Hakikat Kehidupan Yang Mulia

Limpahan puji kehadirat Allah yang telah menjadikan hujan sebagai lambang keindahan Illahi juga sebagai cobaan dan pengangkatan derajat bagi sebagian muslimin dan juga sebagai penghapusan dosa bagi sebagian muslimin dan juga sebagai Rahmat dan kemudahan bagi sebagaian muslimin lainnya.

Maha Suci Allah SWT yang cahaya kelembutan-Nya terus memanggil para pendosa, cahaya kelembutan Illahi terus mengundang ruh dan jiwa mereka untuk meninggalkan dosa, untuk kembali kepada Allah “fafirruu ilallah..”. Dari salah satu firman Allah memanggil hamba-hamba-Nya untuk lari dari dosa–dosa, lari dari seluruh permasalahan kepada Allah “fafirruu ilallah..” Wahai hamba–hamba-Ku tempat melarikan diri adalah kepada-Ku, dari apapun keluhan–keluhan hamba-hamba-Nya hanya Dialah yang Maha Mampu memaksakan kehendaknya untuk mengatur dan merubah keadaan. Jalla wa’alla (Dia Maha Dahsyat dan Maha Luhur) yang menjadikan setiap saat merupakan Rahmat bagi umat dan sebagian lagi menjadi penghapusan dosa dan cobaan.

Maha Suci Allah yang undangannya memanggil nafas nafas para pendosa untuk bertaubat, mengundang mereka untuk kembali kepada Rahmat ilahi, sehingga tiadalah seseorang dari hamba ini wafat terkecuali menyesali ternyata betapa indah dan lemah lembutnya Allah, ternyata betapa baiknya Allah, ternyata betapa indahnya kasih sayang Allah, merugilah mereka yang telah meninggalkan Allah, didalam hidupnya, didalam hari harinya ia meninggalkan hal hal yang dicintai Allah, sebagaimana Allah SWT memanggil hamba hambaNya kelak di Yaumil Qiyamah “yaa ayyuhal insan.., Maa gharraka birabbikal kariim…….?” Wahai manusia apa yang telah membuatmu meninggalkanKu Tuhanmu yang Maha Pemurah? yang telah menciptakanmu dan menjadikanmu ada dari ketiadaan.,

Bukankah kita wajib berbakti kepada ayah dan ibu sedangkan Allah lebih dari pada jasa ayah dan bunda kita “maa gharraka birabbikal kariim……….” apa yang membuat engkau meninggalkan Tuhanmu yang Maha Pemurah yang menawarkan pengampunanNya atas setiap dosa, yang menginginkanmu selalu dekat kepada kasih sayangNya sehingga mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, ketika orang orang menyesal di Yaumil Qiyamah akan tetapi sebagian hamba hamba Allah yang dimasa hidupnya selalu ingin bersama Allah mereka berada dalam kebahagiaan yang kekal, mereka di dalam istana istana termegah yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, sebagaimana hadits Qudsyi Allah berfirman didalam hadits Qudsiy diriwayatkan dalam Shahih Bukhari “a’dadatu li’ibaadiy……….” telah Aku siapkan bagi hamba hamba Ku yang Shalih, ini yang berbicara adalah yang Maha Menciptakan jagat raya dengan segala kemegahannya, Kuciptakan dan Kusiapkan bagi hamba–hambaKu yang saleh apa–apa yang belum pernah terlihat mata, belum pernah didengar telinga, belum pernah terlintas dalam lintasan pemikiran mereka.

Ucapan dari hadits Qudsiy firman Allah ini bagi mereka yang berfikir dan mendalami dan merenunginya merupakan undangan Allah kepada setiap jiwa kita, telah kusiapkan hidangan–hidangan dan istana agung untukmu wahai hambaKu, sayanglah dan merugilah jika engkau menolak tawaranKu dan inilah mahluk yang paling merugi ketika ia menolak tawaran Rabbul ‘alamin untuk hidup bersamanya dalam kebahagiaan yang kekal.

