Shalawat dan Salam Kepada Sayyidina Muhammad S.A.W

Bershalawat ke atas Nabi Muhammad S.A.W merupakan sarana untuk menumbuhkan kecintaan kita kepada Rasulullah S.A.W, semakin banyak dan sering bershalawat tentu semakin besar pula kecintaan kita kepada Beliau S.A.W

Berikut ini kami ketengahkan kutipan manfaat shalawat kepada Nabi Muhammad S.A.W dari buku Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyah yang ditulis oleh Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dan telah dialih-bahasakan oleh H.M.H. Al-Hamid Al-Husainy dengan judul Kemuliaan Ummat Nabi Muhammad S.A.W dan diterbitkan oleh Pustaka Hidayah:

"Di antara berbagai kemuliaan yang dikaruniakan Allah S.W.T kepada umat Nabi Muhammad S.A.W ialah, bahwa Allah S.W.T memberi ganjaran yang amat besar kepada orang yang mengucapkan shalawat dan salam kepada manusia termulia, Muhammad bin Abdullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam".

Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad S.A.W merupakan salah satu dzikir yang mendatangkan pahala bagi orang yang mengucapkannya dan mengerti maknanya.

Orang yang sibuk bershalawat hanya dengan mengulang-ulang lafalnya mendapat pahala seperti pahala yang diterima orang yang mengulang-ulang lafal tahlil, takbir, tahmid dan tasbih. Mengenai hal ini kami tidak bermaksud membanding-bandingkan antara pahala yang satu dengan yang lain. Kami hanya bermaksud hendak mengatakan, bahwa orang yang sibuk mengucapkan shalawat dan salam kepada Al-Mushtafa Sayyidina Muhammad S.A.W, ia mendapat pahala, meskipun hanya mengulang-ulang lafal shalawat dan salam. Sama halnya dengan orang yang mengulang-ulang lafal tahlil, takbir, tasbih, dan tahmid sebagai dzikir yang pengucapannya dan pengertian tentang maknanya dinilai sebagai ibadah. Oleh karena itu kaum salaf membiasakan diri mengucapkan shalawat dan salam dalam jumlah tertentu.

Perlu diketahui, bahwa ucapan shalawat dan salam tidaklah ada gunanya jika orang yang mengucapkannya itu tidak percaya dan tidak yakin bahwa ucapan shalawat dan salam itu disyariatkan oleh agama dan berasal dari Nabi S.A.W. Apalagi kalau ia beranggapan ucapan itu berasal dari dirinya sendiri atau dari orang lain (bukan Rasulallah S.A.W). Sebab, pada hakikatnya masalah ini (shalawat dan salam) adalah berasal dari Rasulallah S.A.W. Jadi, jika ada wacana (pemikiran atau pendapat) yang menganggap bahwa masalah itu tidak berasal dari Nabi S.A.W, itu sama sekali tidak dapat kami benarkan, bahkan kami tentang sekeras-kerasnya. Kami pandang wacana seperti itu adalah bid’ah yang buruk dan jahat. Nabi S.A.W sendiri pasti tidak meridhainya.

Adapun orang yang membiasakan diri mengucapkan shalawat dan salam itu tahu dan percaya, bahwa masalah itu berasal dari Nabi S.A.W, namun ia tidak yakin bahwa itu merupakan ibadah sunnah atau masryru’ah (disyariatkan oleh agama)... itu tidak apa-apa.

Banyak di antara kaum salaf yang mengamalkan dzikir dengan ucapan shalawat dan salam kepada Nabi S.A.W. Mengenai hal itu lbnu Mas’ud R.A menuturkan, bahwasanya Rasulallah S.A.W pernah berkata kepada Zaid bin Wahb: “Hai Zaid, bin Wahb, bila hari Jum'at tiba hendaklah engkau mangucapkan shalawat kepada Nabi seribu kali".

Berikut ini kami ketengahkan dengan ringkas sejumlah manfaat yang bisa didapat dari shalawat dan salam kepada Sayyidina Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang banyak disebut oleh para ulama, khususnya lbnul-Qayyim dan Al-Hafidz lbnu Hajar Al-Haitsamy antara lain:

1. Mematuhi perintah Allah S.W.T.

2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad S.A.W adalah sesuai dengan perintah Allah S.W.T (di dalam Al Qur’an), meskipun berbeda makna antara shalawat yang dari kita (umat Nabi Muhammad S.A.W) dan Shalawat yang dari Allah S.W.T. Shalawat yang dari kita berarti doa dan permohonan, sedangkan Shalawat yang dari Allah S.W.T berarti pujian dan pemuliaan.

