Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Segala puji hanya bagi Allah, sesungguhnya orang-orang yang memperoleh kenikmatan (penghuni Surga) kelak di Surga akan menikmati pujian kepada-Nya. Kami bertobat kepada-Nya dengan tobat orang yang yakin bahwa Allah Ta'ala adalah Tuhan dari semua tuhan dan pencipta segala sarana. Dan kami berharap kepada-Nya dengan harapan orang yang mengetahui bahwa Dia adalah Raja yang Maha Pengasih, Pengampun dan Penerima Tobat.
Tobat seseorang yang rasa harapnya bercampur dengan rasa takut, seseorang yang yakin bahwa Allah yang Maha Pengampun dosa, Penerima Tobat, Dia juga memiliki siksa yang keras.
Selanjutnya, kami haturkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad S.a.w, keluarga dan para sahabat, dengan sebuah shalawat yang dapat menyelamatkan kita dari suasana yang sangat menakutkan di hari pembalasan dan perhitungan, serta mengantarkan kita kepada kedudukan terdekat dan terbaik di sisi Allah S.w.t. Ya Allah, kabulkanlah doa kami ini.
Amma Ba’du:
Sesungguhnya tobat dari semua dosa merupakan langkah awal para Salik (penempuh jalan kebaikan), modal orang-orang yang meraih keuntungan, kunci penyelaras orang-orang yang menyimpang dan titik penyeleksian bagi orang-orang yang dekat dengan Allah (muqarrabin).
Ketika ayah kita, Nabi Adam Alaihissalam bertobat, maka Allah memilihnya dan menerima tobatnya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya sang anak meneladani leluhurnya. Jika sang Ayah setelah berbuat kesalahan ia segera memperbaikinya, dan setelah menghancurkan ia mau membangunnya kembali, maka seharusnya ia diteladani dalam kedua sisi tersebut. Allah S.w.t mewahyukan:
وعصى ءادم ربه فغوى .121 .ثم اجتبه ربه فتاب عليه وهدى. 122
"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya, maka dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk.". (QS Thaha, 20:121-122).
Nabi Adam A.s segera menyesali kesalahannya dan menghadapkan dirinya kepada Maha Raja yang Maha Agung, oleh karena itu, barang siapa ketika berbuat dosa beralasan bahwa dirinya mencontoh Nabi Adam A.s akan tetapi tidak mau meneladani tobat beliau Alaihissalam, maka dia telah tergelincir. Barang siapa tergelincir dalam kegelapan, kehinaan, keburukan dan kotornya dosa serta kesalahan, maka hendaknya dia segera bertobat dengan tobat yang tulus dan ikhlas. Barang siapa tidak melakukan hal ini, maka dia telah menjadikan dirinya sasaran amarah Maha Raja yang Maha Besar. Allah telah mewahyukan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman:
ولم يصروا على ما فعلوا وهم يعلمون
"Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.". (QS Ali ‘imran, 3:135).
Memusatkan diri hanya untuk berbuat kebaikan merupakan sifat para Malaikat Al-Muqarrabin, sedangkan hanya berbuat keburukan merupakan sifat setan. Adapun kembali melakukan kebaikan setelah tergelincir dalam keburukan merupakan kebutuhan pokok manusia. Jadi, seseorang yang semata-mata hanya melakukan kebaikan, maka ia adalah Malaikat yang memiliki kedudukan yang dekat dengan Allah. Sedangkan seseorang yang hanya berbuat keburukan, maka dia adalah serupa dengan setan. Adapun manusia adalah dia yang kembali melakukan kebaikan setelah berbuat keburukan.
Dalam diri manusia terdapat dua macam campuran dan sifat. Dan setiap hamba selalu menyesuaikan garis nasabnya dengan Malaikat, Nabi Adam (manusia) atau setan. Inilah hakikat hubungan nasab yang sebenarnya yang pengaruhnya akan tampak kelak pada hari kebangkitan. Engkau dapat menyelaraskan nasabmu dengan manusia, kemudian meningkat dengan Malaikat, sehingga akhirnya dirimu dapat bertemu dengan Allah. Dan engkau dapat pula turun dari derajat manusia dan meletakkan dirimu dalam kelompok setan yang diciptakan semata-mata hanya untuk melakukan keburukan.
