قال رسول الله ِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
كُلُّ نَبِيٍّ سَأَلَ سُؤْلًا أَوْ قَالَ لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ قَدْ دَعَا بِهَا فَاسْتُجِيبَ فَجَعَلْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah S.A.W: “Semua Nabi memohon permohonan, atau semua Nabi mempunyai doa yang ketika mereka berdoa dikabulkan, maka kujadikan doaku adalah syafa'at untuk ummatku di hari kiamat”. (Shahih Bukhari).
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang mengangkat jiwa dan sanubari untuk mencapai keluhuran, Yang menyingkirkan sifat-sifat hina yang ada di dalam hati untuk menuju pada keindahan dan kasih sayang Allah, kerinduan dan kesucian Allah, menuju pada pengampunan Allah dan selalu asyik berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala, lalu dibukakan rahasia kelezatan doa dan munajat sehingga hatinya bercahaya dengan ketenangan doa dan munajat, hatinya bercahaya dengan ketenangan sujud, bercahaya dengan ketenangan hidup, dan sanubarinya bercahaya dengan ketenangan dari meninggalkan dosa dan segala hal-hal yang dimurkai Allah subhanahu wata’ala, dan senantiasa ingin berada dalam keridhaan Allah.
Kita telah membaca hadits luhur, bagaimana Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang mengatakan bahwa seluruh Nabi mempunyai doa, dan setiap doa mereka telah dikabulkan, namun beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menahan doanya untuk memberi syafa'at kepada ummatnya di hari kiamat, syafa'at untuk para pendosa, syafa'at untuk orang-orang yang banyak melakukan maksiat kepada Allah, dan sungguh cinta beliau lebih dari cinta ayah bunda kepada anaknya, demikian dalam cinta sang Nabi kepada ummatnya, karena orang-orang yang mencintai kita kelak di hari kiamat pastilah akan meninggalkan kita, seorang ayah dan ibu akan meninggalkan anaknya, suami dan istri akan saling berpisah di hari kiamat, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ ، وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ ، وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ ، لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
( عبس : 34-37 )
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya, setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya”. (QS. ‘Abasa: 34-37)
Di saat itu kekasih akan berpisah dengan kekasihnya, namun sang Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam akan mencari ummatnya dan para pendosa (dari ummatnya) untuk diberi syafa'at, para shalihin diberi hak syafa'at, para ahli surga akan ditambah derajatnya di surga, para ahli neraka disyafa'ati agar selamat dari neraka, inilah kekasih kita yang mencintai kita, yang membela kita, yang belum pernah kita berjumpa dan melihat wajahnya (S.A.W), namun cinta Beliau telah sampai kepada kita dan seluruh ummatnya hingga akhir zaman.
Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, ketika saat-saat sakaratul maut sang Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wasallam meminta siwak kepada Sayyidah Aisyah R.a, kemudian beliau bersiwak lalu beliau merebah di pangkuan Sayyidah Aisyah seraya berkata: “Aku akan bertemu dengan Ar Rafiiq Al A’laa (Allah)”. Sayyidah Aisyah berkata bahwa hembusan nafas terakhir sang Nabi sampai ke tubuh beliau, adapun diantara doa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di saat sakaratul maut adalah:
Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, ketika saat-saat sakaratul maut sang Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wasallam meminta siwak kepada Sayyidah Aisyah R.a, kemudian beliau bersiwak lalu beliau merebah di pangkuan Sayyidah Aisyah seraya berkata: “Aku akan bertemu dengan Ar Rafiiq Al A’laa (Allah)”. Sayyidah Aisyah berkata bahwa hembusan nafas terakhir sang Nabi sampai ke tubuh beliau, adapun diantara doa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di saat sakaratul maut adalah:
اَللّهُمَّ شَدِّدْ عَلَيَّ مَوْتِيْ وَخَفِّفْ عَلَى أُمَّتِيْ
“Ya Allah pedihkanlah sakaratul mautku dan ringankan untuk ummatku”
Dan diriwayatkan dalam kitab-kitab sirah (sejarah Nabi S.A.W), yang diantaranya riwayat Al Imam Thabrani dan lainnya, dimana ketika sayyidina Mu’adz bin Jabal Ra meninggalkan Madinah Al Munawwarah atas perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk pergi ke Yaman, maka dalam keadaan antara tidur dan bangun ia mendengar suara: “Wahai Mu’adz, bagaimana engkau bisa tidur dan tenang sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam keadaaan sakaratul maut”, namun sayyidina Mu’adz menganggap itu adalah bisikan syaitan, maka beliau terus melanjutkan perjalanannya, hingga ketika beliau sampai di Yaman kembali lagi terdengar bisikan: “Wahai Mu’adz…!, bagaimana engkau bisa tidur dan tenang sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah berada di dalam kubur”, maka sayyidina Mu’adz berbalik arah dengan kudanya dan berteriak seakan orang yang tidak sadarkan diri, beliau bingung apa yang harus diperbuat karena bisikan itu terus menghampirinya, padahal beliau telah diperintah untuk pergi dan telah tiba di Yaman.
Akhirnya beliau kembali lagi ke Madinah Al Munawwarah untuk menenangkan hatinya, maka beliau pun kembali ke Madinah Al Munawwarah dan di tengah perjalanan beliau bertemu dengan utusan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra, utusan itu membawa surat dari sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra yang telah diangkat menjadi khalifah ketika itu, kemudian beliau membaca surat itu yang berbunyi: “Wahai Mu’adz, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah wafat”, maka sayyidina Mu’adz bin Jabal terdiam dan air mata pun mengalir dan berkata: “Siapa lagi yang akan peduli pada anak yatim dan kaum fuqara’ dan orang-orang yang susah jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah wafat”.
Maka sayyidina Mu’adz melanjutkan perjalanannya ke Madinah Al Munawwarah dan menuju ke rumah sayyidah Aisyah Ra, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah dimakamkan di rumah sayyidah Aisyah, maka ketika itu sayyidina Mu’adz bin Jabal mengetuk pintu rumah, dan sayyidina Mu’adz berkata: “Aku adalah Mu’adz bin Jabal dari kalangan Anshar yang diutus oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk pergi ke Yaman, dan aku tidak tau apa yang telah terjadi”, maka sayyidah Aisyah Ra berkata: “Wahai Mu’adz bersyukurlah karena engkau tidak melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di saat sakaratul maut, karena jika kau melihat wajah Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menahan pedihnya sakaratul maut Beliau, dan rasa sakaratul maut ummatnya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka sungguh engkau tidak akan bisa makan atau minum, bahkan engkau tidak akan bisa merasakan ketenangan hidup di dunia hingga kau wafat”.
Sungguh Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu untuk meringankan sakaratul maut untuk sang Nabi, namun Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meminta sakit yang sangat pedih ketika sakaratul maut demi meringankan sakartul maut ummatnya Sahallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka rasa sakit dari setiap sakartul maut ummat Beliau sebagian telah diringankan oleh sakitnya sakaratul maut yang dirasakan oleh sang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Habib Munzir Almusawa - www.majelisrasulullah.org
EmoticonEmoticon