Hadirin-Hadirat yang dimuliakan Allah, sungguh Allah SWT lah yang tiada henti–hentinya Maha bersabar kepada mereka yang berbuat salah dari hambaNya dan betapa indahnya umat Nabi Muhammad saw yang mendapat undangan untuk selalu menghadap dalam setiap lima kali dalam setiap harinya, adakah lagi hamba yang lebih suci dan bercahaya dari umat Sayyidina Muhammad, mereka lima kali setiap hari dipanggil Allah, bukankah mereka benar–benar dimanjakan oleh Allah, adakah seorang raja memanggil seorang rakyatnya lima kali sehari terkecuali ia seorang yang sangat dicintai. Demikian keadaanku dan kalian yang selalu mendapat undangan agung lima kali setiap hari. Betapa suci dan terang benderangnya umat Nabi Muhammad saw dan betapa rugi dan gelapnya mereka yang menolak dengan Allah, ketika ia dipanggil oleh Allah ia menolak, ketika ia dipanggil oleh Allah untuk menghadap ia pun mungkar dan berpaling, adakah yang lebih rugi dari orang yang menolak undangan seorang raja, kalau ini rugi maka bagaimana dengan undangan Maha Raja langit dan bumi.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah sambutlah undangan Rabbul ‘allamin, dengan semangat gembira kehadirat Allah atas anugrahNya, jadikan siang dan malam kita selalu didalam cahaya Rabbani didalam cahaya kehidupan yang kekal dan inilah hakikat kehidupan yang mulia.

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah sampailah kita dimalam yang diberkahi Allah ini dan esok hari saudara saudari kita dimedan haji mereka akan sampai di padang Arafah, hari yang sangat agung dari sepanjang tahun, bahkan berkata sebagian Muhadditsin “hari Arafah adalah hari yang paling mulia sepanjang tahun. Allah SWT menjanjikan kepada mereka yang berpuasa dihari Arafah pengampunan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang”. Allah swt menjanjikan bagi orang yang berpuasa di hari Arafah pahala puasa setahun penuh, setahun penuh berarti termasuk Ramadhan berarti berlipat ganda dengan puasa Ramadhan Allah kumpulkan seluruh kemuliaan bulan lainnya berpadu dalam satu hari mulai terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah.

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah telah sampai riwayat didalam Alqur’anulkarim pada kita ketika Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim as untuk menyembelih putranya “Ketika sudah sampai usia putranya itu mulai tumbuh, berkata Al Hafidh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy usia putra Nabi Ibrahim 7 tahun, pendapat lain 12 tahun. Ada 2 pendapat, pendapat yang pertama mengatakan putra Nabi Ibrahim as yang disembelih adalah Nabi Ishaq as putra Nabi Ibrahim as, tetapi pendapat yang kedua mengatakan yang diperintah untuk disembelih adalah Nabi Ismail as putra Nabi Ibrahim as. Kedua pendapat ini sama-sama kuatnya, pendapat yang pertama didukung oleh Al Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy didalam kitabnya Fathul Baari bisharah Shahih Bukhari, pendapat yang kedua itupun didalam tafsir Imam Ibn Abbas dan ulama lainnya. Pendapat ulama berikhtilaf tentang putra Nabi Ibrahim as yang disembelih akan tetapi menjadi pendapat jumhur bahwa mereka putra Nabi Ibrahim as yang diperintah untuk disembelih. “Wahai putraku aku bermimpi melihat menyembelihmu maka bagaimana pendapatmu?, putranya masih 7 tahun. Mimpi dari para Nabi adalah wahyu dan perintah Allah, berbeda dengan mimpi kita bukan wahyu dan bukan perintah Allah. Mimpi para Nabi adalah wahyu dan perintah Allah, bila ia bermimpi menyembelih putranya maka Allah memerintahkannya untuk menyembelih putranya. Akan tetapi Nabi Ibrahim as bertanya pada putranya, kenapa harus bertanya kalau sudah perintah Allah? Demi mencoba iman putranya karena seorang Nabi sudah cerdas dari kecilnya. Kalau dia memang betul Nabi apalagi Rasul sudah cerdas menerima perintah Allah sejak kecil.

