"dia memberi lebih banyak dan mengambil lebih sedikit"
Dalam ajaran Islam, Ihsan adalah tingkatan tertinggi di atas Islam dan Iman. Ihsan merupakan esensi utama dari sebuah keimanan dan puncak tertinggi dalam hal kepatuhan dan kepasrahan seorang hamba kepada Tuhannya. Dalam ihsan tercakup segala perangai indah dan amal kebajikan.
Dalam ajaran Islam, Ihsan adalah tingkatan tertinggi di atas Islam dan Iman. Ihsan merupakan esensi utama dari sebuah keimanan dan puncak tertinggi dalam hal kepatuhan dan kepasrahan seorang hamba kepada Tuhannya. Dalam ihsan tercakup segala perangai indah dan amal kebajikan.
Secara bahasa, ihsan berasal dari kata Ahsana (memberi kenikmatan atau kebaikan kepada orang lain). Hal ini seperti yang difirmankan oleh Allah S.w.t;
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan (ihsan), memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS an-Nahl [16]: 90).
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan (ihsan), memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS an-Nahl [16]: 90).
Menurut Raghib al-Asfahani, ihsan lebih tinggi derajatnya dari sekedar adil. Jika adil adalah memberi dan mengambil sesuai dengan porsi yang yang dibutuhkan, maka Ihsan adalah memberi lebih banyak dan mengambil lebih sedikit.
Dalam salah satu hadistnya Rasulullah S.a.w menjelaskan bahwa “Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kami melihat-Nya. Namun apabila kamu tidak merasakan melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim).
Kata ibadah yang dijelaskan oleh Rasulullah di atas tidak terbatas pada ibadah makhdah. Dalam Islam ibadah melingkupi segala perbuatan yang diniatkan untuk kepatuhan kepada Allah S.w.t. Orang yang shalat dan yang bermain bola sama-sama ibadah, apabila ditujukan dengan ikhlas sebagai upaya kepatuhan terhadap Allah S.w.t. Dengan pengertian ini, maka orang yang telah mencapai tingkatan ihsan akan selalu merasakan kehadiran Allah dalam setiap tindakannya, baik yang tersembunyi maupun terang-terangan.
Bukan hanya dalam hubungan dengan Allah (hablunminallah), dalam tataran interaksi dengan manusia (hablunminannas), ihsan juga sangat diperlukan. Kebobrokan moral dan meningkatnya kriminalitas adalah pertanda utama hilangnya ihsan. Bagaimana mungkin seorang yang merasakan kehadiran Allah dalam setiap tindakannya akan mudah berbohong, membohongi, hingga korupsi?, serta berlaku jahat (maksiat) lainnya.
Dalam beribadah, orang yang mencapai tingkatan ihsan akan merasakan kekhusyu'an dan kepasrahan yang penuh kepada Allah S.w.t. Dalam berinteraksi dengan orang lain, dia akan selalu mengedepankan etika dan kemaslahatan. Dalam mengemban amanah, dia akan menjalankanya dengan bijaksana. Bahkan dalam berinteraksi dengan binatang pun dia tidak akan pernah menyakitinya.
Rasululllah S.a.w bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menuliskan ihsan dalam segala hal. Maka apabila kalian berperang, berperanglah dengan ihsan. Apabila kalian menyembelih binatang, sembelihlah dengan ihsan, yaitu dengan menajamkan mata pisau agar sembelihan itu tidak tersiksa.” (HR Muslim).
Orang yang telah mencapai derajat ihsan ini disebut muhsin. Seorang muhsin memiliki keistimewaan tersendiri di sisi Allah S.w.t. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang muhsinin.” (QS an-Nahl [16]: 128).
~ Jauhar Ridloni Marzuq ~
Baca juga: Yang Shalih Beristighfar, Bagaimana Pendosa?
EmoticonEmoticon