“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.”. (QS Al-Muzzammil [73]: 1-5).
Bagaimana istimewanya shalat Tahajjud bagi Nabi Muhammad SAW? Hal ini dapat disimak dari kesaksian Sayyidah Ummu Salamah ketika melihat Nabi terbangun dari tidurnya seolah terguncang dan berucap, “Subhanallah! Betapa banyak bencana dan kesengsaraan yang jatuh ke bumi pada dua pertiga malam. Betapa banyaknya rahmat dan karunia Allah yang tercurah.”
Ucapan Nabi ini ditujukan kepada mereka yang waspada dan menolong diri sendiri dari bencana yang akan datang dan mempersiapkan dirinya untuk menerima anugerah rahmat Allah.
Nabi selanjutnya mengatakan, “Bangunlah wahai orang yang tidur (untuk shalat Tahajjud). Mereka memakai pakaian yang indah dan menarik. Namun, pada Hari Kemudian mereka akan dibangkitkan tanpa sehelai pakaian pun (karena mereka tidak punya akhlaq yang baik untuk ‘menutupi’ dirinya).”
Bagaimana Nabi melaksanakan shalat Tahajjud? Keterangan akan hal itu dapat disimak dari penuturan Abdullah bin Abbas. Sepupu Nabi ini mengatakan, “Aku ingin melihat bagaimana Nabi SAW melakukan shalat Tahajjud.
Pada suatu malam aku pergi ke rumah bibiku, istri beliau, yang bernama Sayyidah Maimunah, dan menginap di sana (pada waktu itu Abdullah masih anak-anak dan Maimunah sedang datang bulan). Aku tidur di sisi lebar tempat tidur, sedangkan Nabi SAW dan istrinya tidur di bagian panjangnya. Aku pura-pura tidur.
Setelah shalat Isya, Nabi SAW kembali ke kamar Maimunah dan melakukan shalat sunnah empat rakaat. Setelah itu Beliau berbicara sebentar dengan istrinya, lalu tidur.
Dua Belas Rakaat
Kurang lebih menjelang tengah malam, beliau bangun, duduk, dan mengusap kantuk dari wajah dan matanya. Beliau membaca sepuluh ayat terakhir ayat Ali Imran, lalu berwudhu dengan air dari tempat air yang terbuat dari kulit yang disimpan di kamarnya. Lalu, Beliau berdiri untuk melakukan shalat.
Ketika aku melihat Beliau memulai shalat, aku pun bangkit berwudhu dan shalat bersamanya. Aku berdiri di sisi kiri Beliau. Nabi SAW menarikku agar berdiri di sebelah kanannya. Beliau melakukan sahalat Tahajjud dua belas rakaat, lalu shalat Witir. Setelah itu Beliau tertidur.
Menjelang waktu shalat Subuh, muadzin datang dan memberi tahu Beliau. Beliau bangkit, shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat Subuh, dengan membaca surah-surah pendek pada setiap rakaat. Lalu, Beliau pergi ke masjid dan shalat Subuh tanpa berwudhu lagi.” (HR Al-Bukhari).
Apa yang dilakukan Ibnu Abbas mengikuti shalat Tahajjud Nabi juga diikuti oleh para sahabat lainnya. Sayyidah Aisyah meriwayatkan, Nabi SAW biasanya shalat Tahajjud dengan berdiri di tempat terbuka dekat hujrah (kamar) Beliau. Namun, dinding di sekelilingnya amat rendah. Jadi, ketika orang melihat Beliau sedang shalat Tahajjud, mereka pun bermakmum kepadanya.
Esok paginya mereka bercerita tentang shalat itu. Ketika yang lain mendengarnya, mereka pun ikut Tahajjud pula bersama Beliau. Hal ini berlangsung selama dua atau tiga malam.
Pada malam berikutnya Nabi Muhammad SAW tidak keluar dari kamarnya. Beliau shalat Tahajjud di dalam kamar. Pagi harinya, orang-orang ini menemui Nabi dan menanyakan mengapa Beliau tidak keluar untuk shalat Tahajjud. Beliau menjawab, jika mereka terus-menerus melakukan shalat Tahajjud berjama’ah, Beliau khawatir umat akan menganggapnya sebagai shalat wajib (HR Al-Bukhari). Bagi Nabi SAW Tahajjud adalah wajib, tapi bagi umat Tahajjud adalah sunnah.
Di dalam Kitab Suci Al-Qur’an disebutkan bahwa, setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama, tidak segera turun wahyu berikutnya. Ada jarak yang cukup lama. Wahyu berikutnya dimulai dengan perintah, “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.” – QS Al-Muzzammil (73): 1-5.
Dunia Islam - majalah-alkisah.com
Baca juga:
- Hak Nabi SAW atas Ummatnya
- Zuhudnya Rasulullah SAW
- Kasih Sayang Rasulullah SAW
EmoticonEmoticon