Kasih Sayang Rasulullah S.A.W

"Beliaulah insan kamil (manusia sempurna), pada diri Beliau terhimpunan puncak dari segala sifat-sifat yang luhur dan mulia pada lahir dan bathin. Beliaulah Khatamul Anbiya wal-Mursalin"

Nabi Muhammad S.a.w adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Allah S.w.t kepada segenap umat manusia. Beliau S.a.w diutus untuk menyampaikan yang Haq (kebenaran), jalan keselamatan yaitu risalah Islam, menyempurnakan akhlak manusia, sekaligus sebagai Rahmatan lil’alamin, yang dipenuhi dengan contoh teladan utama.

Diantara wujud dari rahmatan lil ’alamin Beliau ialah bahwa segala peraturan yang dibawanya bukan hanya untuk kebahagiaan umatnya saja tetapi juga untuk seluruh umat manusia secara umum. Norma-norma dan peraturan-peraturan itu diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan sedangkan akhlaknya adalah uswah hasanah yang patut dicontoh oleh tiap pribadi muslim khususnya dan oleh segenap umat manusia pada umumnya.

Di dalam semua fase kehidupannya, Beliau S.a.w terkenal dengan budi pekertinya baik, tak ada perbuatan yang dituduhkan kepadanya sebagai celaan. Karena akhlaknya yang baik itu, sejak masa mudanya Beliau telah mendapatkan gelar kehormatan dari kaumnya sebagai Al-Amin (terpercaya).

Kehidupan dan pribadi Beliau yang sempurna itu dijadikan Allah sebagai pola kehidupan yang harus ditiru oleh semua manusia. Sayyidah Aisyah R.a istri Rasulullah ketika ditanya tentang apa dan bagaimana akhlak dan budi pekerti Rasulullah S.a., beliau menjawab bahwa akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an.

Oleh karenanya maka rumah tangga yang baik adalah yang berpola kepada rumah tangga Rasulullah. Kepemimpinan yang baik dan ideal adalah yang berpola kepada kepemimpinan Rasulullah S.a.w. Ibadah yang baik dan benar berpola kepada yang dilakukan dan dicontoh oleh Rasulullah S.a.w.

Ajaran Islam bermuara pada akhlak risalah Islam yang dibawa Rasulullah S.a.w, amal dan ajarannya demikian luas dan dalam. Tidak saja meliputi kehidupan umat manusia tetapi juga menjangkau seluruh kehidupan isi jagat raya ini. Meskipun amalan dan ajarannya telah 14 abad dikaji dan dibahas oleh para cerdik cendikiawan namun hingga kini keluasan dan kedalamannya masih belum terurai oleh ilmu dan teknologi. Dan bila kita bertanya apa sebenarnya yang dikehendaki oleh ajaran Islam yang demikian luas dan dalam ini dari makhluk manusia? maka jawabannya cukup sederhana saja yakni bahwa Islam menghendaki agar manusia menjadi orang yang baik dan orang yang baik itu ternyata ada pada akhlaknya yang mulia dan terpuji. Maka untuk maksud dan tujuan itu, Muhammad Rasulullah S.a.w diutus kepada umat manusia dengan penegasannya: “Bahwasanya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak atau budi pekerti yang mulia”

Dalam salah satu sabdanya yang lain Beliau pernah menegaskan bahwa orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling mulia dan paling baik akhlaknya. Dengan demikian jelas bahwa semua ajaran dan amalan Islam bermuara pada akhlak yang mulia. Islam memandang bahwa akhlak yang mulia dan utama adalah sebagian dari iman bahkan merupakan buahnya yang manis. Untuk itulah syariat Islam menggariskan perilaku perbuatan yang bernilai akhlak dengan perintah-perintahnya.

Syariat Islam membina akhlak yang positif sedangkan dengan larangan-larangannya ia menjauhkan nilai-nilai negatif pada akhlak. Itulah sebabnya syari’at Islam selalu mengajak kepada amar bil-ma’ruf dan nahyi ‘anil-munkar (memerintahkan kepada yang baik dan mencegah dari yang buruk). Oleh karenanya bila manusia hidup dalam naungan syari’at ia akan terdidik kehidupannya dalam nilai-nilai yang baik serta senantiasa akan menghindari nilai-nilai buruk.

Wujud Kasih Sayang Rasulullah Seluruh perilaku hidup Rasulullah S.a.w sehari-harinya merupakan contoh teladan bagi umat manusia. Beliaulah satu-satunya figur manusia yang memiliki pribadi dan akhlak yang mulia dan utama. Pribadi dan akhlaknya merupakan tumpuan yang memperteduh segala makhluk dunia dalam mencari rahmat Ilahi. Kehidupan Beliau S.a.w merupakan wujud citra yang paling tinggi dalam seluruh aspek kehidupan manusia, tutur bahasanya merupakan puncak segala budi bahasa, risalahnya adalah ujung segala cita-cita yang mulia.

Beliaulah Insan Kamil, manusia paling sempurna dalam lingkungan kemanusiaan, merupakan himpunan dari segala keutamaan dan kemuliaan, Beliaulah Khatamul Anbiya wal-Mursalin.