Dalam diri manusia terdapat dua macam campuran dan sifat. Dan setiap hamba selalu menyesuaikan garis nasabnya dengan Malaikat, Nabi Adam (manusia) atau setan. Inilah hakikat hubungan nasab yang sebenarnya yang pengaruhnya akan tampak kelak pada hari kebangkitan. Engkau dapat menyelaraskan nasabmu dengan manusia, kemudian meningkat dengan Malaikat, sehingga akhirnya dirimu dapat bertemu dengan Allah. Dan engkau dapat pula turun dari derajat manusia dan meletakkan dirimu dalam kelompok setan yang diciptakan semata-mata hanya untuk melakukan keburukan.
Kebaikan dan keburukan telah tercampur secara sempurna dalam diri manusia dan tidak ada yang dapat memisahkan campuran itu kecuali dua macam api, yaitu api penyesalan atau api neraka. Agar selamat dari keburukan yang telah bercampur kuat dalam dirimu, maka engkau harus dibakar dengan salah satu api di atas, yaitu engkau menyesali setiap dosa yang telah atau masih engkau lakukan dan segera kembali kepada Allah, atau engkau tetap berada dalam kerendahan dan akhirnya masuk ke dalam neraka Jahannam.
Ketahuilah, sesungguhnya bahan utama api yang kelak digunakan untuk menyiksamu terdapat dalam dirimu sendiri. Seandainya bahan utama itu tidak terdapat dalam dirimu, maka neraka tidak akan mampu membakarmu. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah Hadis ketika seorang Mukmin melewati titian yang terbentang di atas neraka menuju Surga, neraka berkata kepadanya:
جزيا مؤمن فقد أطفأ نورك لهبي
"Wahai Mukmin, cepatlah berlalu, karena sesungguhnya cahayamu memadamkan kobaran apiku.". (HR Thabrani)
Jika demikian, pada hakikatnya api pembakaran itu asal dari dirimu sendiri.
حجابك منك وما تشعر وداؤك فيك وما تبصر
تزعم انك جرم صغير وفيك انطوى العالم الأكبر
Tirai (hijab) yang menutupi dirimu, sebenarnya berasal darimu, tapi engkau tak pernah menyadari. Dan penyakitmu berada dalam dirimu, akan tetapi engkau tak melihatnya. Kau kira dirimu hanyalah sebuah tubuh kecil, padahal di dalamnya tersimpan alam yang sangat besar
Sebagaimana dalam Al-Quran, Allah mewahyukan:
وفى الأرض ءايت للمو قنين 20 وفى أنفسكم أفلا تبصرون 21
"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?". (QS Adz-Dzariyat, 51:20-21)
Kebaikan dan keburukan telah tercampur secara sempurna dalam diri manusia dan tidak ada yang dapat memisahkan campuran itu kecuali dua macam api, yaitu api penyesalan atau api neraka. Oleh karena itu, saat ini juga pilihlah salah satu dari api di atas, sebelum tiba saatnya engkau tidak dapat memilih lagi. Pilihlah api penyesalan yang sungguh-sungguh atas semua keburukan yang engkau lakukan, kembalilah kepada Allah, merendahlah di hadapan-Nya, sesalilah hal-hal baik yang selama ini kau lewatkan, dan segera perbaiki semua kesalahan itu. Jika ini tidak kamu lakukan, maka api neraka Jahannam siap membakarmu. Allah Ta’ala mewahyukan:
إن جهنم كا نت مرصادا 21 للطاغين مئابا 22
"Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai. Lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas.". (QS An-Naba: 78:21)
Semoga Allah menyelamatkan kita semua dari siksa neraka.
