Jadikanlah Rasulullah S.A.W Kekasih Sejati Anda

"Cinta laksana air mengalir yang memindahkan seluruh atribut sang kekasih kepada yang mencintainya"

Suatu ketika, seorang arab Badui datang menemui Rasulullah S.a.w. seraya menanyakan tentang hari kiamat. Rasulullah bertanya: “Apa yang telah engkau persiapkan untuk hari itu?” Orang Badui itu berkata: “Ya Rasulullah, aku tidak memiliki apa-apa, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Mendengar itu, Rasulullah S.a.w. menjawab, “Anta ma‘a man ahbabta (engkau bersama orang yang kaucintai)”. (HR Bukhari).

Seseorang Akan Menyelami Yang Dicintainya

Memang benar, kita selalu bersama dengan apa yang kita cintai. Rasa cinta amat berpengaruh besar terhadap perilaku kita. Kalau seseorang mencintai sesuatu, maka seluruh perilaku orang tersebut akan dipengaruhi oleh sesuatu itu. Jika seseorang mencintai seorang artis, maka ia akan mencintai apa saja yang berkaitan dengan artis itu. Ia akan menempelkan gambar-gambar si artis itu di kamarnya, dan ia akan membeli semua majalah atau tabloid yang memuat berita tentang artis itu.

Kalau artis yang dicintainya itu tampil di panggung atau tayang di televisi, ia akan khusyuk menyaksikannya dan seluruh emosinya akan terbawa di dalamnya. Orang itu akan sanggup begadang semalaman atau bangun di tengah malam hanya karena ia tahu bahwa malam itu akan ada pertunjukan sang artis. Karena ia mencintai sang artis, maka seluruh perilakunya dipengaruhi oleh sepak terjang artis itu; bahkan boleh jadi jiwanya akan beserta jiwa sang artis.

Kecintaan Melekat Pada Ingatan

Alkisah, suatu hari salah seorang sahabat Nabi Isa A.s. melakukan perjalanan dakwah di sebuah kota kecil. Penduduk kota itu berkumpul di hadapannya. Mereka meminta sahabat Nabi Isa A.s. untuk memperlihatkan mukjizatnya, yaitu menghidupkan orang mati, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Isa A.s. Demi membuktikan kebenarannya, sahabat Nabi Isa A.s. menuruti permintaan orang-orang itu. Maka pergilah mereka berbondong-bondong ke pemakaman dan berhenti di sebuah kuburan. Sahabat Nabi Isa itu pun lalu berdoa kepada Allah agar mayat yang berada di dalam kuburan tersebut dapat hidup kembali.

Tidak lama kemudian, atas izin Allah, mayat itu bangkit dari kuburnya, melihat ke sekeliling, lalu berteriak-teriak, “Keledaiku! Keledaiku! Mana keledaiku!?” Informasi dari mereka yang mengenalnya menyatakan bahwa semasa hidupnya orang itu sangat miskin dan harta satu-satunya yang paling ia cintai adalah keledainya.

Sahabat Nabi Isa A.s. lalu berkata kepada orang-orang yang menyertainya, ”Wahai saudaraku sekalian! Ketahuilah, bahwasanya kalian pun kelak seperti itu. Pada hari kiamat, kalian akan terbangun dan mencari-cari apa yang selama ini kalian cintai di dunia. Apa yang kalian cintai di dunia ini akan menentukan apa yang akan terjadi dengan kalian pada saat kalian dibangkitkan.”

Cinta Membawa Kekuatan Besar Untuk Mengikuti dan Meneladani Yang Dicintai

Ketika umat Islam diperintahkan agar mencintai Nabi Muhammad S.a.w, maka itu sama sekali bukan karena Nabi Muhammad membutuhkan cinta umatnya, cinta siapa lagi yang dibutuhkan padahal Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam sudah menjadi Kekasih Allah S.w.t?

Rasulullah S.a.w. menganjurkan kita untuk mencintai Beliau, karena bila kita mencintai Rasulullah dengan tulus maka perilaku kita akan sesuai dengan perilaku Beliau. Cinta kepada Rasulullah S.a.w. memiliki implikasi yang sangat luas, baik di dalam kehidupan beragama kita, psikologis, sosiologis, maupun secara eskatologis. Dari segi keagamaan, cinta kepada Rasulullah S.a.w. adalah sebuah prinsip agama; keislaman seseorang juga ditegaskan dengan prinsip kecintaan ini.

Dari segi psikologis, cinta kepada Rasulullah S.a.w. akan berimplikasi pada munculnya semangat untuk mengikuti sunnah dan meneladani akhlak Beliau. Dari segi sosiologis, kecintaan kepada Rasulullah S.a.w. menjadi simbol kebersamaan dan kesatuan umat Islam. Sedangkan dari segi eskatologis, cinta kepada Rasulullah S.a.w. akan membawa keberuntungan di akhirat kelak.

Kita sering mendengar khatib atau penceramah berkata bahwa “Sebagai umat Islam kita harus mengikuti Sunnah Rasulullah”. Anjuran itu memang benar. Tetapi mengikuti Sunnah Nabi tidak cukup dan tidak bisa diajarkan hanya lewat khutbah. Meneladani Sunnah Rasulullah harus diajarkan lewat pembinaan cinta kepada Beliau S.a.w. Jika kita mencintai Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam, maka secara otomatis kita akan meniru segenap tingkah laku Beliau. Karena cinta, kita akan mampu meniru perilaku Rasulullah S.a.w. Kita hanya akan berperilaku seperti Rasulullah bila kita mencintainya.