Maka berkata putranya ini “wahai ayahku perbuat apa yang diperintah Allah kau akan temukan aku sebagai orang yang bersabar. Maka Nabi Ibrahim as membawa putranya keatas bukit dan disaat itu syaitan menghalangi perbuatan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ibrahim tidak mau menurut dengan godaan syaitan yang menghalanginya seraya mengambil 7 buah batu dan melempari syitan dan kejadian itupun hingga saat ini diabadikan dengan cara jumrah.

Allah swt menjadikan ummat ini mendapatkan kemuliaan-kemuliaan dari ummat yang terdahulu, perbuatan Nabi Ibrahim yang melihat syaitan yang menghalanginya menjalankan perintah Allah dilempari oleh Nabi Ibrahim as. Kita ummat Nabi Muhammad saw tidak mampu melihat syaitan tidak pula mampu untuk melempari syaitan, akan tetapi Allah menjadikan mereka yang berangkat haji melempar batu jumrah yaitu di Mina untuk apa? Untuk mendapatkan keberkahan dari perbuatan Nabi Ibrahim as.

Maha Suci Allah yang telah memperindah ummat ini dengan mengikat perbuatan mulia dari para Nabi dan Rasul diikat kepada ummat Nabi Muhammad saw. Nabi Ibrahim membawa putranya kebukit dan syaitan yang gagal menghalangi Nabi Ibrahim as datang kepada istrinya Sayyidatuna Sarah ra. Nabi Ibrahim mempunyai 2 istri Sayyidatuna Sarah ra dan Sayyidatuna Hajar ra, Sayyidatuna Hajar ra adalah ibunda Nabi Ismail as dan Sayyidatuna Sarah ra ibunda Nabi Ishaq as. Datang kepada Sayyidatuna Hajar ra “itu suamimu, anakmu dibawa keatas bukit mau disembelih” kata syaitan “sengaja katanya ia bermimpi menyembelih anaknya, itu dibawa anakmu mau disembelih diatas bukit”. Kaget Sayyidatuna Sarah ra dan berkata “apakah betul suamiku membawa membawa putraku untuk disembelih?”, maka berkatalah syaitan “buktikan saja, memang begitu”.

Kita lihat iman seorang wanita shalihah, maka berkatalah istrinya “aku takut suamiku ragu-ragu menerima perintahnya Allah..!”, malah ingin diyakinkan oleh Sayyidatuna Sarah ra kalau seandainya Nabi Ibrahim as ada didepannya akan ia bilang “jangan ragu-ragu kalau sudah perintah Allah. Demikian hebatnya iman Sayyidatuna Sarah ra. Maka putranya dibawa keatas bukit dan seraya berkata “wahai ayahku tajamkan pisaumu”. Demikian diriwayatkan didalam Fathul Baari bisharah Shahih Bukhari “tajamkan pisaumu wahai ayah dan jadikanlah pakaianku ini sebagai kafanku karena kita tidak mempunyai kain kafan, kalau nanti kena darah yang mengalir dari tubuhku tidak bisa dijadikan kafan maka jadikan saja pakaian ini kafan maka pakaiannya pun dibuka. Bocah kecil ini pun berkata “wahai ayah ikatlah akau agar aku tidak berontak sehingga kau ragu-ragu menyembelihku nanti” sehingga kepalanya ditaruhkan diatas batu dan Nabi Ibrahim mengangkat pedangnya dan malaikat Jibril membalikkan tangannya pada seekor kambing.

Siapa yang mampu berbuat seperti ini dari kita?, berat mendapat perintah Allah menyembelih anaknya. Akan tetapi Allah mengikat perbuatan ini dengan ummat Nabi Muhammad saw sehingga seluruh ummat Nabi Muhammad saw disunnahkan menyembelih qurban sehingga mendapatkan pahala kemuliaan Nabi Ibrahim as. Demikian Allah mengikat ummat ini dengan banyaknya hal-hal yang mulia dimasa yang terdahulu. Demikian indahnya Sayyidatuna Sarah ra dan Sayyidatuna Hajar wanita-wanita shalihah.

