Ikhlas dan Riya’

"Meniggalkan amal karena manusia adalah riya' dan beramal karena manusia adalah syirik, dan ikhlas itu pula adalah, Allah S.w.t menyelamatkan kamu daripada keduanya"

Ikhlas adalah suatu hal agung, yang mempunyai nilai besar di sisi Allah S.w.t. Karena ikhlas merupakan syarat diterimanya amal kebaikan. Amal yang tidak dibarengi dengan keikhlasan akan sia-sia, walaupun amalan itu tampak besar di mata manusia.

Ikhlas dapat memberikan kekuatan pada manusia untuk menjalankan tugas yang berat, bahkan menjadikan sesuatu yang berat menjadi ringan, yang jauh menjadi dekat, dan yang sulit menjadi mudah. Ikhlas telah mengantarkan hamba-hamba pilihan Allah, untuk menempati derajat terpuji tinggi di sisi-Nya.

Kata Fudhail bin iyadh; "Meniggalkan amal karena manusia adalah riya' dan beramal karena manusia adalah syirik, dan ikhlas itu pula adalah, Allah S.w.t menyelamatkan kamu daripada keduanya". Adapun Imam Syafi'i, beliau berkata; "Tiada yang dapat mengenali riya’, kecuali orang-orang yang ikhlas".

Makna Ikhlas

Ikhlas mempunyai arti memurnikan atau menjernihkan sesuatu. Amalan yang ikhlas adalah amal yang dilakukan dengan niat murni semata-mata karena Allah dan tidak tercampur dengan niatan-niatan yang lain, seperti mengharap pujian manusia atau mendapatkan keuntungan duniawi (materi).

Kebalikan dari ikhlas adalah riya’ (Baca juga: Riya'), yaitu melakukan sesuatu bukan karena Allah. Ingin dilihat, dipuji dan disanjung manusia.

Ya’qub Al-makfuf berkata;

الْمُخْلِص مَنْ يَكْتُمُ حَسَنَاتِهِ كَمَا يَكْتُمُ سَيِّئاتِهِ .

“Orang yang ikhlas adalah yang orang yang menutup-nutupi kebaikannya sebagaimana ia menutup-nutupi kejelekannya.”

وَقِيلَ لِبَعْضِ الْحُكَمَاءِ رَحِمَهُمُ الله : مَا غَايَة الإِخْلاَصِ ؟ قَالَ : أَنْ لا تُحِبَّ مَحْمَدَة النَّاس .

Sebagian ulama ditanya; “Apakah puncak keikhlasan itu?", Ia menjawab; "Puncak keihlasan adalah engkau tidak mengharapkan pujian manusia".

Perintah Ikhlas dan Larangan Riya'

Keikhlasan adalah tanda keimanan seseorang kepada Allah sedangkan sifat riya' merupakan tanda kemunafikan pada diri seseorang. Allah S.w.t memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk beribadah dan beramal semata-mata karena mengharap keridhaan-Nya.

Allah S.w.t berfirman;

٢٩. قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُواْ وُجُوهَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ 

Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di Setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)". (QS Al-A'raaf: 29).

Allah S.w.t berfirman:

١٤٢. إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً 

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya' (dengan shalat) di hadapan manusia.dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali". (QS An-Nisa': 142).

Mengukur Keikhlasan

Perumpamaan yang mudah untuk mengukur keikhlasan adalah orang yang ikhlas itu seperti jarum jam. Dalam menjalankan tugasnya ia tidak peduli dengan orang yang ada di sekelilingnya. Baik ada orang yang memperhatikannya atau tidak ia berputar dalam sehari semalam sebanyak 24 kali.

Dapat kita bayangkan apa jadinya kalau di istana presiden jarum jam berjalan cepat sedangkan di pos jaga berjalan dengan sangat lambat dan malas, tentu akan membingungkan bahkan merugikan banyak orang. Ini adalah gambaran bahwa amal yang dilakukan tanpa keikhlasan adalah amalan yang rusak dan merugi, rugi duniawi dan rugi akhirat.

Menguji Keikhlasan

Al Habib Abdullah Al Haddad berkata; "Sesungguhnya ikhlas itu suatu yang sulit, terkadang kamu meyakini bahwa dirimu sangat hina di sisi Allah, merasa banyak berbuat dosa dan kesalahan. Akan tetapi jika ada seseorang mengatakan kepadamu; “Kamu adalah orang yang hina dan banyak berbuat dosa”. Seketika itu juga kamu akan marah".

Hal inilah yang dikatakan oleh Al Habib Abdullah Baharun sebagai ujub dalam bentuk lain. Ia mengatakan dirinya hina, banyak salah, atau memakai pakaian yang jelek agar dikatakan (dipuji) bahwa ia adalah orang yang zuhud, rendah hati dan tawadhu’, sesungguhnya ini adalah tipu daya hawa nafsu yang harus kita waspadai.

Ancaman Bagi Orang Yang Beramal Dengan Riya’

Banyak ayat-ayat dan hadist yang menyebutkan ancaman dan dosa bagi orang yang berbuat riya'.

Allah S.w.t berfirman:

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ .

"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya'". (QS Al-Ma’un: 4-6).

Rasulullah S.a.w bersabda;

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : خَرَجَ عَلَينَا رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ ، فَقَالَ :«أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ؟». قَالَ : قُلنَا : بَلَى ، فَقَالَ :«الشِّركُ الْخَفِيّ ، أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّي فَيُزَيّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ»

Dari Abu Said Al-Khudri R.a, ia berkata; Rasulullah S.a.w datang kepada kami, saat itu kami sedang membicarakan masalah dajjal, maka kemudian Beliau bersabda; "Tidakkah aku beri tahu kalian yang lebih aku takutkan bagi kalian dari dajjal?", Kami menjawab, "Iya", Maka Nabi S.a.w bersabda; "Syirik yang tersembunyi, yaitu seseorang shalat lalu membagus-baguskan shalatnya karena dilihat orang lain".

عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - :«إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ». قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ ، إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ يَوْمَ تُجَازَى الْعِبَادُ بِأَعْمَالِهِمْ : اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاؤُونَ بِأَعْمَالِكُمْ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً؟!

Dari Mahmud bin Labid R.a, ia berkata; Rasulullah S.a.w bersabda; "Sesungguhnya suatu yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil". Sahabat bertanya; "Apakah syirik kecil itu ya Rasulallah?", Rasulullah S.a.w menjawab; "Riya’, sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Agung berkata pada saat manusia diberi balasan atas amal perbuatan mereka; Pergilah kalian kepada orang yanga kalian melakukan amal dengan riya' kepada mereka, lihatlah apakah kalian akan mendapatkan pada mereka itu balasan amal kalian?!".

Al Habib Abdullah Baharun berpesan agar kita senantiasa berusaha untuk beramal dengan penuh kekihlasan, dan senantiasa memeohon kepada Allah S.w.t agar menjadikan keikhlasan itu hiasan hati kita. Manusia adalah hamba yang lemah, dan sesungguhnya Allah Maha Memberi, Allah mengabulkan permintaan hamba-hamba-Nya. Hanya dengan hidayah dan taufiq Allah lah kita dapat ikhlas dalam amal perbuatan. Hanya dengan kemurahan Allah lah kita dapat terjauh dari dosa yang membinasakan.

Allah S.w.t berfirman:

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

"Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS An-Nuur: 21).

~ Abdul Aziz Muslim ~

Ringkasan (sebuah tambahan)

Syekh Abu Nashr Samarqandi berkata; "Ikhlas adalah semata-mata karena Allah S.w.t". Adapun Imam Al Ghazali mengatakan; "Ikhlas, seperti seseorang yang lari dari binatang buas dan tiada yang menakutkannya selain binatang tersebut, niatnya murni tanpa campur lainnya".

Syekh Abu Laits Samarqandi juga menambahkan; "Orang ikhlas itu menyembunyikan kebaikannya, sebagaimana ia menyembunyikan kejelekannya. Dan salah satu tanda ikhlas ialah, beramal tak ingin dipuji orang lain".

Keutamaan ikhlas

~ Pahalanya dilipatgandakan, walaupun sedikit (An Nisa : 40)
~ Allah S.w.t hanya menerima amalan yang ikhlas (Abu Laits Samarqandi)
~ Dapat berjumpa dengan Allah S.w.t (Al Kahfi : 110)
~ Ikhlas adalah Zuhud di dunia (Abu Laits Samarqandi)
~ Allah S.w.t akan menjadikan diamnya sebagai tafakur dan bicaranya sebagai dzikir. (Syekh Abu Laits Samarqandi)
~ Amalan yang ikhlas, dapat dijadikan tawassul do’a (HR. Bukhari, Muslim)

Bahaya Riya' dan Sum’ah

Riya' adalah berbuat ingin dilihat orang lain, sedangkan Sum’ah adalah berbuat dengan tujuan menginginkan kemasyhuran (Syekh Abu Nashr Samarqandi).

~ Riya adalah syirik (QS Al Mu’min: 65)
~ Allah S.w.t akan berlepas diri dari perbuatan yang tidak ikhlas (QS Al An’am : 78)
~ Orang yang riya' ibadahnya, dijanjikan neraka wail oleh Allah S.w.t (QS Al Ma’uun : 4)
~ Akan dituntut kepada orang yang riya', “Pergilah kepada orang yang kamu beramal karenanya ketika di dunia. Lihatlah apakah kamu mendapatkan ganjaran dari mereka?” (Syekh Abu Nashr Samarqandi)
~ Amalan orang ikhlas akan ditulis dalam ‘Illiyyin’, dan amalan orang yang tidak ikhlas akan ditulis dalam 'Sijjin' (Syekh Abu Nashr Samarqandi)
~ Ada sebagian amalan yang lebih baik dilakukan sembunyi-sembunyi, sehingga dapat terselamat dari riya' (QS Ali Imran : 29).

Tanda-tanda Riya'

Sayyidina Ali bin Abu Thalib R.a mengatakan bahwa orang riya' itu memiliki empat tanda:
1. Malas jika sendirian
2. Menigkatkan amalan jika dipuji
3. Rajin jika dengan orang lain
4. Mengurangi amalan jika dicela

Syekh Hamid Al Lafaf mengatakan, jika Allah S.w.t menghendaki kehancuran seseorang, Dia akan menyiksanya dengan tiga hal berikut:
1. Allah S.w.t memberinya ilmu tetapi tidak diamalkan
2. Memberinya kesempatan bergaul dengan orang-orang shaleh, tetapi ia tidak memahami hak-hak mereka.
3. Memberinya kesempatan beramal shaleh, tetapi tidak ikhlas mengamalkannya.

Menurut Syekh Abu Nashr Samarqandi, pada hari kiamat kelak, orang riya' akan dipanggil dengan empat panggilan ini:
1. Hai orang kafir !
2. Hai orang jahat !
3. Hai penipu !
4. Hai orang yang rugi !

"Jangan riya' sebelum dan ketika beramal. Setelah beramal, perbanyaklan istighfar, khawatir masih ada riya'.". (Syekh Abu Bakar Al Washiti).

Dalam surat Al Baqarah ayat 263, kita diperingatkan: "Perkataan yang baik dan memberi maaf itu lebih baik, dari pada sedekah yang diiringi menyakiti perasaan penerimanya".

Wallahu a'lam. Wassalam

Previous
Next Post »