Cinta Dapat Dibina, Cinta Bisa Ditanamkan

Salah satu cara menanamkan kecintaan kita kepada Rasulullah S.a.w. ialah dengan berusaha mengenal Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Permulaan cinta adalah kenal. Tak kenal maka tak sayang. Kita cenderung mencintai hal-hal yang kita kenal dengan baik. Jika anda mengenal seekor kucing yang sering datang ke rumah anda setiap pagi, dan suatu saat kucing itu mati, maka anda pasti akan merasa sedih.

Kecintaan tumbuh karena kita mengenal. Untuk mengenal Rasulullah S.a.w. kita harus memulai dengan membaca Riwayat Hidupnya, Akhlak, dan Perjuangannya. Sejarah Rasulullah S.a.w. pasti menyimpan pelajaran-pelajaran yang sangat berharga, meskipun kita tidak harus mengukur kebesaran Rasulullah S.a.w. hanya lewat sejarah Beliau semata-mata. Data sejarah hanyalah sebuah deskripsi lahiriah, sedangkan keagungan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam justru ada pada maqam (kedudukan) Ilahiyah-nya yang sangat tinggi di Hadapan Allah S.w.t.

Bila kita tidak kenal Rasulullah, kita tidak akan menyenanginya. Karena itu, usaha orang munafik dan orang kafir untuk merobohkan tonggak Islam ialah dengan mengasingkan umat Islam dari Rasulullah, atau memperkenalkan Rasulullah S.a.w. sebagai pribadi yang penuh dengan hal-hal negatif supaya cinta kita kepada Beliau meluntur atau bahkan sirna sama sekali. Mereka berusaha dengan sistematis untuk mendiskreditkan Rasulullah S.a.w. Karena bila umat Islam sudah hilang kecintaannya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, maka runtuhlah seluruh tonggak agama ini.

Mencintai Rasulullah S.A.W Adalah Kewajiban dan Menjadi Ukuran Keimanan

Mencintai Rasulullah menjadi sebuah keharusan dalam iman, ia menjadi prinsip, bukan pilihan. Dengan kata lain, mau atau tidak, kita wajib cinta kepada Rasulullah S.a.w. (Baca juga: Kewajiban Mencintai Rasulullah S.A.W).


Seorang Muslim Harus Menyimpan Rasa Cinta
Kepada Nabi Muhammad S.A.W
Seberapapun Kecilnya


Idealnya ia mencintainya lebih dari segala sesuatu yang ia miliki, bahkan dirinya. "An-nabiyyu aulâ bil-mu’minîna min anfusihim". Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin ketimbang diri mereka sendiri (QS 33: 6). Itulah hakikat iman yang paling sempurna. Itulah sebabnya kita bisa memahami mengapa kecintaan kepada Rasulullah S.a.w. menjadi salah satu asas ajaran Islam yang paling penting.

Rasulullah S.a.w. sendiri pernah bersabda bahwa keimanan seorang muslim harus diukur dengan barometer cintanya kepada Beliau: “La yu’minu ahadukum hatta akûna ahabba ilaihi min nafsihi" (tidak beriman seseorang sehingga aku (Rasulullah S.a.w) lebih ia cintai ketimbang dirinya sendiri.”.

Tanpa kecintaan kepada Rasulullah S.a.w, seluruh bangunan keagamaan kita akan runtuh. Bagaimana kita bisa meniru Rasulullah S.a.w. tanpa didasari rasa cinta kepada Beliau? Mustahil bagi kita untuk berperilaku seperti perilaku Rasulullah kalau hati kita tidak terikat kukuh dengan rasa cinta kepada Beliau S.a.w.

Jadikanlah Rasulullah S.A.W Sebagai Kekasih Sejati Anda

Di dunia ini, Rasulullah berfungsi “membumikan” Allah dalam kehidupan manusia. Beliau ibaratnya sebagai zhahir-nya (pengejawantahan) Allah di muka bumi; Beliau adalah Syafi‘ (yang memberikan syafa‘at, pertolongan dan rekomendasi) antara makhluk dengan Tuhannya. Kalau anda ingin merasakan kehadiran Allah dalam diri anda, maka hadirkanlah Rasulullah di hati anda. Kalau anda ingin disapa oleh Allah, maka sapalah Rasulullah S.a.w dengan membaca shalawat.

Kalau anda ingin dicintai Allah, maka cintailah Rasulullah S.a.w. "Qul inkuntum tuhib-bûnallâh fat-tabi’ûnî yuhbibkumullâh". Katakanlah: “Kalau kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku (Nabi Muhammad S.a.w), niscaya Allah akan cinta kepada kalian…”. (QS 3: 31).

Bukankah setiap kali kita mencintai sesuatu, maka kita akan mencari tahu segala hal yang berkaitan dengannya?. Bahkan mungkin kita ingin menghadirkannya selalu dalam liku-liku hidup kita. Bila anda mencintai kekasih anda, misalnya, maka untuk cinta itu anda akan melakukan banyak hal seperti menyimpan fotonya, pakaiannya, ataupun benda-benda yang berkaitan dengannya, bahkan mungkin ukiran namanya.

Cinta memang laksana air mengalir yang memindahkan seluruh atribut sang kekasih kepada kita yang mencintainya. Maka jadikanlah Rasulullah S.a.w. sebagai kekasih sejati anda. Allahuma Shalli 'Ala Sayyidina Muhammad Wa 'Ala Aalihi Washahbihi WasallimWassalam

Shallu 'Ala Sayyidina Muhammad ..!


Baca juga: Keindahan dan Kewibawaan Rasulullah S.A.W
Previous
Next Post »