Maulid Nabi - Media Pengingat Umat

“Mengingat nikmat Allah SWT adalah sesuatu yang disyari’atkan, terpuji, dan memang diperintahkan. Allah SWT memerintahkan kita untuk mengingat nikmat Allah SWT”

Allah SWT telah memberikan berbagai kenikmatan kepada hamba-hamba-Nya. Puncak kenikmatan yang dirasakan adalah ketika umat manusia di akhir zaman terpilih sebagai umat Muhammad SAW, pembawa peringatan dan kabar gembira. Beliau mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, membuka mata yang buta dan telinga yang tuli, serta menggugah hati yang lalai.

Ya, karunia terbesar yang telah Allah berikan kepada umat manusia, bahkan bagi alam semesta, adalah diutusnya Nabi yang merupakan makhluk termulia dari seluruh makhluk ciptaan-Nya itu. Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memperhatikan nasib umatnya, bukan hanya di dunia, tapi juga sampai di akhirat kelak.

Karunia tersebut tak ternilai harganya. Syari’at yang dibawa Nabi telah mengangkat harkat kaum wanita dari sejarah kelam umat manusia yang selama berabad-abad telah menghinakan mereka. Lewat syari’at yang dibawanya pula, derajat seorang ibu di hadapan anaknya diletakkan dalam kedudukan yang amat mulia. Anak-anak yatim menempati kelas terhormat sebagai kesayangan Beliau, sedangkan yang menyayangi mereka kelak akan mendampingi beliau di surga. Para budak pun berangsur-angsur terbebaskan dari cengkeraman kezhaliman yang telah lama mendera.

Tak terhitung banyaknya manusia yang terangkat derajatnya berkat kehadiran dan kedudukan Beliau di sisi Rabb-nya. Ya, Beliau SAW memang seorang manusia tapi tidak seperti manusia kebanyakan. Beliau manusia istimewa. Kehadiran manusia istimewa ini di alam dunia tentunya berawal dari saat kelahirannya. Kelahirannya itu populer dengan sebutan “Maulid Nabi”.

Bila kepergian manusia biasa beroleh penghormatan sedemikian rupa, misalnya di beberapa event hari besar nasional lewat seremoni mengheningkan cipta untuk mengenang arwah para pahlawan yang telah merebut atau mempertahankan kemerdekaan negara, apakah kehadiran manusia agung pilihan Allah SWT yang senantiasa berupaya melindungi umatnya sejak di dunia hingga akhirat kelak tidak lebih utama untuk dihormati?

Wajar saja bila para pecinta Nabi memperingati hari kelahiran Beliau SAW, sebagai salah satu bentuk ekspresi cinta dan penghormatan yang mereka berikan. Di samping itu, agar tak lupa, manusia memang harus banyak diingatkan. Sebab, manusia adalah tempatnya khilaf dan alpa. Apalagi, seiring berjalannya waktu, semakin jauh pula jarak kehidupan Nabi dengan umatnya. Namun demikian, jarak waktu antara generasi sekarang dan generasi Beliau bukanlah halangan dalam mengenal pribadi nan sempurna itu. Sebab, segala ucapan dan tindakannya dikenang dan diamati oleh orang-orang yang hidup pada masanya dan disampaikan dari generasi ke generasi. Di kemudian hari ucapan dan tindakan Beliau dibukukan menjadi kumpulan hadits.

Tak dapat disangkal, tak ada manusia yang pernah mendapat perhatian dan dikenang seperti itu sepanjang umur dunia.

Diadakannya sebuah peringatan adalah salah satu cara untuk mengatasi kelupaan. Dalam kaitan ini, peringatan Maulid Nabi dapat menjadi media pengingat umat Islam agar senantiasa mencintai Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam, menaati syari’at yang dibawanya, dan meneladani akhlaq terpuji yang menghiasi dirinya sehari-hari. Hal-hal tersebut selalu dan harus selalu menjadi tema utama setiap majelis peringatan Maulid Nabi.

Karena itulah, dalam pendapatnya yang disiarkan secara luas melalui media online pribadinya, Syaikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, ulama besar dunia zaman sekarang yang kini menjabat ketua Persatuan Ulama Internasional, membolehkan perayaan Maulid Nabi sekaligus menyanggah anggapan bahwa merayakan Maulid Nabi SAW masuk dalam kategori bid’ah. Perayaan seperti itu dibolehkan, guna mengingat kembali sirah perjuangan Rasulullah SAW, kepribadian Beliau yang agung, dan misi yang dibawa Beliau kepada alam semesta. Dalam fatwanya, Al-Qaradhawi melandaskan pendapatnya dengan mengatakan bahwa memperingati kelahiran Rasulullah SAW adalah mengingatkan umat Islam terhadap nikmat luar biasa kepada mereka. “Mengingat nikmat Allah adalah sesuatu yang disyari’atkan, terpuji, dan memang diperintahkan. Allah SWT memerintahkan kita untuk mengingat nikmat Allah SWT”, ujarnya.

Wassalam


Baca juga:
Maulid Nabi - Tanda Kegembiraan Umat
Maulid Nabi - Buah Cinta Ummat
Maulid Nabi - Suka Cita Umat Rasulullah

Previous
Next Post »