Membahagiakan Orang Lain

"Kebahagiaan anak inilah yang mengakibatkan ia memperoleh 'Kaffarotudz dzunub' (dosa yang diampuni)"

Kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri, beserta anda semua, mari kita bersama-sama meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah S.w.t dengan selalu berusaha menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjahui larangan-larangan-Nya.

Suatu ketika, sahabat Abu Musa R.a bertanya kepada Baginda Nabi Muhammad S.a.w; "Ya Rasulullah, orang muslim seperti apa yang paling utama?”

"قال "مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ"  

Nabi S.a.w bersabda; "Muslim yang paling utama adalah seorang muslim dimana orang-orang muslim (lainnya) selamat dari keburukan mulut dan tangannya”.

Maksudnya, setiap muslim yang paling utama adalah seorang muslim yang tidak merugikan orang lain, baik melalui lisan atau tindakannya.

Dengan adanya hadist ini, maka mari kita bermawas diri, introspeksi diri, bagaimana kita bertetangga, bermasyarakat, sudah benar apa belum?, sudah menciptakan manfaat apa justru hanya membuat masalah yang merugikan orang lain?.

Mari kita perbaiki hidup kita dengan cara membenahi cara kita berkumpul, syukur-syukur bisa memberi manfaat kepada orang lain.

Nabi Muhammad S.a.w bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ اَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

"Sebaik-baik orang adalah yang dapat memberi manfaat kepada sesama".

Lebih baik lagi jika kita mampu menciptakan kebahagiaan orang lain, menjadi orang yang melegakan semua pihak.

عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا  قَالَ : إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ.

Hadist riwayat Ibnu Abbas R.a, bahwa Baginda Nabi Muhammad S.a.w bersabda; "Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah S.w.t setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain".

Adapun cara membuat gembira bisa dengan tindakan yang bermacam-macam. Yang terpenting adalah selama tidak melanggar aturan syara’. Bisa dengan perkataan yang menyenangkan, bisa dengan sikap rendah hati, tidak merasa yang paling mulia sendiri, menghormati hak-hak orang lain dan sebagainya.

رُوِيَ، مَنْ اَدْخَلَ عَلَى مُؤْمِنٍ سُرُوْرًا، خَلَقَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ السُرُوْرِ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَلَكٍ، يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Dalam kitab Al ‘Athiyyatul Haniyyah dijelaskan; "Barang siapa yang membahagiakan orang mukmin lain, Allah Ta’ala menciptakan 70.000 malaikat yang ditugaskan memintakan ampunan baginya sampai hari kiamat sebab ia telah membahagiakan orang lain".

Bahkan dalam kitab Qomi’uth Thughyan diceritakan; Ada orang yang berlumur dosa, namun kemudian Allah melebur dosa-dosanya. Baginda Nabi Sa.w bertanya kepada malaikat Jibril “Sebab apa gerangan Allah mengampuni dosa-dosa orang itu?”, malaikat Jibril A.s menjawab;

"لَهُ صَبِيٌّ صَغِيْرٌ، فَاِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ يَسْتَقْبِلُهُ، فَيَدْفَعُ اِلَيْهِ شَيْئًا مِنَ الْمَأْكُوْلاَتِ اَوْ مَا يَفْرَحُ بِهِ، فَاِذَا فَرِحَ الصَّبِيُّ يَكُوْنُ كَفَّارَةً لِذُنُوْبِهِ.

"Karena ia memiliki anak kecil, ketika pulang dari bepergian, saat ia masuk ke rumahnya, ia disambut putranya yang masih kecil, ia memberikan buah tangan yang membuat sang buah hati bahagia".

Kebahagiaan anak inilah yang mengakibatkan ia memperoleh Kaffarotudz dzunub (dosa yang diampuni).

Kesimpulannya, jangan sampai merugikan orang lain, sebisa mungkin kita berusaha menjadi orang yang dapat memberi manfaat kepada orang lain, membahagiakan orang lain, melegakan hati orang lain, menghormati hak-hak sesama.

Jika hidup kita demikian, artinya, menghormati hak-hak orang lain, berusaha membahagiakan sesama, Insya Allah kita akan selamat, tentram dan dijauhkan dari hal-hal yang tak disukai.

Semoga Allah S.w.t memberikan ridlo kepada kita semua, hidup kita selalu dibina, dibimbing menuju ridlo-Nya, Aamiin ya Robbal alamin.

Saduran Khutbah Jum'at ~ www.nu.or.id

Previous
Next Post »