepada yang memberi untuk memuji padanya.
2). Ia ridha dan puas terhadap nikmat yang diterima.
3). Selama ia merasakan manfaat nikmat itu, maka ia tidak menggunakannya untuk perbuatan maksiat.

Seorang hakim berkata, Saya sibuk mensyukuri empat macam:

1). Allah telah menjadikan seribu macam makhluk, sedang yang termulia dari semua itu anak Adam, lalu Allah menjadikan aku dari anak Adam.
2). Allah telah melebihkan orang lelaki daripada wanita, lalu menjadikan aku lelaki.
3). Saya mengetahui bahwa Islam itu sebaik-baik agama, dan yang diterima oleh Allah, lalu saya dijadikan seorang muslim.
4). Saya mengetahui bahwa umat Muhammad itu paling utamanya umat, lalu Allah menjadikan aku dari umat Muhammad S.a.w.

Sedangkan Ibnu Abbas R.a meriwayatkan, Nabi Muhammad S.a.w bersabda, ''Dua macam nikmat yang kebanyakan manusia rugi (lalai) dalam menerima keduanya, yaitu nikmat sehat afiat dan libur (kelowong waktu). Jarang orang yang dapat menggunakan dengan sungguh-sungguh masa sehat dan libur itu.''.

Imam Al-Ghazali mengemukakan tiga cara bersyukur kepada Allah S.w.t, berikut ini.

1). Bersyukur dengan hati, yaitu mengakui dan menyadari segala nikmat Allah.
2). Bersyukur dengan lidah (lisan), yaitu mengucapkan ungkapan rasa syukur. Seorang ulama berkata, ''Barangsiapa merasa menerima nikmat, hendaknya ia membaca banyak hamdalah (alhamdulillah). Dan barangsiapa yang sering risau, hendaklah ia sering membaca istighfar (astaghfirullah), dan barangsiapa merasa tertekan oleh kemiskinan, hendaknya ia membaca: "laa hawla wa laa quwwata illaa billahi al-aliyyi al-adziimi".
3). Bersyukur dengan amal perbuatan, yaitu mengamalkan dan memanfaatkan anggota tubuh sesuai dengan agama. Bagi al-Ghazali, anggota tubuh yang terpenting meliputi mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan (kelamin), dan kaki.

Jika kita bersyukur, Allah akan menambah nikmat-Nya kepada kita, dan jika mengingkarinya, azab-Nya sangat pedih (Q.S. 14:7). Bila kita bersyukur, sesungguhnya kita bersyukur untuk kebaikan sendiri (Q.S. 27:40; 31:12). Ada empat orang yang diberi keuntungan dunia dan akhirat: orang yang menggunakan lidahnya untuk berdzikir, hatinya untuk bersyukur, badannya untuk bersabar, dan memiliki istri mukminah shalihah.

Wallahu a'lam. Wassalam



Previous
Next Post »