Sampailah kita dimalam hari ini kepada salah satu Qurratul aini li Rasulillah, belahan cinta Nabi Muhammad saw yaitu putri beliau saw Sayyidatun Fathimah tu Zahra ra yang menjadi lambang istri yang shalihah, putri yang shalihah dan ibunda yang shalihah dan sahabiyah yang shalihah. Empat kemuliaan Sayyidatuna Fathimah ra menjadi Qudwah (panutan) sebagai istri yang shalihah, menjadi Qudwah sebagai anak yang shalihah berbakti kepada ayah dan ibunya dan menjadi Qudwah sebagai ibu yang shaleh terhadap anaknya dan menjadi sahabat Nabi saw yang mulia.

Empat kemuliaan ini berkumpul pada Sayyidatuna Fathimah Zahra ra. Ketika datang tamu kepada Sayyidatuna Fatihimah Zahra ra tiadalah ia ingin menemui tamunya sebelum meminta izin kepada suaminya Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw padahal ia adalah putrinya Rasulullah saw.

Penghargaannya kepada suaminya tidak mau menemui tamu terkecuali sudah diizinkan oleh suaminya. Istri yang shalihah dan juga sebagai ibunda yang shalihah, ibunda yang selalu mendidik anak-anaknya dengan didikan yang mulia dengan pengajaran Nabi Muhammad saw. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika Sayyidatuna Fathimah Zahra ra mengadu kepada Rasul karena selalu menumbuk gandum dengan tangannya sendiri, tangan yang demikian lembutnya tercabik-cabik karena kasarnya daripada alat untuk menumbuk gandum itu. Tangan Sayyidatuna Fathimahtu Zahra ra yang demikian lembutnya yang diriwayatkan oleh Alhafidh Al Imam Muhammad bin Alwi dalam kitabnya bahwa Rasul saw selalu mencium pipinya Fathimah karena pipinya Sayyidatuna Fathimah ra wanginya sama dengan wanginya buah-buahan di surga sehingga Rasul saw jika rindu kepada surga mencium Sayyidatuna Fathimah ra putrinya.

Tangan lembut itu tercabik-cabik terkena kasarnya alat penumbuk gandum, ia harus menumbuk gandum setiap harinya untuk membuat roti sendiri untuk makanan anaknya seraya datang kepada Rasul meminta khadim barangkali ada pembantu yang bisa membantuku dirumah untuk menumbuk gandum wahai ayahku. Rasul saw menjawab “kuberi kau amalan yang lebih indah dari sekedar pembantu yaitu bacalah Subhanallah 33x, Alhamdulillah 33x dan Allahu akbar 34x sebelum tidur, itu akan membuatmu bersemangat dan memberimu kekuatan.

Ini mujarab hadirin, ini terijazahkan oleh guru mulia kita Alhafidh Almusnid Alhabib Umar bin Hafidh setahun yang silam, mengijazahkan setiap akan tidur untuk membaca Subhanallah 33x, Alhamdulillah 33x, Allahu akbar 34x sebelum setiap tidur.

Ini diriwayatkan didalam Shahih Bukhari dan ini adalah amalan yang dipegang oleh putrinya Rasulullah saw Sayyidatuna Fathimah Zahra ra. Kita bertanya kok tega sekali Rasulullah saw tidak mau memberi pembantu kepada putrinya, Bukankah ini putri yang paling disayangi? Kita bertanya apakah Rasul ini kejam mendidik putrinya? Tentunya tidak.

Jawabannya adalah putri beliau ini Sayyidatuna Fathimah ra adalah seorang wanita shalihah yang sangat khusyu dalam beribadah, maka Rasul saw tidak menginginkan anaknya memakan dari makanan yang ditumbuk oleh pembantu agar makanan anak-anaknya yaitu Sayyidina Hasan dan Husein ra langsung mendapatkan makanan dari gandum yang ditumbuk sendiri oleh tangan ibunya, Keberkahan dari ibunya Sayyidatuna Fathimah Zahra ra.

Ini menjadi hikmah bagi kita juga terutama bagi kaum wanita untuk memberi makan anak-anaknya dari tangannya sendiri. Tangan itu lebih membawa keberkahan dari seorang wanita shalih dan ibunya sendiri daripada tangan pembantu. Demikian didikan Nabi Muhammad saw sehingga muncul putra yang shalihin Sayyidina Hasan wal Husein ra yang keduanya menjadi imam besar bagi muslimin dan jadilah Sayyidatuna Fathimah Zahra ra ibunda bagi seluruh dzuriah Nabi saw hingga akhir zaman. Perbuatan yang sedikit menyakitkan tapi keberkahannya hingga akhir zaman.

