Al Abadillah al-Arba’ah - Pakar Keilmuan Era Sahabat

Bagi umat yang rajin mengikuti majelis ta'lim, atau lebih khusus lagi di kalangan penuntut ilmu (ilmu hadist), santri dan mahasiswa, di pondok pesantren maupun perguruan tinggi Islam, tak asing di telinga mereka istilah 'Empat Abdullah' (R.a).

Mereka adalah para Sahabat mulia yang dikenal sebagai pakar-pakar keilmuan era sahabat. Al Abadillah al-Arba’ah (Empat orang yang bernama Abdullah), yaitu: Abdullah bin Amr bin Al-Ash R.a, Abdullah bin Abbas R.a, Abdul­lah bin Umar R.a dan Abdullah bin Zubair R.a.

Berikut kami ketengahkan secara ringkas mengenai riwayat Empat Abdullah ini, agar kita semakin mengenal dan semoga kita bisa meraih hikmah dan keteladanan, dari mereka para Sahabat mulia yang se-zaman dengan Baginda Rasulullah S.a.w.


Sayyidina Abdullah bin Amr bin Ash R.a (W 63 H)

Beliau adalah seorang dari Abadilah yang faqih, ia memeluk agama Islam sebelum ayahnya, kemudian hijrah sebelum penaklukan Mekkah. Abdullah adalah seorang ahli ibadah yang zuhud, banyak berpuasa dan shalat, sambil menekuni hadits Rasulullah S.a.w. Jumlah hadits yang diriwayatkannya mencapai 700 hadits. Setelah meminta izin dari Nabi untuk menulis, ia lalu memulai mencatat hadits yang didengarnya dari Nabi S.a.w. Mengenai hal ini Abu Hurairah R.a berkata:

“Tak ada seorangpun yang lebih hapal dariku mengenai hadits Rasulullah, kecuali Abdullah bin Amr bin al-Ash. Karena ia mencatat sedangkan aku tidak”.

Abdullah bin Amr R.a meriwayatkan hadits dari Umar, Abu Darda, Muadz bin Jabal, Abdurahman bin Auf, dan beberapa yang lain. Yang meriwayatkan darinya antara lain Abdullah bin Umar bin Al-Khatthab, as-Sa’ib bin Yazid, Sa’ad bin Al-Musayyab, Thawus, dan Ikrimah.

Sanad paling shahih yang berpangkal darinya ialah yang diriwayatkan oleh Amr bin Syu’aib dari ayahnya dan kakeknya Abdullah.

Abdullah bin Amr wafat pada tahun 63 Hijriyah, pada malam pengepungan Al-Fusthath.


Sayyidina Abdullah bin Abbas R.a (W 68 H)

Abdullah bin Abbas R.a adalah sahabat ke-lima yang terbanyak meriwayatkan hadist sesudah Sayyidah Aisyah R.a, ia meriwayatkan 1.660 hadits.

Beliau adalah putera Abbas bin Abdul Mutthalib bin Hasyim, paman Rasulullah S.a.w dan ibunya adalah Ummul Fadl Lababah binti Harits saudari Ummul Mukminin Maimunah.

Sahabat yang mempunyai kedudukan yang sangat terpandang ini dijuluki dengan 'Kyai Umat Islam'. Beliaulah asal silsilah khalifah Daulat Abbasiah. Ibnu Abbas dilahirkan di Mekkah dan besar di saat munculnya Islam, di mana beliau terus mendampingi Rasulullah S.a.w sehingga beliau mempunyai banyak riwayat Hadist Sahih dari Rasulullah S.a.w. Beliau ikut di barisan Sayyidina Ali bin Abi Thalib R.a dalam perang Jamal dan perang Shiffin. Beliau ini adalah pakar fiqih, genetis Arab, peperangan dan sejarah.

Abdullah lahir tiga tahun sebelum hijrah dan Nabi S.a.w mendoakannya: “Ya Allah berilah ia pengertian dalam bidang agama dan berilah ia pengetahuan takwil (tafsir)”. Allah mengabulkan doa Nabi-Nya, sehingga Ibnu Abbas terkenal dengan penguasaan ilmu dan pengetahuannya perihal agama yang luas dan mendalam, ummat menjadikan ia yang paling dicari untuk dimintai fatwa penting sesudah Sayyidina Abdullah bin Mas’ud R.a, selama kurang lebih tiga puluh tahun. Begitu pula tentang ilmu fiqih, tafsir, bahasa arab, sya’ir, ilmu hitung dan fara’id.

Tentang Ibnu Abbas, Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah berkata: ”Tak pernah aku melihat seseorang yang lebih mengerti dari pada Ibnu Abbas tentang ilmu hadits Nabi S.a.w, serta keputusan-keputusan yang dibuat Abu Bakar, Umar, dan Utsman (R.a)“.

Orang suatu hari menyaksikan ia duduk membicarakan ilmu fiqih, satu hari untuk tafsir, satu hari lain untuk masalah peperangan, satu hari untuk syair dan memperbincangkan bahasa Arab. "Sama sekali aku tidak pernah melihat ada orang alim duduk mendengarkan pembicaraan beliau begitu khusyuknya kecuali kepada beliau. Dan setiap pertanyaan orang kepada beliau, pasti ada jawabannya”.

