Maulid Nabi - Tanda Kegembiraan Umat

“Barang siapa yang membesarkan maulidku akan aku tolong baginya di hari kiamat dan barang siapa yang membelanjakan satu dirham buat peringatan maulidku seolah-olah membelanjakan satu gunung emas untuk sabilillah”

Maulid secara bahasa berarti adalah hari kelahiran, adapun maulid yang biasa kita kenal adalah suatu perayaan/peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan secara berjamaah, dibacakan ayat-ayat Al-Qur'an dan riwayat hidup kekasih Allah Nabi Muhammad SAW, serta shalawat dan pujian-pujian kepada Beliau SAW, dengan maksud mengagungkan martabat Nabi Muhammad SAW dan memperlihatkan kegembiraan kaum muslimin menyambut kelahiran Beliau SAW.

Dan ketika hampir tiba saatnya kelahiran insan tercinta ini, gema ucapan selamat datang yang hangat berkumandang di langit dan bumi. Hujan kemurahan Ilahi tercurah atas penghuni alam dengan lebatnya, Lidah malaikat bergemuruh mengumumkan kabar gembira kuasa Allah menyingkap tabir rahasia tersembunyi, membuat cahaya Nur-Nya terbit sempurna di alam nyata;

"CAHAYA MENGUNGGULI SEGENAP CAHAYA"

Ketetapan-Nya pun terlaksana atas orang pilihan yang nikmat-Nya disempurnakan bagi mereka; yang menunggu detik-detik kelahirannya; sebagai penghibur pribadinya yang beruntung; dan ikut bergembira mereguk nikmat berlimpah ini. Maka hadirlah dengan taufik Allah; As-Sayyidah Maryam dan As-sayyidah Asiah, bersama sejumlah bidadari surga yang beroleh kemuliaan agung yang dibagi-bagikan oleh Allah atas mereka yang dikehendaki. Dan tibalah saat yang telah diatur Allah bagi kelahiran (maulud) ini. Maka menyingsinglah fajar keutamaan nan cerah terang benderang menjulang tinggi...... Dan lahirlah insan pemuji dan terpuji_tunduk khusyu' di hadapan Allah, dengan segala penghormatan tulus dan sembah sujud.

Demikianlah syair yang ditujukan atas peristiwa didetik-detik kelahiran Nabi SAW yang digubah oleh Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi.

Imam Nawawy Al-Banteny Al-Jawy di dalam kitabnya yang berjudul “Madaarij” menyatakan bahwa "Orang yang mementingkan aktif di dalam peringatan maulid Nabi Muhammad SAW itu adalah daripada sebesar-besarnya ibadah dengan diisi pembacaan Al-Qur’an, bersedekah, dan menerangkan sejarah kelahiran Nabi SAW".

Sabda Nabi SAW: “Barang siapa yang membesarkan maulidku akan aku tolong baginya di hari kiamat dan barang siapa yang membelanjakan satu dirham buat peringatan maulidku seolah-olah membelanjakan satu gunung emas untuk sabilillah”.

Sayyidina Abu Bakar A-Shiddiq R.a. berkata: “Barang siapa yang membelanjakan uang satu dirham buat maulid Nabi maka aku sahabatnya di hari kiamat".

Sayyidina Umar Bin Khattab R.a. berkata: “Barang siapa yang membesarkan maulid Nabi Muhammad SAW sesungguhnya orang itu menghidupkan agama Islam".

Sayyidina Ustman Bin Affan R.a.: “Barang siapa yang membelanjakan uang satu dirham buat maulid Nabi SAW maka sesungguhnya orang tersebut seperti hadir di perang Badar dan Hunain”.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib K.w.: ”Barang siapa yang membesarkan maulid Nabi Muhammad SAW maka apabila mati masuk syurga”.

Imam Syafi’i R.h.m.: “Siapa yang mengumpulkan saudaranya buat hadir di tempat maulid Nabi SAW lalu menyediakan makanan serta berbuat baik di dalamnya maka orang tersebut di hari kiamat akan di bangkitkan bersama para Shidiqin, Syuhada dan Shalihin dan berada di syurga An-Na’im".