Untuk mengetahui sejauh mana kelembutan, kehalusan dan kemuliaan akhlak Beliau S.a.w, terutama sifat kasih sayangnya yang mendalam, dituturkan dalam sebuah riwayat sebagai berikut;

Pada suatu hari di musim panas, Beliau S.a.w pergi ke pasar untuk membeli qamis yang terbuat dari kain wool kasar sebagai pengganti bajunya yang sudah usang. Beliau membawa uang sebanyak 8 dirham. Ketika sedang berjalan dilihatnya ada seorang jariah (budak perempuan) di tepi jalan sedang menangis tersedu. Beliau hampiri anak itu seraya menegur dengan kasih sayang, “Kenapa engkau menangis nak?”, budak wanita tadi menjawab “Aku disuruh majikanku ke pasar untuk belanja makanan aku dibekali uang 2 dirham namun uang itu hilang”, jawabnya sambil terus menangis. Nabi S.a.w berkata, “Sudah jangan menagis lagi, ini uang 2 dirham ambilah sebagai pengganti uangmu yang hilang, pergilah belanja”. “Terima kasih”, kata budak wanita itu seraya pergi meninggalkan Rasulullah S.a.w. Rasulullah berpikir bahwa uangnya sudah berkurang 2 dirham kini tinggal 6 dirham, sudah pasti dengan uang tersebut tidak dapat lagi kain wool kasar, paling hanya untuk qamis berbahan kain katun. Kemudian Beliau S.a.w meneruskan perjalanan ke pasar untuk membeli qamis seharga 4 dirham dengan demikian masih tersisa 2 dirham, kemudian pulang.

Di tengah perjalanan pulang Rasulullah S.a.w mendengar seorang tua berseru di tepi jalan “Siapakah yang akan memberiku pakaian semoga ia akan diberi Allah pakaian yang indah di syurga”. Rasulullah mendekati orang tua itu dan melihat bahwa pakaian yang dipakainya sudah tidak layak lagi untuk dipakai. Maka Beliau memberikan qamis yang baru dibelinya itu kepadanya. Selanjutnya Beliau kembali lagi ke pasar membeli pakaian seharga 2 dirham, sesuai sisa uangnya yang tentu kualitasnya lebih rendah dari sebelumnya kemudian Beliau S.a.w pulang dengan rasa puas.

Namun di tengah perjalanan pulang, Beliau bertemu lagi dengan budak perempuan tadi dan sedang menangis pula, “Apalagi yang engkau tangisi” tanya Rasulullah S.a.w, “Uangmu yang hilang telah kuganti dan engkau sudah belanja”, budak itu menjawab “Aku terlalu lama pergi sehingga aku takut pulang karena majikanku pasti memarahiku”. “Oh engkau jangan khawatir, pulanglah aku akan mengantarmu sampai ke rumah dan bertemu majikanmu”, kata Rasulullah S.a.w.

Budak perempuan itu lalu berjalan menuju rumah majikannya sementara Rasulullah S.a.w mengikutinya dari belakang. Setelah sampai Rasulullah melihat ke sekelilingnya sepi dan sunyi, maka Beliau dengan suara yang keras berseru menyampaikan salam “Assalamu ’alaikum warahmatullah”. Tetapi tidak ada jawaban diulanginya sampai tiga kali baru ada jawaban dari dalam, “Wa alaikumssalam warahmatullahi wa barakatuh”. "Apakah kalian tidak mendengar salamku”, kata Rasulullah S.a.w, maka penghuni rumah menjawab “Kami mendengar ya Rasulullah namun sengaja kami belum menjawabnya sampai engkau mengulanginya 3 kali agar doa yang engkau ucapkan kepada kami lebih banyak keberkatannya”. “Baiklah kalau begitu dan ini aku mengantarkan budak kalian pulang ia tadi kehilangan uang belanjanya 2 dirham dan aku telah menggantinya. dan aku harap agar kalian tidak memarahinya karena terlambat pulang”, demikian Rasulullah S.a.w menjelaskan.

“Ya Rasulullah” kata wanita pemilik budak itu, “Karena engkau telah menolongnya dan telah melindunginya, maka budak ini sejak saat ini, kami merdekakan, semoga senantiasa dalam lindungan Allah berkat kasih sayangmu”.

Tidak dapat dibayangkan betapa gembira dan terharunya hati Rasulullah S.a.w setelah mendengar pernyataan itu, demikian pula si budak itu.

Beliau S.a.w sambil pulang menuju rumah berseloroh dalam hatinya “Alangkah penuh berkahnya uang 8 dirham ini. Yang kehilangan uang dapat diganti, yang tak berpakaian dapat pakaian, yang ketakutan dapat tertolong dan seorang budak dapat dimerdekakan, dan aku sendiri dapat membeli qamis”.

Apa yang dikerjakan Rasulullah S.a.w ini patut menjadi cermin bagi kehidupan muslim dalam kesehariannya, lebih-lebih di saat krisis ekonomi yang sedang dialami oleh kita bangsa Indonesia ini, dimana masih banyak diantara kita yang membutuhkan uluran bantuan dari kita, sebagai wujud kasih sayang yang telah Nabi S.a.w ajarkan dan contohkan kepada kita umatnya.

Ya Allah semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi kami yang amat pengasih dan amat penyayang, Muhammad Rasulullah S.a.w. Amiin.

Wassalam
disadur dari berbagai sunber


Baca juga:
Akhlak Nabi Adalah Al-Qur'an
Keindahan dan Kewibawaan Rasulullah S.A.W

Previous
Next Post »