Menurut Imam An-Nasa’i, sanad hadits Ibnu Abbas paling Shahih adalah yang diriwayatkan oleh az-Zuhri, dari Ubaidullah bin Abdullah bin ‘Utba, dari Ibnu abbas. Sedangkan yang paling Dlaif adalah yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Marwan as-Suddi Ash-Shaghir dan Al-Kalabi, dari Abi Shalih. Rangkaian ini disebut silsilah Al-Kadzib (silsilah bohong).

Ibnu Abbas mengikuti Perang Hunain, Thaif, Penaklukan Mekkah dan Haji Wada’. Ia menyaksikan penaklukan Afrika bersama Ibnu Abu as-Sarah. Perang Jamal dan Perang Shiffin bersama Sayyidina Ali bin Abi Thalib K.w.

Ia wafat di Thaif pada tahun 68 Hijriyah. Ibnu al-Hanafiyah ikut menshalatkannya.

(Biografi Ibnu Abbas dalam Al-Ishabah no.4772).


Sayyidina Abdullah bin Umar R.a (W 72 H)

Periwayatan paling banyak berikutnya sesudah Abu Hurairah R.a adalah Abdullah bin Umar. Ia meriwayatkan 2.630 hadits.

Abdullah adalah putra khalifah ke-dua Sayyidina Umar bin Khatthab R.a, saudara kandung Sayyidah Hafshah Ummul Mukminin. Ia salah seorang di antara orang-orang yang bernama Abdullah (Al-Abadillah al-Arba’ah) yang terkenal sebagai pemberi fatwa. Tiga orang lain ialah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amr bin al-Ash dan Abdullah bin az-Zubair.

Ibnu Umar dilahirkan tidak lama setelah Nabi S.a.w diutus, umurnya 10 tahun ketika ikut masuk Islam bersama ayahnya. Kemudian mendahului ayahnya, ia hijrah ke Madinah. Pada saat perang Uhud ia masih terlalu kecil untuk ikut perang, sehingga tidak mendapat izin. Tetapi setelah selesai perang Uhud ia banyak mengikuti peperangan, seperti perang Qadisiyah, Yarmuk, Penaklukan Afrika, Mesir dan Persia, serta penyerbuan Basrah dan Madain.

Az-Zuhri tidak pernah meninggalkan pendapat Ibnu Umar untuk beralih kepada pendapat orang lain. Imam Malik dan az-Zuhri berkata: ”Sungguh, tak ada satupun dari urusan Rasulullah dan para sahabatnya yang tersembunyi bagi Ibnu Umar”. Ia meriwayatkan hadits dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Sayyidah Aisyah, saudari kandungnya Hafshah dan Abdullah bin Mas’ud. Yang meriwayatkan dari Ibnu Umar banyak sekali, diantaranya Sa’id bin al-Musayyab, al Hasan al Basri, Ibnu Syihab az-Zuhri, Ibnu Sirin, Nafi’, Mujahid, Thawus dan Ikrimah.

Abdullah bin Umar wafat pada tahun 73 Hijriyah, ada yang mengatakan bahwa Al-Hajjaj menyusupkan seorang ke rumahnya yang lalu membunuhnya. Dikatakan pula, mula-mula ia diracun kemudian ditombak. Pendapat lain mengatakan bahwa Sayyidina ibnu Umar R.a meninggal secara wajar.

Sanad paling Shahih yang bersumber dari ibnu Umar adalah yang disebut Silsilah adz- Dzahab (silsilah emas), yaitu Malik, dari Nafi’, dari Abdullah bin Umar. Sedang yang paling Dlaif: Muhammad bin Abdullah bin al-Qasim dari bapaknya, dari kakeknya, dari ibnu Umar.

(Biografi Ibnu Umar dalam Al-Ishabah no.4825 dan Tahdzib al-Asma’ 1/278, Thabaqat Ibn Sa’ad 4/105).


Sayyidina Abdullah bin Zubair R.a (W 94 H)

Abdullah bin Zubair adalah seorang pemimpin masa Khalifah Sayyidina Ali bin Abi Talib K.w dan awal khilafah Bani Umayyah. Dia adalah bayi pertama yang lahir di kalangan Muhajirin di Madinah. Ayahnya bernama Zubair bin Awwam dan ibunya, Asma binti Abu Bakar ash-Shiddiq. Ia sepupu dan juga kemenakan Nabi Muhammad S.a.w dari istrinya, Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar R.a.

Ia termasuk salah seorang dari “Empat ‘Ibadillah” (empat orang yang bernama Abdullah) dari 30 orang lebih Sahabat Nabi S.a.w yang dikenal menghafal seluruh ayat-ayat Al-Qur’an. Tiga orang ‘Ibadillah lainnya adalah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar bin Khatab, dan Abdullah bin Amr bin Ash.

Ibnu Zubair telah mengenal perang sejak berusia 12 tahun, yaitu ketika bersama ayahnya turut dalam Perang Yarmuk, dan empat tahun kemudian kembali menyertai ayahnya yang menjadi anggota pasukan Amr bin Ash di Mesir. Ibnu Zubair juga mengambil bagian dalam ekspedisi Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh melawan orang-orang Byzantium di Afrika. Semua peristiwa tersebut mengundang kekaguman penduduk Madinah kepadanya.

Di masa Khalifah Sayyidina Usman bin Affan R.a, ia duduk sebagai anggota panitia yang bertugas menyusun Al-Qur’an ke dalam sebuah kitab.

Previous
Next Post »