Negeri Shalawat

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al Ahzab [33]: 56).

Mari belajar bershalawat dari kisah penduduk Sudan di belahan negeri Afrika. Orang-orang Sudan terkenal dengan kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam. Sekitar 14 tahun yang lalu ketika saya pergi haji, sambil menunggu di airport Jeddah, saya bertemu rombongan-rombongan dari berbagai seluruh penjuru dunia, diantaranya ada sekelompok orang dari Sudan. Saya duduk berbincang dengan mereka orang-orang Sudan dan dalam perbincangan tersebut mereka mengatakan, “kami ini orang-orang Sudan adalah orang-orang yang cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam, kami ungkapkan kecintaan kami kepada beliau dengan memperbanyak sholawat serta salam kepada beliau”. Orang Sudan mengatakan, hiburan kami adalah lantunan syair-syair pujian baginda Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam.

Di negeri Sudan sering kali terjadi perperangan dan ditengah-tengah peperangan, keadaan yang sulit dan berat, yang menghibur mereka adalah lantunan syair pujian kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam. Di medan perang dan di saat-saat genting, yang menghilangkan penatnya peperangan adalah syair pujian untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam, dan dengan itu mereka meraih kemenangan dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Orang Sudan sangat mengenal cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala terus menanamkan kecintaan yang mendalam kepada nabi besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam.

Banyak fadhilah, kemuliaan, dari sholawat serta salam kepada Baginda Nabi Besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam. Setelah mengetahuinya, bagaimana kita bersholawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam?. Setiap hari kita memegang gadget, berapa kali kita bersholawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam?. Ketikan karakter SMS, whatsapp, broadcast yang kita tulis tidak terhitung, tapi berapa kali kita bersholawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam?. Berjam-jam memegang handphone, tapi berapa jam kita memegang tasbih untuk bersholawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam?. Begitu banyak alasan (kerja, sibuk) tetapi tidak ada waktu dalam 24 jam, untuk bersholawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam.

Seorang pemalas yang cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam, minimal tiap hari memegang tasbihnya untuk bersholawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam sebanyak 300 kali. Itu jumlah minimal untuk kategori pemalas. Adapun para pecinta sejati, contohnya Al Imam Al Arif Billah Al Habib Abdullah bin Husein bin Tohir, guru dari Al Habib Utsman bin Yahya mufti betawi, setiap hari bersholawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam sebanyak 25.000 (dua puluh lima ribu) kali setiap harinya. Beliau menganggap jumlah 25.000 itu sedikit. Setiap hari beliau bermunajat kepada Allah dan memanggil nama “Ya Allahu Ya Allah” sebanyak 25.000 kali. Setiap hari lisan beliau membaca “Lailahaillah Muhammadur-Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam” sebanyak 25.000 kali. Jika kita bisa melakukan setitik saja dari beliau, setiap hari sebanyak 25 kali, langsung timbul rasa bangga, padahal Al Habib Abdullah bin Husein bin Tohir melakukan 25.000 kali setiap hari tanpa ada kesombongan di dalam hatinya. Setiap malam beliau menangis sambil berdo’a kepada Allah dan di dalam do’anya beliau mengatakan “Yaa Allah, aku tiada memiliki amal ibadah”. Bagaimana yang 25.000 kali?, beginilah keadaan orang yang mengenal Allah Subhanahu wa ta’ala, banyak ibadah tetapi tidak penah memandang itu ibadah.

Gunakan kesempatan. Tinggal di negeri macet maka gunakanlah kesempatan. Memegang tasbih dan bersholawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam, dari rumah sampai ke kantor, dari rumah sampai ke toko, dari rumah sampai ke pasar, dari rumah sampai ke segala tempat, kita gunakan kesempatan untuk mendapatkan shalawat kecil kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa shohbihi wasallam. Mencoba mensyukuri kemacetan sebagai kesempatan kita untuk bersholawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam. Jadikan ini program baru, program shalawat saat macet, ketimbang memaki orang. Siapkan tasbih untuk bersholawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam. Siapkan pulpen, siwak, dan tasbih. Bagi yang ingin bermimpi bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam tetapi tidak pernah bersholawat, maka mimpi tersebut terlalu tinggi. Bersholawatlah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam dengan penuh dengan kerinduan, dengan cinta, dengan macam-macam sholawat yang banyak, shalawat panjang atau pendek, tidak ada masalah asalkan shalawat dilakukan dengan kerinduan di dalam hati kepada beliau Shallahu ‘alaihi  wa aalihi washohbihi wasallam.