Demikian hadirin dan beliau juga sebagai putri yang shalihah. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika Rasul saw ditumpahi kotoran onta saat bersujud, Sayyidatuna Fathimah ra keluar dari rumahnya dan berteriak ”wahai ayahku dan seraya mendudukkan Sang Nabi dari sujudnya dan membersihkan kotoran onta dari pundak Sang Nabi saw seraya menangis dan Rasul saw berkata “wahai Fathimah putriku akan muncul suatu saat bahwa agama islam akan merajai dimuka bumi”. Demikian hadirin-hadirat putri yang shalihah, hari-hari terakhir sebelum wafatnya Sang Nabi, Rasulullah saw memanggil Sayyidatuna Fathimah ra seraya berkata “wahai putriku biasanya Jibril datang kepadaku dibulan Ramadhan satu kali tapi kali ini ia datang dua kali, ini menunjukkan adalah ini tahun terakhirku dan aku akan wafat Wahai putriku”

mendengar ucapan ini maka menangislah Sayyidatuna Fathimah ra, dan berkatalah Rasul saw “wahai putriku apakah kau ridha sebagai kedudukan Sayyidah nisa Ahluljanna..?, kau ini adalah pemimpin seluruh wanita dari penduduk surga” maka seraya tersenyum dengan kabar gembira dari Rasulullah saw. Diriwayatkan oleh para fuqaha kita bahwa beliau tersenyum bukan karena derajatnya sebagai pemimpin wanita ahluljannah tapi karena gembira, karena apa? Karena telah dihibur oleh ayahnya yang menjadi manusia yang paling ia cintai seraya tersenyum karena dihibur oleh ayahnya Rasulullah saw. Sehingga Rasul saw bersabda diriwayatkan didalam Shahih Bukhari .”Sayyidatuna Fathimah tu Zahra ra adalah belahan tubuhku dan akan murkalah aku pada siapa-siapa yang membuatnya marah”.

Demikian hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, agungnya putri Rasulullah saw ini sehingga jadilah keturunan Rasul saw muncul dari keturunan Sayyidatuna Fathimah Zahra ra sebagaimana firman Allah yang menjadi dalilnya “Sungguh wahai Muhammad kuanugerahkan padamu telaga al kautsar, dan lakukanlah shalat yaitu shalat idul adha, dan setelah itu berkurbanlah. “innasyani’aka huwal Abtar” justru mengatakanmu (Abtar adalah orang yg putus keturunannya) al abtar dialah yang abtar. Jadi Rasul saw ini digelari oleh salah seorang musyrikin abtar, abtar itu apa? Tidak punya keturunan lelaki karena semua keturunan Rasulullah wafat, maka Allah menjawab “innasyani’aka huwal Abtar”yang abtar itu yang putus keturunannya adalah yang mengucapkannya kepadamu bukan engkau saw. Ayat ini dijadikan dalil oleh para muhaddits kita bahwa keturunan Rasul tidak terputus yaitu berlanjut dari keturunan Sayyidatuna Fathimah ra karena Allah menjawab “innasyani’aka huwal Abtar”bukan Rasul yang putus keturunannya, berarti keturunannya Rasul tidak terputus sampai kepada Sayyidina Hasan wal Husein ra yang diakui zumhur oleh seluruh ulama ahlusunnah wal jamaah sebagai keturunan Rasulullah saw.

Demikian hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, dan Rasul saw sebagai lambang manusia yang menghantarkan seluruh ummat kepada kemuliaan ini sangat dicintai oleh putrinya dan oleh para sahabat sehingga Sayyidatuna Fathimah Zahra ra setelah wafatnya Rasul tidak lagi keluar rumahnya seraya berkhalwat sehingga beliau ra wafat 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah saw, setelah mendapat kabar dari Sang Nabi orang pertama yang akan menyusulku dari sahabatku adalah engkau wahai Fathimah. Beliau ra yang pertama kali menyusul ayahnya Rasulullah saw dan disusul oleh Sayyidina Abu Bakar Asshiddiq ra lantas para sahabat lainnya kembali ke alam barzakh, aku dan kalian semoga akan menyusul mereka..