3. Sesuai dengan yang dilakukan oleh para malaikat.

4. Orang yang bershalawat satu kali mendapat balasan sepuluh shalawat dari Allah S.W.T.

5. Orang yang bershalawat beroleh peningkatan derajat sepuluh kali.

6. Baginya dicatat sepuluh kebajikan.

7. Dihapus sepuluh amal keburukannya.

8. Doanya dapat diharap akan terkabul, karena shalawat akan memanjatkan doanya dan menghadapkannya kepada Allah Rabbul’alamin. Sebelum orang yang berdoa bershalawat lebih dahulu, doanya berhenti terkatung-katung di antara bumi dan langit.

9. Dapat menjadi sarana untuk mendapat syafaat Nabi S.A.W Jika shalawat itu disertakan doa mohon wasilah atau diucapkan tersendiri.

10. Shalawat merupakan sarana untuk beroleh ampunan dosa.

11. Shalawat juga merupakan sarana bagi hamba Altah S.W.T untuk beroleh pertolongan-Nya agar tercukupi keperluannya.

12. Shalawat juga merupakan sarana yang dapat mendekatkan seorang hamba Allah S.W.T kepada Nabi Muhammad S.A.W pada Hari Kiamat.

13. Berfungsi sebagai sedekah bagi orang yang kesulian hidup.

14. Shalawat juga merupakan sarana untuk beroleh pertolongan Allah S.W.T agar tercukupi kebutuhan-kebutuhannya.

15. Shalawat juga merupakan sarana untuk mendapat rahmat Allah S.W.T dan doa malaikat.

16. Shalawat berfungsi sebagai zakat dan thaharah.

17. Shalawat merupakan sarana yang mendatangkan kabar gembira (tabsyir) bagi hamba Allah S.W.T sebelum wafat, bahwa ia akan masuk surga. (Demikianlah disebut oleh Al-Halidz Abu Musa, berikut hadisnya, di dalam kitab yang ditulisnya).

18. Shalawat juga merupakan sarana yang dapat menghindarkan hamba Allah S.W.T dari ketakutan hebat pada Hari Kiamat. (di dalam kitab yang ditulisnya pula).

19. Shalawat dan salam merupakan sebab untuk mendapat balasan jawaban yang sama dari Nabi S.A.W.

20. Shalawat juga merupakan sarana bagi hamba Allah S.W.T untuk dapat mengingat kembali hal-hal yang terlupakan.

21. Shalawat juga merupakan sarana bagi terwujudnya suasana yang baik di dalam suatu majelis (pertemuan). Selain itu shalawat juga akan meniadakan perasaan menyesal pada Hari Kiamat.

22. Shalawat juga merupakan sarana untuk terhindar dari kemelaratan.

23. Pada saat-saat seorang hamba Allah S.W.T teringat kepada Nabi S.A.W lalu segera mengucapkan shalawat dan salam kepada Beliau, ia akan terjauhkan dari watak kikir.

24. Orang yang menderita kehinaan karena tidak mengucapkan shalawat dan salam pada saat mendengar nama Nabi S.A.W disebut-sebut, penderitaannya itu akan dapat disingkirkan dengan jalan banyak-banyak bershalawat kepada Rasu lallah S.A.W.

25. Shalawat akan mengantarkan orang yang selalu mengucapkannya ke surga, sedangkan orang yang meninggalkan shalawat ia akan tersesatkan dari jalan ke surga.

26. Shalawat akan menyelamatkan kepengapan suatu majelis (pertemuan) yang di dalamnya tak disebut-sebut Allah dan Rasul-Nya, atau majelis yang di dalamnya tidak terdengar suara yang berpuji syukur kepada Allah S.W.T dan bershalawat kepada Rasul-Nya.

27. Shalawat merupakan sebab bagi timbulnya pancaran sinar cahaya pada saat hamba Allah S.W.T yang selalu mengucapkannya sedang berjalan di atas shirath. (Hal itu dikemukakan juga oleh Abu Musa dan lain-lain).

28. Shalawat merupakan kesempurnaan kalam (khutbah dan lain sebagainya) yang diawali dengan puji syukur kepada Allah S.W.T dan shalawat kepada Rasul-Nya.