Dalam pengertian yang mirip di atas, tentang kedua orang tua, Rasulullah S.a.w bersabda:
هما جنتك ونارك
"Keduanya adalah Surgamu dan juga Nerakamu.". (HR Ibnu Majah)
Sungguh mengherankan seseorang yang pada hakikatnya dia mampu memadamkan api itu di sini, akan tetapi ia hanya memikirkan buahnya. Karena itulah orang-orang yang memiliki bashirah (mata hati) menyebutkan bahwa hakikat perjalanan di atas titian menuju Surga adalah di dunia. Adapun yang terjadi di Akhirat hanyalah hasil dari caramu dalam berhubungan dengan Allah di dunia. Begitu pula tentang Surga dan Neraka, di dunia inilah penentuannya, dan hasilnya di Akhirat nanti. Sehubungan dengan permasalahan inilah maka Rasulullah S.a.w bersabda:
الجنة تحت اقدام الأمهات
“Surga berada di bawah telapak kaki ibu.”. (HR Hakim).
Kamu sekarang hendaknya memilih api yang teringan dari dua api tersebut, dan segera mengambil keburukan yang paling ringan dari dua keburukan tersebut, sebelum kesempatan untuk memilih dihentikan, dan secara paksa manusia digiring menuju Surga atau Neraka.
Jika demikian posisi tobat dalam Agama, maka pembahasan hakikat, syarat, sebab, ciri-ciri, buah, penghambat, sarana yang memudahkan tobat harus lebih diutamakan dari pembahasan berbagai amalan lain yang menyelamatkan. Dan hal ini akan menjadi jelas dengan membahas empat hal, dan yang pertama adalah tentang tobat itu sendiri, definisi, hakikat dan batasannya. Kita ingin bertobat, sering mendengar perintah untuk bertobat, akan tetapi kita tidak mengetahui apakah tobat itu? Apakah pandangan dan pemahaman kita tentang tobat dan hakikatnya?
Duhai orang yang ingin bertobat, yang berhasrat untuk bertobat, yang mengetahui bahwa tobat adalah langkah awalnya dalam perjalanan menuju Allah, yang memahami bahwa tobat adalah kebutuhan pokoknya, yang mengerti bahwa tobat adalah modal utamanya, sesungguhnya tobat merupakan ungkapan dari suatu pengertian yang terpadu dan tersusun dari tiga hal, yaitu: ilmu, suasana hati (hal) dan perbuatan.
والتوبة الخلصاء اول خطوة للسالكين إلى الحماء الأمنع
Tobat yang tulus adalah langkah awal Para salik menuju benteng nan kokoh
Yang dimaksud dengan ilmu adalah pengetahuan tentang besarnya bahaya yang diakibatkan oleh dosa-dosa dan tentang posisi dosa-dosa tersebut sebagai penghalang (hijab) antara hamba dengan setiap yang dicintainya.
Dosa, semua keburukan terdapat dalam dosa, segala keburukan dunia dan akhirat adalah karena dosa. Dosa mengakibatkan hati dan wajah berubah menjadi hitam kelam. Dosa menyebabkan seseorang jauh dari wilayah para Nabi dan Shiddiqin. Jika seseorang telah mengetahui dengan sebenar-benar pengetahuan bahwa dosa menyebabkan semua itu, maka dalam hatinya akan muncul perasaan pedih karena ia terhalang untuk memperoleh yang dicintainya.
Sebagaimana kita ketahui, hati akan terluka ketika ia tidak mendapatkan yang dicintainya. Dan jika ternyata luka tersebut diakibatkan oleh perbuatannya sendiri, maka luka yang ia derita dan penyesalannya akan semakin besar. Kekasih yang ia cintai pergi meninggalkannya karena perbuatannya sendiri….Yang menyebabkan kekasihnya pergi bukan orang lain, bukan penyebab lain, akan tetapi dirinya sendiri…Oh, betapa sedih hatinya….Betapa besar lukanya .Ia akan berkata, “Oh .kekasihku pergi meninggalkanku karena perbuatanku….! Siapakah aku ini sebenarnya….? Mengapa aku melakukan semua ini?” Ia pun menyesali perbuatannya. Rasa sakit (pedih) karena kehilangan kekasih lantaran perbuatannya sendiri itulah yang disebut penyesalan.