Sayyidina Imam Al kutub Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, ulama-ulama terdahulu mempunyai kebiasaan membaca wird. Mereka secara rutin membaca Dalail Khoirot yang dikarang oleh Al Imam Al Jazuli, tentang sholawat kepada Nabi besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam.

Ada kisah yang melatarbelakangi lahirnya kitab Dalail Khoirot tersebut. Al Imam Al Jazuli adalah seorang imam dan ulama besar dizamannya. Suatu kali beliau berjalan di tengah padang pasir. Ketika masuk waktu sholat, beliau ingin berwudhu tetapi tidak mendapatkan air. Dari kejauhan, beliau melihat perkampungan. Di tengah padang pasir perkampungan, beliau mampir dan begitu sampai disana kebetulan tidak ada orang. Saat itu siang hari dan semua sibuk di rumah masing-masing. Saat beliau mengambil air, timba dan tali tidak tersedia di mulut sumur. Beliau kebingungan seraya berkata, “ini kalau saya turun ke bawah, saya tidak bisa naik lagi”. Ternyata di samping sumur ada rumah dan di atas rumah itu ada gadis kecil berumur 8 tahun. Gadis itu turun dari rumahnya dan menghampiri Al Imam Al Jazuli kemudian bertanya “ada perlu apa?, Beliau pun menjawab “saya mau ambil wudhu tetapi tidak ada timbanya” Saat itu Al Imam Al Jazuli dengan pakaiannya, pakaian seorang ulama, dan gadis itu bertanya “engkau siapa?”. Beliau menjawab, “Saya Al Jazuli”. Gadis itu mengenali beliau dan berkata, “oohh engkau Al Jazuli yang terkenal itu?”. Gadis kecil tersebut kemudian berkata “Ya Allah kasian sekali engkau, engkau Imam yang agung, seorang ulama besar, tidak ada timba dan engkau bingung?, ayo ikut saya, saya tunjukan”. Gadis kecil itu kemudian berdiri di depan mulut sumur, membaca sedikit sholawat, lalu meludah ke dalam sumur. Air keluar dari dalam sumur sampai luber, lalu gadis kecil itu mempersilahkan wudhu. Setelah selesai wudhu, gadis kecil itu membaca sholawat kembali hingga air surut dan air turun lagi ke bawah. Beliau Imam Al Jazuli heran dan bertanya, ‘apa yang kamu baca?”. Gadis 8 tahun itu menjawab, “Saya bisa seperti ini tidak lain karena setiap hari saya bersholawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam sekian puluh ribu kali dan ini yang Allah berikan kepadaku“. Imam Al jazuli terharu dan beliau bertekad “jika sudah sampai rumah, saya akan menulis suatu kitab yang merangkum segala macam sholawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam”. Maka dikaranglah oleh beliau kitab Dalail Khoirot yang terbagi menjadi 7 bagian, sehingga jika dibaca 1 minggu kita bisa mengkhatamkan 1 kali Dalail Khoirot. Alhabib Ali Al Habsyi mampu mengkhatamkan 7 kali setiap harinya, sehingga tidak mengherankan apabila setiap hari beliau bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wasallam.

Al Habib Ahmad bin Novel bin Jindan - Jalsatul Itsnain, Masjid Pancoran 3 November 2014

Sumber: www.alhabibahmadnoveljindan.org


Baca juga:
- Shalawat Dalailul Khairat
Shalawat - Menjaring Rahmat Allah dari Lautan Nabi Tak Bertepi
Keagungan Shalawat dan Pentingnya Kita Berdiri Menyambut Rasulullah SAW

Previous
Next Post »