29. Shalawat merupakan sarana bagi seseorang untuk meninggalkan wataknya yang bengis.

30. Shalawat juga merupakan sarana melestarikan pujian baik dari Allah S.W.T kepada hamba-Nya di kalangan para penghuni langit dan bumi. Sebab, orang yang bershalawat berarti ia mohon kepada Allah S.W.T agar berkenan memuji, menghormati dan memuliakan Beliau. Karena bersalawat itu merupakan amal yang baik, maka sudah tentu orang yang mengamalkannya beroleh ganjaran pahala yang sama.

31. Shalawat juga merupakan sarana bagi yang mengucapkannya untuk memperoleh berkah, baik dalam hal amal kebajikannya maupun dalam hal usianya. Bahkan juga merupakan sebab untuk mernperoleh kepentingan-kepentingannya. Sebab, orang yang mengucapkan shalawat berarti ia berdoa mohon kepada Allah S.W.T, Tuhannya, agar Allah S.W.T berkenan melimpahkan berkah kepada Rasul-Nya beserta segenap keluarga Beliau. Doa seperti itu adalah mustajab (terkabul) dan orang yang berdoa pasti beroleh balasan yang sama.

32. Shalawat juga merupakan sarana untuk memperoleh rahmat Allah S.W.T. Berbagai pendapat mengenai “rahmat” di kalangan sebagian ulama, tetapi pendapat yang pasti benar ialah bahwa orang yang mengucapkan shalawat beroleh rahmat.

33. Shalawat juga merupakan sarana untuk mengabadikan kecintaan kepada Rasulallah S.A.W bahkan untuk menambah dan melipat gandakannya. ltu merupakan salah satu ikatan keimanan yang tanpa itu (ucapan shalawat dan salam kepada Nabi S.A.W) tidak lengkap.

Seorang hamba Allah S.W.T jika makin sering menyebut-nyebut orang yang dicintainya, dihadirkannya di dalam hati, dibayangkan kebaikannya dan kebenaran ajaran-ajaranya yang membuat hamba Allah S.W.T itu tertarik kepadanya, tentu semuanya itu akan melipat gandakan kecintaan dan menambah kerinduannya kepada orang yang dicintainya, sehingga kecintaannya itu sungguh-sungguh menguasai seluruh isi hatinya. Sebaliknya, jika ia merasa tidak perlu mengingat atau menyebut-nyebut orang yang dicintainya, tidak mau menghadirkannya di dalam hati dan mengenang kebaikan-kebaikannya dengan sepenuh hati dan pikiran, tentu kecintaannya di dalam hati menjadi berkurang.

Bagi orang yang mencintai sesuatu tidak ada yang lebih menyenangkan hatinya daripada melihat sesuatu yang dicintainya. Dan tidak ada yang disukai selain menyebut dan mengingat serta mengenang kebaikan-kebaikan pihak yang dicintainya. Jika perasaan demikian itu makin kuat berakar di dalam hati, tentu akan meluncur dari ujung lidahnya berbagai kata pujian. Bertambah dan berkurangnya pujian itu tergantung pada bertambah dan berkurangnya kecintaan yang bersemayam di dalam hati.

34. Shalawat kepada Nabi S.A.W adalah sarana untuk menumbuhkan kecintaan Beliau kepada orang yang bershalawat. Jika demikian halnya maka semakin banyaknya shalawat diucapkan oleh seseorang tentu semakin besar pula kecintaan Nabi S.A.W kepadanya.

35. Shalawat juga merupakan sarana bagi turunnya hidayat kepada hamba Allah S.W.T yang mengucapkannya dan sarana pula untuk menghidupkan hati serta perasaannya. Oleh karena itu semakin banyak ia mengucapkan shalawat, hati dan perttsaannya tentu semakin kuat dikuasai oleh kecintaan kepada Beliau. Dengan demikian, di dalam hatinya tidak terdapat sekelumit pun keinginan untuk menentang perintah dan ajaran-ajaran Beliau. Bahkan sebaliknya, semua perintah dan ajaran-ajaran Beliau akan tergores dan terpateri di dalam hatinya, selagi ia dalam keadaan bagaimanapun selalu mengucapkannya. la akan meraih hidayat, keberuntungan dan berbagai pengetahuan tentang rahasia agama. Makin tajam pandangan mata hatinya serta makin kuat dan mendalam ma’rifat serta pengertiannya mengenai hal itu, tentu akan semakin sering dan lebih banyak lagi mengucapkan shalawat kepada Nabi S.A.W.