Pengetahuannya akan besarnya bahaya yang ditimbulkan dosa tersebut membuahkan hal, yaitu hal penyesalan. Jika rasa penyesalan ini telah menguasai hati, maka akan membuahkan hal iradah (keinginan) dan niat yang mendorongnya untuk melakukan tindakan yang berhubungan dengan saat kini, masa lalu dan masa yang akan datang. Tindakan yang berhubungan dengan saat kini adalah ia akan segera meninggalkan perbuatan dosa tersebut, sedangkan yang berhubungan dengan masa yang akan datang adalah ia tidak akan mengulanginya hingga akhir umur, adapun yang berhubungan dengan masa lalu adalah ia segera mengganti atau mengerjakan ulang kewajiban yang dahulu pernah ia abaikan. Dengan demikian maka sempurnalah tobatnya.
Sebagaimana kita ketahui, hati akan terluka ketika ia tidak mendapatkan yang dicintainya. Dan jika ternyata luka tersebut diakibatkan oleh perbuatannya sendiri, maka luka yang ia derita dan penyesalannya akan semakin besar. Kekasih yang ia cintai pergi meninggalkannya karena perbuatannya sendiri….Yang menyebabkan kekasihnya pergi bukan orang lain, bukan penyebab lain, akan tetapi dirinya sendiri…Oh, betapa sedih hatinya….Betapa besar lukanya .Ia akan berkata, “Oh .kekasihku pergi meninggalkanku karena perbuatanku….! Siapakah aku ini sebenarnya….? Mengapa aku melakukan semua ini?” Ia pun menyesali perbuatannya. Rasa sakit (pedih) karena kehilangan kekasih lantaran perbuatannya sendiri itulah yang disebut penyesalan.
Pengetahuannya akan besarnya bahaya yang ditimbulkan dosa tersebut membuahkan hal, yaitu hal penyesalan. Jika rasa penyesalan ini telah menguasai hati, maka akan membuahkan hal iradah (keinginan) dan niat yang mendorongnya untuk melakukan tindakan yang berhubungan dengan saat kini, masa lalu dan masa yang akan datang. Tindakan yang berhubungan dengan saat kini adalah ia akan segera meninggalkan perbuatan dosa tersebut, sedangkan yang berhubungan dengan masa yang akan datang adalah ia tidak akan mengulanginya hingga akhir umur, adapun yang berhubungan dengan masa lalu adalah ia segera mengganti atau mengerjakan ulang kewajiban yang dahulu pernah ia abaikan. Dengan demikian maka sempurnalah tobatnya.
Jelaslah sudah bahwa ilmu merupakan langkah awal bagi setiap orang yang ingin bertobat dan sumber semua kebaikan yang tersebut di atas. Yang kumaksud dengan ilmu di sini adalah keimanan dan keyakinan. Keimanan adalah kepercayaan bahwa dosa merupakan racun yang sangat mematikan Jika engkau telah mengetahui hal ini dengan pengetahuan yang menyebabkanmu seakan-akan dapat melihatnya langsung dengan kedua matamu, maka pengetahuanmu ini cukup untuk membentengi dirimu. Jika tidak, maka sesungguhnya hatimu belum mengetahui meskipun engkau memiliki pengetahuan. Coba perhatikan, seorang anak kecil yang tidak mengetahui bahaya ular, ketika melihat seekor ular ia segera lari menjauhinya karena ia melihat ayahnya menghalau ular tersebut. Ketika melihat ayah dan ibunya ketakutan ia pun ketakukatan dan segera menjauhinya.
