Kasih Sayang Rasulullah S.A.W

"Rasulullah S.a.w menyayangi orang yang menyakitinya, dan (bahkan) mendoakan orang yang akan membunuhnya"


Siang itu udara begitu panas. Bau anyir darah memenuhi bukit Uhud. Rintihan kesakitan prajurit yang luka terdengar di mana-mana. Para sahabat banyak yang tergeletak berlumuran darah. Kaum kafir Quraisy yang berada di atas angin merasa kemenangan sudah berada di tangan mereka. Tujuan mereka menghancurkan kaum muslimin.

Maka para sahabat pun mendesak Rasulullah S.a.w untuk berdoa kepada Allah S.w.t agar kaum musyrikin dihancurkan. Tapi Rasulullah S.a.w memilih bersikap rahmah, kasih sayang dan memberi maaf kepada musuh-musuhnya. Rasulullh berdoa, “Ya Allah ya Tuhan kami, berilah kaumku petunjuk, sebab mereka belum mengerti”. Itulah kasih sayang Rasulullah S.a.w, sikap yang tepat di saat kritis.

Sabda Rasulullah S.a.w lagi, “Sesungguhnya Allah sangat berbelas kasihan dan menyukai kasih sayang, lemah lembut dalam segala hal”. (HR Bukhari dan Muslim).

Kasih sayang ialah perasaan halus, yaitu suka memberi maaf dan berlaku kasih sayang kepada sesama makhluk Allah S.w.t. Islam mengajarkan sikap berkasih sayang berlaku untuk semua makhluk Allah S.w.t, tidak hanya kepada segolongan manusia atau sebagian kaum muslimin. Dalam hal ini Rasulullah S.a.w memberikan tuntunan dalam sabdanya, “Sayangilah orang-orang di bumi supaya engkau disayang oleh yang di langit.” (HR Tabhrani).

Kasih sayang terhadap sesama makhluk adalah ajaran islam yang sangat ditekankan oleh Rasululah S.a.w sebagai perwujudan dan kesempurnaan iman.

Adapun sebaik-baiknya suri tauladan ialah perilaku Rasulullah S.a.w, sebab di dalam setiap aktifitas apa pun Beliau selalu memberi contoh dengan akhlak yang luhur. Itu tak berarti mengurangi sikap tegas menghadapi mereka yang menentang agama Allah, sebagaimana yang diajarkan dalam Al-Qur’an surah Al-Fath ayat 29, “Muhammad itu utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dia (bersikap) tegas terhadap orang kafir, (tetapi) berkasih sayang kepada sesama mukmin”.

Dalam tafsir Al-Ghazali yang dimaksud dengan sikap tegas ialah dalam rangka menjaga aqidah. Tegas bukan berarti kasar, tetapi “keras” dalam mempertahankan ajaran dan pendirian. Tapi, dalam hubungan pergaulan secara horizontal, muamalah, harus luwes.

Dalam salah satu riwayat diceritakan bagaimana Rasulullah S.a.w menghormati jenazah seorang yahudi yang lewat di depan Beliau, dengan ikut berdiri menghormatinya. Itulah perilaku luhur tokoh teladan umat dalam bergaul dengan segala lapisan masyarakat.

Adapun makna hakiki kasih sayang yang bisa kita lihat dalam perilaku Rasulullah S.a.w. Bahkan Beliau tidak begitu peduli apabila suatu saat dilecehkan. Lain halnya jika itu menyangkut kehormatan Allah, ataupun agama, Beliau akan menegakkan marwah, harga diri dengan sungguh-sungguh.

Khusus kasih sayang Rasulullah S.a.w kepada umatnya, bahkan terbawa sampai menjelang wafatnya. Beberapa saat sebelum wafat, Beliau sangat memprihatinkan umatnya, dengan menyebut berkali-kali, “Ummati, ummati...” (Umatku, umatku...). Berbeda dengan sebagian Rasul sebelumnya yang justru mendoakan umatnya agar Allah S.w.t menghancurkan mereka, karena mereka memang durhaka. Misalnya Nabi Nuh, Nabi Luth, atau Nabi Yunus A.s.

Cukup banyak riwayat yang menceritakan betapa Rasulullah S.a.w mampu meluluhkan kekerasan dan keangkuhan dengan kasih sayang, sehingga orang berubah menjadi simpatik.

Cerita yang sangat terkenal ialah, seorang wanita yang suka meludahi setiap kali Rasulullah S.a.w melintas di depan rumahnya untuk shalat ke masjid. Suatu hari Rasulullah S.a.w tidak melihat wanita itu meludahi, Beliau merasa heran. Rasulullah S.a.w lalu bertanya kepada para tetangganya di mana gerangan si wanita itu. Ternyata dia sakit. Lihatlah betapa agung akhlak manusia besar ini. Bukannya marah dan menyimpan dendam, tapi Beliau merupakan orang pertama yang menjenguk wanita itu dan menghiburnya. Tak ayal, kontan wanita tersebut terharu dan menangis. “Rasulullah adalah yang pertama menjengukku, padahal setiap hari aku menyakiti dia. Sungguh sangat mulia pribadinya”, katanya. Setelah kejadian itu ia pun memeluk Islam.

Sabda Rasulullah S.a.w, “Anda lihat, orang-orang beriman itu saling mengasihi, cinta-mencintai dan saling menolong, seperti tubuh, kalau ada salah satu anggota tubuh yang sakit, seluruh tubuh ikut menderita, tidak dapat tidur karena menderita panas.” (HR Bukhari). Dan prinsip ini Beliau pegang secara konsisten.

Dalam salah satu hadits Beliau S.a.w berdabda, “Tidak sempurna iman kalian sehingga kalian saling menyayangi”. Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah kami berkasih sayang". Nabi bersabda, “Kasih sayang yang dimaksud bukan sekedar sayang kepada salah seorang teman dalam lingkup terbatas, tapi kasih sayang secara menyeluruh.” (HR Tabhrani).

Wassalam



Lihat juga kategori: Rasulullah S.A.W | Maulid | Shalawat | Download | Aswaja
Previous
Next Post »