Assayid Al-Hafizd Al-musnid Prof. Dr. Muhammad Bin Alwy Al-Maliky Al-Hasaniy mufti Mekkah mengutarakan tentang ja'iznya (bolehnya) perayaan atau peringatan maulid Nabi SAW di dalam kitabnya yang berjudul "Mafahim Yajibu An Tusahhah”, yang kita sebutkan beberapa diantaranya:

a). Peringatan maulid memantulkan kegembiraan kaum muslimin menyambut junjungan mereka, Nabi Muhammad SAW. bahkan orang kafir pun beroleh manfaat dari sikapnya yang menyambut gembira kelahiran beliau seperti Abu Lahab, misalnya. sebuah hadist didalam Shahih Bukhari menerangkankan, bahwa tiap hari senin Abu Lahab diringankan adzabnya, karena memerdekakan budak perempuannya, tsuwaibah, sebagai tanda kegembiraannya menyambut kelahiran putera saudaranya. 'abdulloh bin abdulmutholib, yaitu Nabi Muhammad SAW, jadi jika orang kafir saja beroleh manfaat dari kegembiraannya menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW apalagi orang beriman.

b). Rasulullah SAW sendiri menghormati hari kelahiran Beliau, dan bersyukur kepada Allah SWT. atas karunia ni’mat-Nya yang besar itu. Beliau dilahirkan di alam wujud sebagai hamba Allah yang paling mulia dan sebagai rahmat bagi seluruh wajud. Cara Beliau menghormati hari kelahirannya ialah dengan berpuasa. Sebuah Hadist dari Abu Qotadah menuturkan, bahwa ketika Rasulullah SAW ditanya oleh beberapa orang sahabat mengenai puasa Beliau tiap hari senin, Beliau SAW menjawab: “Pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu juga Allah menurunkan wahyu kepadaku” (Diriwayatkan oleh Muslim di dalam Shahihnya).

Puasa yang Beliau SAW lakukan itu merupakan cara Beliau memperingati hari maulidnya sendiri. Memang tidak berupa perayaan, tetapi makna dan tujuannya adalah sama, yaitu peringatan.

Peringatan dapat dilakukan dengan cara berpuasa, dengan memberi makan kepada fihak yang membutuhkan, dengan berkumpul untuk berzikir dan bersholawat, atau dengan menguraikan keagungan perilaku Beliau sebagai manusia termulia.

c). Pernyataan senang dan gembira menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan tuntunan Al-Qur’an. Allah SWT berfirman: “Katakanlah : dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah (dengan itu) mereka bergembira“. (QS. Yunus: 58)

Allah SWT memerintahkan kita bergembira atas rahmat-Nya, dan Nabi Muhammad SAW jelas merupakan rahmat terbesar bagi kita dan alam semesta: “Dan kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta “. (QS. Al Anbiya: 107).

d). Memuliakan Rasulullah SAW. adalah ketentuan syari’at yang wajib dipenuhi. Memperingati ulang tahun kelahiran Beliau dengan memperlihatkan kegembiraan, menyelenggarakan walimah, mengumpulkan jama’ah untuk berzikir mengingat beliau, menyantuni kaum fakir miskin dan amal-amal kebajikan lainnya adalah bagian dari cara kita menghormati dan memuliakan beliau. Itu semua menunjukan pula betapa betapa besar kegembiraan dan perasaan syukur kita kepada Allah SWT atas hidayat yang dilimpahkan kepada kita melalui seorang Nabi dan Rasul pilihan-Nya.

e). Perayaan atau peringatan Maulid Nabi dipandang baik oleh para ulama dan kaum muslimin di semua negeri, dan diadakan oleh mereka. Menurut kai’dah hukum syara’ kegiatan demikian itu adalah Mathlub syar’an (menjadi tuntutan syara’). Hadist mauquf dari Ibnu Mas’ud R.a. menegaskan: “Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, di sisi Allah itu adalah baik, dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, di sisi Allah itu adalah buruk“. (Hadist dikeluarkan oleh Imam Ahmad).

Al-Bayan Asyaafii Fi Mafahim Al-Khilaafii - As-Sayyid Muhammad bin Husein Al-Hamid Al-Husaini.




Previous
Next Post »