Ketika Sayyidina Zied bin Haritsah ra diriwayatkan didalam Shahih Bukhari salah seorang budak yang ditawarkannya kebebasan untuk kembali kepada ayahnya atau tetap bersama Rasul. Kupilihkan padamu kata Rasul “bebas jadi orang merdeka balik pada ayahmu atau tetap bersamaku?” maka berkata Sayyidina Zeid bin Haritsah ra : “wahai Rasulullah aku tidak memilih orang lain selain mu”, jangan berkata silahkan pilih, Tidak akan kupilih orang lain selain mu ya Rasulullah”. Demikian indahnya cinta Sayyidina Zeid bin Haritsah ra kepada Sayyidina Muhammad saw dan ia bukan seorang sahabat besar dari Khulafaur Rasyidin, bagaimana para Khulafaurrasyidin Nabi?

Sayyidina Abdullah bin Umar ketika Rasul saw telah wafat, ia sedang duduk di Masjid Nabawi, maka terlihat seorang pemuda masuk ke masjid terburu dalam keadaan selesai berwudhu masuk kedalam shaf shalat berjamaah. Berkata Sayyidina Abdullah bin Umar ra : ini anak seperti ini kalau dilihat oleh Rasulullah saw pasti dicintai oleh Rasul”, kenapa? Pemuda yang mencintai sunnah Nabi Muhammad saw. Pemuda berwudhu terburu-buru ingin hadir shalat berjamaah.

Hadirin-hadirat sampailah kita 14 abad setelah wafatnya Rasulullah saw namun tidak bisa memutus cinta kita kepada Nabi Muhammad saw. 1400 tahun jarak antara kita dengan Rasulullah saw kita tidak bisa terputus dengan jarak sepanjang itu, kita tetap mencintai Nabi Muhammad saw. Kita tidak melihat Rasul, tidak berkumpul dengan Rasul, tidak mendengar suara Rasul tapi kita mencintai Nabi Muhammad saw. Inilah yang paling menggembirakan hati Sang Nabi karena beliau tidak gembira melebihi para pemuda yang mengikuti sunnah beliau saw. berkumpul kita dimalam hari ini niscaya kalau Rasulullah saw melihat kita akan mencintai kita.

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah penyampaian saya yang terakhir dari sabda Rasulullah diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika beliau saw berkhutbah di akhir majelis sebelum beliau wafat seraya berkata “Sungguh manusia muslimin semakin banyak..” kata Rasul saw, beliau keluar pakai pengikat kepalanya tanda sakit kepalanya yang demikian dahsyat keluar menuju majelis dan duduk diatas mimbar menyampaikan ucapan “sungguh manusia muslimin akan semakin banyak, tetapi yang mendukung semakin sedikit, bagaikan butiran-butiran garam didalam suatu makanan, sedikit saja, barang siapa yang dipimpin oleh seorang muslim dan ia melihat ada suatu mudharat yang diperbuat oleh pemimpinnya tetapi membawa manfaat bagi kelompok muslimin lainnya maka terimalah perbuatan baiknya dan maafkan kesalahannya”. hadits ini riwayat Shahih Bukhari, pahamlah kita bahwa Rasulullah saw melarang pengingkaran terhadap pemimpin selama ia beragama islam. Rasul saw memilihkan kepada kita pembenahan ummat dari bawah bukan dengan penghancuran dari atas dengan kekerasan.

