Siapa Mengenal Dirinya, Maka Akan Mengenal Tuhannya

"Ia sadar, bahwa ia hanyalah seorang hamba yang serba terbatas dan semua persoalannya di tangan Tuhannya, yang tiada lain adalah Allah S.w.t"

Apa pengertian kalimat: “Siapa mengenal dirinya, maka mengenal Tuhannya.”.

Pengertian kalimat “Siapa mengenal dirinya, maka mengenal Tuhannya” yang tersebut dalam Atsar ialah mengenal diri sendiri merupakan salah satu cara mengenal Allah S.w.t. Apabila manusia seperti kita merenungi kelemahan dirinya, keterbatasannya, kebutuhannya dan ketidakberdayaannya mengambil kemanfaatan untuk dirinya, serta menghindarkan bahaya darinya, maka ia akan mengetahui, ia mempunyai Tuhan, Pencipta Yang Mandiri dalam menciptakannya, mandiri dalam membantunya, mengatur dan mengendalikannya. Kemudian ia sadar, bahwa ia hanyalah seorang hamba yang serba terbatas dan semua persoalannya di tangan Tuhannya, yang tiada lain adalah Allah S.w.t, Yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana.

Demikian juga halnya manusia jika mau berfikir tentang permulaan penciptaannya. Ia asalnya tidak ada, lalu diwujudkan oleh Allah S.w.t dengan kemurahan-Nya. Allah S.w.t menciptakannya dari setetes air mani dan nuthfah, kemudian membentuknya, membuka pendengaran dan penglihatannya hingga menjadikannya dalam bentuk yang sangat baik (manusia), memperindahnya dengan sifat-sifat mulia dan derajat-derajat yang tinggi, baik bersifat keagamaan maupun keduniawian.

Allah S.w.t telah berfirman:

١٢. وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن طِينٍ 

١٣. ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ 

١٤. ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ 

Artinya: “Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.” “Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” “Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”. (QS. Al-Mu'minuun [23]: 12-14).

~ Al Habib Zain bin Smith ~
Ajwibat al Ghaliyah fii Aqidah al Firqat an Najiyah

Previous
Next Post »