36. Shalawat itulah yang menjadi sebab dikemukakannya nama orang berzikir mengucapkannya ke hadapan Nabi S.A.W. Yaitu sebagaimana yang Beliau S.A.W nyatakan sendiri, “Shalawat kalian akan dihadapkan kepadaku.” Dan sesuai pula dengan pernyataan Beliau yang menegaskan, “Di pusaraku Allah menugasi sejumlah malaikat untuk menyampaikan kepadaku salam dari umatku.” Cukuplah bagi hamba Allah S.W.T mendapat kemuliaan disebut namanya di hadapan Rasulallah S.A.W.

37. Shalawat pun merupakan sarana bagi hamba Allah S.W.T untuk dapat berjalan mantap di atas shirath hingga terlewatinya dengan selamat. Sebuah hadits dari Abdurrahman bin Samrah yang dituturkan oleh Sa’id bin Al-Musayyab, mengenai soal mimpinya Nabi S.A.W, sebagai berikut, “Kullihat seorang dari umatku berjalan di atas shirath, kadang meranghak-rangkak dan kadang bergelantung, kemudian datanglah shalawat (yang diucapkannya dahulu ketika hidup di dunia) Ialu membangunkannya hingga dapat berdiri dan berjalan dengan kakinya, IaIu ia diselamatkan oleh shalawatnya.” (Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Madiny didalam At-Targhib Wat-Tarhib, sebagai hadits hasan jiddan (amat baik).

38. Shalawat kepada Nabi S.A.W adalah penunaian kewajiban yang paling sedikit atas hak Allah S.W.T dan berbagai nikmat yang dikaruniakan kepada kita dan yang memang’wajib kita syukuri. Padahal sebenarnya yang wajib kita syukuri tidak terhitung banyaknya. Kita tidak sanggup menghitungnya, tidak berkeinginan dan tidak berhasrat untuk mengetahui berapa jumlah seluruhnya. Namun, Allah S.W.T ridha menerima dari hamba-hamba-Nya sedikit syukur sebagai kewajiban yang harus ditunaikan.

39. Di dalam shalawat kepada Nabi S.A.W tercakup dzikrullah (mengingat dan menyebut keagungan-Nya), dzikru-Rasulihi (mengingat dan menyebut Rasul-Nya), dan permohonan kepada-Nya. Dengan shalawat kepada Nabi S.A.W, maka Allah S.W.T akan memberi ganjaran pahala kepada hamba yang berhak menerimanya. Sebagaimana telah kita sadari, bahwa Allah S.W.T memperkenalkan kepada kita Asma-Nya, Sifat-sifat-Nya; dan telah pula menunjukkan kepada kita jalan apa yang harus kita tempuh untuk memperoleh keridhaan-Nya. Juga Allah S.W.T telah memberi pengertian kepada kita tentang apa yang akan kita peroleh setelah kita sampai dan menghadapkan diri kepada-Nya. Semuanya itu tercakup di dalam semua segi keimanan. Bahkan tercakup pula di dalam ikrar tentang pengangkatan Rasul-Nya, tentang tashdiq (pembenaran)-Nya, tentang pemberitahuan semuanya itu kepada hamba-hamba-Nya dan tentang kecintaan-Nya kepada Rasul S.A.W yang diutus oleh-Nya menyampaikan kebenaran agama-Nya kepada umat manusia. Tak diragukan lagi bahwa semuanya itu adalah pokok-pokok keimanan. Shalawat kepada Nabi S.A.W juga mencakup pengertian seorang hamba mengenai hal-hal tersebut, termasuk tashdiq-nya (pengakuannya atas kebenaran sebagai Nabi dan Rasul utusan Allah) dan kecintaanya kepada Beliau. Dengan demikian maka ucapan shalawat kepada Nabi Muhammad S.A.W termasuk amalan yang lebih utama.

Allahuma Shalli 'Ala Sayyidina Muhammad wa 'Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallim

Wassalam



Baca juga:
Berkah Shalawat Kepada Nabi S.A.W
Shallallahu ‘Ala Muhammad - Shalawat Ringkas

Yang lainnya pada kategori Shalawat
Previous
Next Post »

1 Komentar:

Write Komentar
Unknown
AUTHOR
27 Februari, 2016 delete

اللهم صل على سيدنا محمد و اله وصحبه وسلم

Reply
avatar