Dosa menyebabkan bencana, menimbulkan kesialan, mengantarkan seseorang ke dalam siksa api neraka dan murka Allah yang Maha Penakluk, serta menjauhkannya dari para Nabi. Dosa juga menyebabkan su-ul khatimali (akhir usia yang buruk), mengakibatkan kerugian dunia dan Akhirat. Hal ini harus kita yakini dengan sebenar-berrnya, dan sedikit pun tidak boleh kita meragukannya.
Jika keyakinan ini benar-benar menguasai hati, maka akan membuahkan api penyesalan Berapa banyak orang-orang yang menangis karena terbakar oleh api penyesalan; orang-orang yang ikhlas dan shidq (memiliki kesungguhan). Padahal mereka tidak memiliki dosa. Jika demikian dengan mereka, lalu mengapa mata kita beku? Tak menangisi dosa-dosa kita? Apakah kita tidak memiliki dosa dan merekalah yang banyak dosa? Ketahuilah, dosa yang mereka tangisi bukanlah dosa, melainkan berbagai amal saleh seperti yang kita kerjakan. Oh.betapa besar bedanya, antara kita dan mereka… Mengapa mereka dapat menyadari kekurangannya, sedangkan kita tidak dapat menyadari dosa-dosa kita…? Mengapa mereka dapat merasakannya dan kita tidak dapat merasakannya? Mengapa mereka mau mengetuk pintu-Nya dengan merendahkan diri dan menangis, sedangkan kita pura-pura buta dan tuli akan dosa-dosa kita?
Sungguh mengherankan para Shidiqqin menangis sedangkan engkau tenggelam dalam kelalaian, Al-Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah) menyesali kekurangan mereka sedangkan engkau tertawa. Mengapa mereka dapat merasakannya sedangkan engkau tidak? Bagaimana mereka dapat memahaminya sedangkan engkau tidak? Kapankah engkau dapat merasakannya, dapat menyadarinya? Mereka adalah orang-orang yang hidup dalam cinta kepada Allah semenjak kecil. Mereka hidup dengan rasa takut kepada Allah dan senantiasa merenung. Berapa umur kita saat ini? Ada yang 14 tahun, 15 tahun, 18 tahun. Seorang ahli tafsir menyatakan bahwa seseorang kelak di hari kiamat akan ditanya tentang umurnya karena ia tidak sadar-sadar hingga ajal menjemputnya, kepadanya akan dibacakan ayat berikut:
أولم نعمركم ما يتذكر فيه من تذكر وجا ءكم النذير فذوقوا فما للظلمين من نصير 37
Dan apakah kami tidak memanjangkan umur mu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. (Fathir, 35:37)
Delapan belas tahun telah berlalu tapi engkau tidak paham, tidak merasakannya. Rubahlah matamu dari mata yang beku menjadi mata yang suka menangis, rubahlah hatimu dari hati yang keras menjadi hati yang khusyuk (takut kepada Allah). Allah mewahyukan:
فويل للقسية قلوبهم من ذكر الله
Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang Telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. (Az-Zumar, 39:22).
Seseorang yang mengetahui bahaya dosa, dalam dirinya akan muncul api penyesalan, sehingga hatinya merasa kesakitan. Dalam hatinya memancar cahaya iman, sehingga ia mampu melihat bahwa dirinya terhijab (terhalang;terdindingi) dari kekasihnya. Orang yang mengalami hal ini akan terluka hatinya. Akan tetapi, jika cahaya iman tidak memancar dalam harimu, maka engkau tidak akan pernah menyadari bahwa dirimu terhijab.