Inilah wasiat Nabi saw, berkata Imam Bukhari ra setelah Rasul saw mengucapkan ini beliau saw masuk rumahnya, itulah majelis yang terakhir dihadiri oleh Nabi Muhammad saw. Wasiat beliau saw bila muncul kelak orang-orang muslim yang memimpin pada kalian terlihat hal yang mudharat pada perbuatan mereka, pada sebagian muslimin dan masih membawa manfaat bagi sebagian muslimin lainnya terimalah perbuatan baik mereka dan maafkanlah kesalahan mereka, Inilah sabda dan wasiat Nabi kita yang terakhir dari khutbah beliau dimajelis beliau yang terakhir maka tentunya kita semua menerima dengan ucapan “sami’na wa athana ya Rasulullah saw”

Hadirin-hadirat baru beberapa hari yang lalu saya kembali dari Banjarmasin Kalimantan Selatan, demikian luar biasanya Banjarmasin Kalimantan Selatan ini, saya gelari wilayah ini sebagai serambi Madinah Al Munawwarah karena majelis-majelisnya di sana majelis mingguannya puluhan ribu yang hadir bukan ribuan, Rasanya Majelis Rasulullah ini sudah demikian besarnya di Jakarta tetapi di wilayah Kalimantan Selatan puluhan ribu yang hadir setiap minggunya dan mereka bershalawat bersama menggetarkan bumi shalawat mereka ini. Puluhan ribu lidah muslimin muslimat, mereka berdatangan dengan motor, dengan mobil, bahkan dengan ratusan perahu sehingga kalau satu kampung ditempat majelis itu salah satu pemimpinnya yang disebut dengan Tuan Guru Syamsuni ia berkata : “Habib ini semua lelaki memenuhi jalanan wanitanya semua di dalam rumah, karena satu kampung ini membuka rumahnya untuk menerima tamu-tamu dari kaum Nisa, di setiap rumah sudah ada televisi semua wanita memenuhi seluruh kampung di sini. Ini sekitar 20 ribu yang hadir, masya Allah hadirin-hadirat ini Serambi Madinatul Munawwarah. Hadir dimajelis lain lagi puluhan ribu lagi yang hadir, ini majelis mingguan kita belum bicara majelis tahunan mereka, ini Serambi Madinatul Munawwarah.

Hadirin-hadirat akan tetapi Kalimantan Selatan mulai dirasuki dengan kerusakan aqidah yang mulai masuk diwilayah mereka dan kita akan terus untuk insya Allah membantu mereka menegakkan Sunnah Nabi Muhammad saw. Melihat kejadian itu saya bersemangat di dalam jiwa ini sungguh niat agung kita menjadikan Jakarta ini Serambi Madinah Munawwarah, akan datang waktunya majelis-majelis maulid Nabi akan dipenuhi puluhan ribu muslimin dari pemuda-pemudi di Jakarta.

Rabbi Ya Rahman Ya Rahim demi hujan yang kau turunkan jadikanlah ini bukti dan saksi bahwa akan datang masa kota Jakarta dan sekitarnya menjadi Serambi Madinah Munawwarah, kota yang paling banyak mencintai Nabi Muhammad saw, mencintai sunnah Rasulullah, mengikuti sunnah Sang Nabi, Jadikanlah kota ini kota Ahlul sujud, kota ahlul khusyu, kota yang mencintai Rasulullah, Yaa Rahman Yaa Rahim Yaa dzaljalii wal ikram inilah doa kami Rabbi akan muncul kelak satu generasi sesudah kami yang akan memakmurkan kota Jakarta dan sekitarnya, dan memakmurkan seluruh Barat dan Timur menjadikan muka bumi ini para pecinta Nabi Muhammad saw, Rabbi kami berdoa dan kami mengikut sertakan dalam perjuangan ini.

Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Rahman Yaa Rahim Yaa dzaljalii wal ikram kami berharap kota Jakarta ini bergemuruh dengan melafadzkan nama Mu yang maha agung, hapuskan seluruh dosa-dosa kami, jawab seluruh hajat kami dengan pengabulan, singkirkan segala kesulitan kami Yaa Rahman Yaa Rahim. Hadirin-hadirat konsentrasikan jiwamu didalam memanggil nama Allah atas seluruh hajatmu, atas semua permintaanmu dan mintalah pengampunan atas dosa-dosa kita dan bimbingan agar kita dibukakan keberkahan dalam sisa kehidupan kita..

Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Rahman Yaa Rahim Yaa dzaljalii wal ikram, salah satu dari doa saya tidak ingin wafat sebelum melihat kota Jakarta menjadi Serambi Madinahtul Munawwarah. Amin Allahumma amin.

~ Al Habib Munzir Al Musawa ~
sumber: www.majelisrasulullah.org


Previous
Next Post »