Kezuhudan dan Kedermawanan Imam Syafi‘i

Ba­rang siapa mengatakan bahwa diri­nya telah menggabungkan kecintaan ke­pada dunia dan kecintaan kepada Tu­han, Yang Menciptakannya, sesungguh­nya ia telah berdusta

Pada bahasan yang lalu, kita telah mengikuti uraian pengarang tentang Imam Syafi‘i. Dalam lanjutan uraiannya berikut ini, pengarang masih berbicara tentang beliau, yaitu tentang sifat kezuhudan dan kedermawanannya. Marilah kita simak penjelasannya berikut ini.

Pengarang mengatakan: Ahmad bin Yahya berkata: Pada suatu hari Asy-Syafi‘i keluar dari pasar lampu lalu kami mengikutinya. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang membodoh-bodohkan seorang lelaki lain yang ter­masuk ahli ilmu. Maka Asy-Syafi‘i menoleh ke arah kami dan mengatakan:

Bersihkanlah pendengaranmu dari mendengarkan kata-kata yang kotor ini, sebagaimana kamu bersihkan lidahmu dari menutur­kannya. Karena sesungguhnya orang yang mendengar sesuatu itu adalah sekutu orang yang mengucapkannya. Dan sesungguhnya orang yang kurang akalnya benar-benar memandang se­suatu yang paling kotor di wadahnya, lalu ia berkeinginan keras untuk me­nuang­kannya ke wadah kalian. Seandai­nya kalimat orang yang kurang akalnya itu ditolak, niscaya orang yang menolak­nya itu akan berbahagia sebagaimana menjadi sengsara orang yang mengucapkannya.”.

Kemudian pengarang melanjutkan uraiannya: Asy-Syafi‘i mengatakan bahwa se­orang bijak menulis surat kepada se­orang bijak yang lain, dan mengatakan:

Sesungguhnya engkau telah dianuge­rahi ilmu, maka janganlah engkau kotori ilmumu dengan kegelapan dosa-dosa yang membuatmu akan berada dalam kegelapan ketika para ahli ilmu berjalan dengan cahaya ilmu mereka.

Mengenai kezuhudan Asy-Syafi‘i, (tergambar dari apa yang) ia katakan, “Ba­rang siapa mengatakan bahwa diri­nya telah menggabungkan kecintaan ke­pada dunia dan kecintaan kepada Tu­han Yang Menciptakannya, sesungguh­nya ia telah berdusta.”.

Suatu ketika cambuk beliau terjatuh dari tangannya, lalu seseorang meng­angkatkannya kepada beliau. Maka se­bagai imbalan atasnya, Asy-Syafi‘i mem­berikan kepadanya lima puluh dinar. Kemurahan Asy-Syafi‘i lebih terkenal daripada matahari.

Penjelasan Pengasuh
Sangat banyak contoh yang menun­jukkan kemurahan Imam Syafi‘i. Di an­taranya yang diriwayatkan oleh Al-Humaidi, “Asy-Syafi‘i berangkat ke Ya­man bersama seorang penguasa. Kemu­dian beliau pergi ke Makkah dengan mem­bawa sepuluh ribu dirham. Lalu beliau membuat kemah di suatu tempat di luar kota Mekkah. Orang-orang men­datanginya namun beliau tetap berada di tempatnya, hingga beliau menghabis­kannya semua. Suatu kali beliau keluar dari kamar mandi, lalu beliau berikan ke­pada penjaga kamar mandi itu harta yang banyak.”

~ Al-Mursyid Al-Amin Karya Al-Ghazali - Diasuh oleh: K.H. Saifuddin Amsir ~

Baca juga:
Imam Syafi'i - Biografi
Imam Syafi‘i - Pengembaraannya Mencari Ilmu
Imam Syafi'i - Sang Imam dan Sultan Harun Ar-Rasyid
Imam Syafi'i - Keteguhannya Membela Sunnah
- Keikhlasan Imam Syafi'i
Previous
Next Post »