حجبوا وحسبهم الحجاب عذاب
يا ليتهم سمعوا النداء فأجابوا
عكفوا على كسب الذنوب وليت إذ
عكفوا عليها بعد ذالك تابوا
فيسالون عن الذنوب وليت إذ
وعليهموا بعد السؤال جواب
ماذا يفيد صفاامعاش وبعده
غصص المعاد وكربة وحساب
دقق بفكرك يا فطين فأنها
عبربها قد حارت الألباب
Mereka terhijab dan cukup hijab itu sebagai adzab
Oh seandainya ketika mendengar panggilan mereka mau menjawab
Mereka berbuat dosa tanpa henti
Oh seandainya setelah itu mereka mau bertobat
ketika ditanya tentang semua dosanya
Mereka mampu menjawab pertanyaan itu
Apa manfaat kehidupan yang serba nikmat Jika setelah itu merasakan berbagai kesusahan, kesedihan dan perhitungan amal di hari kemudian Duhai orang yang cerdas berpikirlah secara matang Karena di sana kan kau temukan banyak pelajaran Yang membuat akal linglung kebingungan
فيم التخلف والإهمال والكسل
والقوم مرت بهم تطوي الفلا الإبل
Mengapa (kita) masih tertinggal, mengabaikan dan bermalas-malasan Sedangkan kaum (sholihin) menunggang onta mengarungi padang sahara
اغتنم فرصة الليالي البواقي
ذهب العمر عنك والوزر باقي
تب إلى الله بالنصيحة وارجع
قبل ان تبلغ النفوس التراقي
والباس الذل للمهيمين واخضع
وتهيأ لعرض يوم التلاقي
لست بالسابق الغداة إذا كنت
بطيئا واسرعوا للسباقي
وإذا قاتك السباق فإلحاق
وإذا جاوزا أقم في اللحات
ألق ما في يديك من كل شيء
وارمه للفراق قبل الفراق
واصحب الصالحين ما دمت
حيا إنهم للضعيف خير رفاق
وإذا كنت عاشقا علويا
فتحلى بحلية العشاق
بالتماس الرضا وترك المعاص
وببذل اليدين بالإنفاق
Karena umurmu akan habis sedangkan dosamu selalu ada
Tobat dan kembalilah kepada Allah dengan tulus, sebelum ruh sampai di kerongkongan
Hinakan dan rendahkan dirimu kepada-Nya. Dan bersiaplah untuk menghadapi hari pertemuan
Esok kamu takkan menjadi juara, jika dirimu berlambat-lambat Maka segeralah berlomba
Jika kamu tertinggal maka segera susullah
Jika mereka mendahuluimu maka bertekadlah tuk mengejarnya
lemparkanlah segala sesuatu yang kamu miliki
tinggalkanlah mereka saat ini juga
sebelum kamu benar-benar meninggalkannya
sepanjang hidupmu bertemanlah dengan orang saleh sebab mereka teman terbaik orang yang lemah
Jika engkau senang dengan derajat yang tinggi maka berhiaslah dengan pakaian perindu Allah yaitu dengan mencari keridhaan-Nya dan meninggalkan kemaksiatan serta senantiasa membuka kedua tangan untuk berderma.
Mereka adalah orang-orang yang gemar bertobat, suka menangis, orang-orang yang khusyuk, yang tunduk kepada Allah. Lihatlah bagaimana Sayyidina Ali Zainal Abidin yang setiap hari shalat sunah seribu raka'at, tiap malam air matanya berderai, hingga di kedua pipinya ada garis hitam akibat sering menangis karena takut kepada Allah. Renungkanlah, di kedua pipinya ada garis hitam bekas aliran air mata yang mengalir karena takut kepada Allah.
