“Barang siapa mengatakan bahwa dirinya telah menggabungkan kecintaan kepada dunia dan kecintaan kepada Tuhan, Yang Menciptakannya, sesungguhnya ia telah berdusta”
Pada bahasan yang lalu, kita telah mengikuti uraian pengarang tentang Imam Syafi‘i. Dalam lanjutan uraiannya berikut ini, pengarang masih berbicara tentang beliau, yaitu tentang sifat kezuhudan dan kedermawanannya. Marilah kita simak penjelasannya berikut ini.
Pengarang mengatakan: Ahmad bin Yahya berkata: Pada suatu hari Asy-Syafi‘i keluar dari pasar lampu lalu kami mengikutinya. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang membodoh-bodohkan seorang lelaki lain yang termasuk ahli ilmu. Maka Asy-Syafi‘i menoleh ke arah kami dan mengatakan:
“Bersihkanlah pendengaranmu dari mendengarkan kata-kata yang kotor ini, sebagaimana kamu bersihkan lidahmu dari menuturkannya. Karena sesungguhnya orang yang mendengar sesuatu itu adalah sekutu orang yang mengucapkannya. Dan sesungguhnya orang yang kurang akalnya benar-benar memandang sesuatu yang paling kotor di wadahnya, lalu ia berkeinginan keras untuk menuangkannya ke wadah kalian. Seandainya kalimat orang yang kurang akalnya itu ditolak, niscaya orang yang menolaknya itu akan berbahagia sebagaimana menjadi sengsara orang yang mengucapkannya.”.
“Bersihkanlah pendengaranmu dari mendengarkan kata-kata yang kotor ini, sebagaimana kamu bersihkan lidahmu dari menuturkannya. Karena sesungguhnya orang yang mendengar sesuatu itu adalah sekutu orang yang mengucapkannya. Dan sesungguhnya orang yang kurang akalnya benar-benar memandang sesuatu yang paling kotor di wadahnya, lalu ia berkeinginan keras untuk menuangkannya ke wadah kalian. Seandainya kalimat orang yang kurang akalnya itu ditolak, niscaya orang yang menolaknya itu akan berbahagia sebagaimana menjadi sengsara orang yang mengucapkannya.”.
Kemudian pengarang melanjutkan uraiannya: Asy-Syafi‘i mengatakan bahwa seorang bijak menulis surat kepada seorang bijak yang lain, dan mengatakan:
“Sesungguhnya engkau telah dianugerahi ilmu, maka janganlah engkau kotori ilmumu dengan kegelapan dosa-dosa yang membuatmu akan berada dalam kegelapan ketika para ahli ilmu berjalan dengan cahaya ilmu mereka.”
“Sesungguhnya engkau telah dianugerahi ilmu, maka janganlah engkau kotori ilmumu dengan kegelapan dosa-dosa yang membuatmu akan berada dalam kegelapan ketika para ahli ilmu berjalan dengan cahaya ilmu mereka.”
Mengenai kezuhudan Asy-Syafi‘i, (tergambar dari apa yang) ia katakan, “Barang siapa mengatakan bahwa dirinya telah menggabungkan kecintaan kepada dunia dan kecintaan kepada Tuhan Yang Menciptakannya, sesungguhnya ia telah berdusta.”.
Suatu ketika cambuk beliau terjatuh dari tangannya, lalu seseorang mengangkatkannya kepada beliau. Maka sebagai imbalan atasnya, Asy-Syafi‘i memberikan kepadanya lima puluh dinar. Kemurahan Asy-Syafi‘i lebih terkenal daripada matahari.
Penjelasan Pengasuh
Sangat banyak contoh yang menunjukkan kemurahan Imam Syafi‘i. Di antaranya yang diriwayatkan oleh Al-Humaidi, “Asy-Syafi‘i berangkat ke Yaman bersama seorang penguasa. Kemudian beliau pergi ke Makkah dengan membawa sepuluh ribu dirham. Lalu beliau membuat kemah di suatu tempat di luar kota Mekkah. Orang-orang mendatanginya namun beliau tetap berada di tempatnya, hingga beliau menghabiskannya semua. Suatu kali beliau keluar dari kamar mandi, lalu beliau berikan kepada penjaga kamar mandi itu harta yang banyak.”
~ Al-Mursyid Al-Amin Karya Al-Ghazali - Diasuh oleh: K.H. Saifuddin Amsir ~
Baca juga:
- Imam Syafi'i - Biografi
- Imam Syafi‘i - Pengembaraannya Mencari Ilmu
- Imam Syafi'i - Sang Imam dan Sultan Harun Ar-Rasyid
- Imam Syafi'i - Keteguhannya Membela Sunnah
- Keikhlasan Imam Syafi'i
EmoticonEmoticon