Ujub

"Engkau telah membatalkan pahala tiga kali haji dalam sekejap! Engkau memamerkan hajimu ini, haji yang sebe­lumnya, dan haji yang sebelumnya lagi!”

Apa itu ujub?

Ujub adalah perasaan yang menguasai hati yang mana sese­orang menganggap dirinyalah yang telah berbuat sesuatu dan perbuatan itu ber­asal dari dirinya sendiri sehingga karena­nya ia merasa berhak untuk menuntut sesuatu kepada Allah S.w.t.

“Sekarang aku sudah menunaikan shalat, maka beri­lah aku... ", "Sekarang aku sudah me­nunaikan zakat, maka berilah aku... karena jerih payahku itu.”. Inilah yang dikatakan oleh para ula­ma sebagai Istihqaqun (merasa berhak), yang telah membinasakan iblis ketika dia ber­kata, “Aku lebih baik darinya (Nabi Adam A.s). Engkau ciptakan aku dari api sedang­kan Engkau ciptakan dia dari tanah.”.

Apa yang dapat memeliharamu dari penyakit ujub?

Setiap kali engkau merasa dan me­nyadari bahwa setiap amal kebajikan bermula dari lintasan yang dikaruniakan oleh Allah kepadamu atau lintasan yang dibisikkan oleh malaikat yang Allah utus kepadamu, apakah mungkin engkau akan merasa ujub terhadap kebajikan yang telah engkau lakukan?

Apakah mungkin engkau akan me­nuntut kepada Allah karena satu per­buatan yang engkau merasa dan me­nyadari bahwa Dia-lah yang mengil­ham­kan kepadamu pada kebajikan itu, Dia-lah yang mengutus malaikat, yang tercipta dari cahaya, kepadamu?

Bila engkau merasakan dan menya­dari semua makna itu sebelum melaku­kan amal-amal kebajikan, tidak akan mungkin nafsumu dapat mempermain­kanmu. Akan tetapi, apabila engkau shalat, zakat, puasa, haji, membaca Al-Qur’an de­ngan memperhatikan adab dan tajwid­nya, menunaikan shalat malam, melaku­kan puasa sunnah, lalu engkau merasa “Akulah yang melakukannya”, hal itu sama halnya dengan apa yang dikata­kan oleh Sayyidina Ibrahim bin Adham se­bagaimana yang dinukilkan oleh para ulama berikut ini:

Suatu ketika Sayyidina Ibrahim bin Adham R.a berkunjung ke rumah se­orang yang dikenalnya. Setelah tiba di rumah orang yang di­tuju, ia bermaksud untuk buang hajat, dan ia melakukannya. Usai buang hajat, ia berwudhu dan hendak melakukan shalat dua raka'at sunnah wudhu.

Mengetahui hal itu, pemilik rumah ber­kata, “Tunggu!”, pemilik rumah ke­mu­dian berbicara kepada istrinya, “Ambillah sajadah yang kita beli waktu haji. Bukan haji yang sekarang, bukan pula yang tahun kemarin, tapi haji tahun sebelum kemarin.”

Melihat hal itu, Sayyidina Ibrahim bin Adham berkata kepada pemilik rumah, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji`un.”

“Kenapa?” tanya pemilik rumah.

“Engkau telah membatalkan pahala tiga kali haji dalam sekejap! Engkau memamerkan hajimu ini, haji yang sebe­lumnya, dan haji yang sebelumnya lagi!”.



Baca juga: Aku Lebih Baik Dari Dia .. ?
Previous
Next Post »