Pada suatu malam, Sayidah Aisyah R.a melihat Rasulullah menangis dalam shalatnya hingga janggut Beliau basah. Selesai shalat beliau berbaring hingga Bilal datang menjumpai beliau memberitahukan waktu Subuh telah tiba. Saat menyaksikan beliau S.a.w sedang menangis, maka Bilal pun berkata, ‘Duhai Rasulullah, apakah engkau masih menangis sedangkan telah diwahyukan kepadamu:
ليغفر لك الله ما تقدم من ذنبك وما تأخر ويتم نعمته عليك ويهديك صراطا مستقيما 2
Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang Telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus. (Al-Fath, 48:2)
Rasulullah saw menjawab, “Hai Bilal, malam ini turun kepadaku beberapa ayat, sungguh celaka seseorang yang membacanya dan tidak merenungkan isinya.” Kemudian beliau membaca ayat-ayat berikut:
إن فى خلق السموات والأرض واختلف اليل والنهار لأيت لأولى الأالباب .190 . الذين يذكرون الله قيما وقعودا وعلى جنوبهم
ويتفكرون فى خلف السموات والأرض ربنا ما خلقت هذا بطلا سبحنك فقنا عذاب النار .191 . ربنا إنك من تدخل النار فقد
اخزيته وما للظلمين من أنصار .192 . ربنا إننا سمعنا مناديا ينادى للإيمن أن امنوا بربكم فأمنا ربنا فاغفرلنا ذنوبنا وكفر عنا
سيئا تنا وتوفنا مع الأبرار . 193 . ربنا وءتنا ما وعد تنا على رسلك ولا تخزنا يوم القيامة إنك لا تخلف الميعاد .194
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, Sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami. Sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, Maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang Telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (Ali ‘Imran, 3:190-194)
Mengapa ketika membaca ayat-ayat di atas engkau tidak menangis? Apakah engkau lebih baik dari Nabi S.a.w? Tidak!! Beliau yang terbaik dari segala makhluk Allah. Beliau dapat menggantikan segala sesuatu, akan tetapi tidak ada sesuatu pun yang dapat menggantikan Beliau S.a.w.
Duhai kawan, ingatlah Allah, ingatlah Allah, ingatlah Allah. Apakah engkau kira Asma Allah itu sekedar empat huruf yang diucapkan lisan?. Permasalahannya jauh lebih besar, jauh lebih dahsyat dari itu. Sesungguhnya Dia adalah Allah, kuingatkan dirimu, permasalahannya adalah kita berhadapan dengan Allah.
Setelah dalam hatinya memancar cahaya iman, ia pun mampu melihat bahwa dirinya terhijab (terhalang, terdindingi) dari kekasihnya. Maka muncullah api penyesalan yang mendorongnya untuk melakukan perbaikan. Pengetahuan, penyesalan dan keinginannya untuk melakukan perbaikan dengan cara segera meninggalkan kemaksiatan yang masih dilakukannya dan di masa datang tidak akan mengulanginya kembali serta ia segera mengganti atau mengerjakan ulang kewajiban yang dahulu pernah ia abaikan, inilah yang biasa disebut dengan tobat, walaupun seringkah penyesalan itu sendiri telah disebut sebagai tobat. Ilmu (pengetahuannya) dianggap sebagai pendahulu dan pembuka, sedangkan tindakan meninggalkan maksiat yang sedang dilakukan itu sendiri merupakan hasilnya nanti, merupakan buah ilmu. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah S.a.w berikut:
الندم توبة
"Penyesalan itu adalah tobat". (HR Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim)
Saudaraku yang hadir dalam majelis ini, engkau dianggap benar-benar hadir di sisi Allah adalah jika dalam hatimu muncul penyesalan yang sungguh-sungguh atas semua dosa yang engkau lakukan. Jika tidak, maka kehadiranmu bersama kami di tempat ini hanya membawa sedikit manfaat. Maka dengarkanlah, munculkanlah api penyesalan yang sungguh-sungguh dari dalam lubuk hatimu atas semua keburukan yang pernah kau lakukan, baik yang berhubungan dengan-Nya maupun dengan sesama manusia.
Dengan demikian, penyesalan itu sendiri telah mengandung dua hal, yaitu buahnya dan sekaligus yang menghasilkan buah itu sendiri. Yang menghasilkan buahnya adalah ilmu sedangkan buahnya adalah tindakan.
Tindakan yang berhubungan dengan saat kini adalah ia akan segera meninggalkan perbuatan dosa tersebut, yang berhubungan dengan masa yang akan datang adalah ia tidak akan mengulanginya hingga akhir umur, sedangkan yang berhubungan dengan masa lalu adalah ia segera mengganti atau mengerjakan ulang kewajiban yang dahulu pernah ia abaikan. Karena itu ada yang mengatakan bahwa tobat adalah melelehnya isi perut (menjadi kurus) karena menyesali kesalahan yang dilakukan. Isi perutmu meleleh karena menyesali dosa-dosa yang pernah kau lakukan. Inilah tobat, bagaimana seseorang dapat disebut bertobat jika ia tidak memiliki penyesalan dan tidak merasakan kepedihan dalam hatinya.
Seseorang harus bertobat kepada Allah atas tobat yang seperti ini. Sayidah Rabi’ah berkata, “Istighfar kita perlu diistighfari lagi, dan tobat kita harus ditobati lagi.”. Ada pula yang mengatakan bahwa tobat adalah api yang menyala-nyala dalam jiwa dan sesuatu yang pecah di dalam hati dan tidak berceceran. Ini sebagian dari arti tobat sebagai sebuah penyesalan yang dihasilkan oleh ilmu yang kemudian membuahkan tindakan tertentu.
Tindakan yang berhubungan dengan saat kini adalah ia akan segera meninggalkan perbuatan dosa tersebut, yang berhubungan dengan masa yang akan datang adalah ia tidak akan mengulanginya hingga akhir umur, sedangkan yang berhubungan dengan masa lalu adalah ia segera mengganti atau mengerjakan ulang kewajiban yang dahulu pernah ia abaikan. Karena itu ada yang mengatakan bahwa tobat adalah melelehnya isi perut (menjadi kurus) karena menyesali kesalahan yang dilakukan. Isi perutmu meleleh karena menyesali dosa-dosa yang pernah kau lakukan. Inilah tobat, bagaimana seseorang dapat disebut bertobat jika ia tidak memiliki penyesalan dan tidak merasakan kepedihan dalam hatinya.
Seseorang harus bertobat kepada Allah atas tobat yang seperti ini. Sayidah Rabi’ah berkata, “Istighfar kita perlu diistighfari lagi, dan tobat kita harus ditobati lagi.”. Ada pula yang mengatakan bahwa tobat adalah api yang menyala-nyala dalam jiwa dan sesuatu yang pecah di dalam hati dan tidak berceceran. Ini sebagian dari arti tobat sebagai sebuah penyesalan yang dihasilkan oleh ilmu yang kemudian membuahkan tindakan tertentu.
Tobat dalam arti meninggalkan kemaksiatan yang sedang dilakukan merupakan buah terakhir dari tobat. Disebutkan bahwa tobat adalah menanggalkan pakaian jafa’ dan menghamparkan permadani wafa’ Sahl bin ‘Abdullah At-Tusturi rahimahullah berkata: “Tobat adalah menggantikan semua gerak-gerik yang tercela dengan yang terpuji dan hal ini hanya akan sempurna dengan berkhalwat (menyendiri), diam dan memakan makanan halal“. Apa yang beliau utarakan ini merupakan hakikat tobat, bukan definisi tobat secara bahasa.
“Jika engkau telah mengetahui hakikat tobat, maka engkau tidak akan memusatkan perhatianmu pada definisi tobat secara bahasa. Sebuah definisi yang mampu menghimpun ketiga unsur tobat (ilmu, suasana hati (hal) dan perbuatan) maka itulah tobat. Amalkan ketiga hal ini, sebab banyak orang yang menghabiskan usianya hanya untuk merenungkan definisi tobat secara bahasa, akan tetapi kosong dari hakikat tobat itu sendiri“.
“Jika engkau telah mengetahui hakikat tobat, maka engkau tidak akan memusatkan perhatianmu pada definisi tobat secara bahasa. Sebuah definisi yang mampu menghimpun ketiga unsur tobat (ilmu, suasana hati (hal) dan perbuatan) maka itulah tobat. Amalkan ketiga hal ini, sebab banyak orang yang menghabiskan usianya hanya untuk merenungkan definisi tobat secara bahasa, akan tetapi kosong dari hakikat tobat itu sendiri“.
~ Al Habib Umar bin Hafidz ~
Saduran Ceramah Obat Hati
EmoticonEmoticon