Perjalanan Hidup Nabi Besar Muhammad S.A.W

"Jadilah kita orang yang pandai menterjemahkan Islam bukan dengan lisan kita tapi dengan sikap, muamalah, kelakuan, istiqamah, ketakwaan kita, keramahan dan kebaikan kita terhadap binatang, bumi dan manusia"

Alhamdulillah atas segala nikmat yang telah Allah berikan sampai hari ini untuk kita, shalawat dan salam selalu tercurah untuk baginda Nabi besar Muhammad S.a.w.

Berkumpulnya kita di sini bukan karena sesuatu hal dunia, harta, jabatan atau hal hal yang berbau dunia, melaikan untuk berkumpulnya para pecinta Rasulullah S.a.w, kerinduan kepada Rasulullah S.a.w. Barang siapa yang di akherat ingin bersama, berkumpul dengan Nabi Muhammad S.a.w, bernaung di bawah bendera Nabi Muhammad S.a.w, di barisan beliau, masuk surga bersama beliau, maka hendaklah di dunia ia melazimkan ajaran-ajaran Nabi Muhammad S.a.w, mentaati dan menjauhi larangan Nabi Muhammad S.a.w, memperbanyak kenangan dan shalawat kepada beliau.

Sesungguhnya Rasulullah S.a.w 15 abad yang lalu, beliau lahir ke dunia ini pada 12 Rabiul Awal, dilahirkan oleh ibunda beliau Assayyidah Aminah pada hari Senin 12 Rabiul Awal. Lahir pada saat-saat sebelum subuh, yang membantu persalinan Sayyidatuna Saffah, ibunda dari Sayyidina Abdurahman bin Auf. Disebutkan bahwa Rasulullah S.a.w tatkala lahir, beliau dalam keadaan bersujud, dalam keadaan telah terkhitan, tali pusar beliau telah putus. Maha besar Allah yang telah menciptakan Nabi Muhammad S.a.w dan Rasulullah jatuh kepelukan Sayyidatuna Saffah dan diberikan kepada ibundanya Nabi Muhammad S.a.w. Lalu beliau menatap kelangit seolah-olah jarinya menunjuk ke langit dan mengucapkan “La ilaha illallah” menunjukan ke-esaan Allah Ta'ala.

Rasulullah disusui oleh Sayyidatuna Halimah yang datang dari perkampungan Sa’at. Dahulu bangsa Arab memberikan anak anak mereka kepada orang yang di kampung untuk disusui, sebab udara di sana lebih bagus dan sejuk. Maka berangkatlah mereka para kaum Sa’at untuk menerima anak-anak yang akan mereka susui. Saat itu Sayyidatuna Halimah adalah seorang yang miskin, unta dan keledai yang beliau gunakan sudah tua, kurus, kering sehingga beliau tertingal dari rombongan. Maka ketika beliau sampai, bayi-bayi dari keluarga kaya sudah diambil oleh teman-temannya, hanya tertinggallah bayi yatim yaitu Rasulullah S.a.w. Pada saat pertama kali Sayyidatuna menatap wajah Rasulullah S.a.w, beliau sudah jatuh hati dan langsung membawanya untuk disusui di kampungnya.

Semua orang tau bahwa itu hanya bayi yatim yang ibu dan kakeknya bisa kasih apa kepada mereka. Maka dari itu mereka tak melihat Rasulullah S.a.w, dibawalah Rasulullah oleh Sayyidatuna Halimah pulang.

Kata Sayyidatuna Halimah “Dulu sebelum Rasulullah datang, setiap malam bayiku selalu menangis sebab kurangnya susu dan gizi, tapi semenjak Rasulullah S.a.w datang, setiap malam aku dapat tidur nyeyak dan bayiku pun dapat tidur nyenyak. Setiap malam bulan purnama aku selalu mematikan lampu minyak karena untuk mengirit bahan bakar minyak yang sulit diperoleh, tapi semenjak Rasulullah datang, rumahku seperti bulan purnama setiap malam seakan akan purnama ada di tengah-tengah kami. Dan rumah kami pun setiap malam tidak membutuhkan lampu minyak lagi”.

Benar yang dikatakan oleh para penyair “Anta syamsu, anta badrun anta nurun fauqo nuri” Yaa Rasulullah engkau bagaikan matahari, bagaikan bulan purnama, cahaya di atas segala cahaya.

Maka jika dalam hidup seseorang dalam kuburnya dia mendapatkan cahaya dalam kuburannya, itu disebabkan cahaya Nabi Muhammad yang ia jalin dengan cinta waktu ia masih hidup. Dan sebaliknya jika dalam wafatnya ia tidak menemukan cahaya dalam kuburnya, itu di sebabkan ia tak mau mengikat cahaya itu dengan cinta kepada Nabi Muhammad S.a.w. Maka tatkala semua manusia dirundung kegelapan pada hari kiamat nanti, di saat matahari Allah padamkan cahayanya, namun cahaya Nabi Muhammad justru akan semakin terang benderang, semakin dicari oleh para Nabi dan manusia. Para sahabat mengatakan “Sungguh aku belum pernah melihat wajah sebelum atau sesudah Rasulullah S.a.w yang lebih indah, tampan dan bercahaya dari wajah Nabi Muhammad S.a.w”.

Lalu ada sahabat yang bertanya “Seperti apakah wajah Rasulullah S.a.w?” ada sahabat yang menjawab “Wajah beliau seperti bulan purnama dan ketika dipandang, wajah beliau lebih indah dari bulan purnama”. Waktu itu pernah ada majelis bersama Rasulullah S.a.w pada malam hari, lantas ada sahabat yang membandingkan wajah Nabi dengan purnama yang ada di atas kepalanya, dia melihat purnama lalu Rasulullah lalu melihat purnama lagi terus sampai ia benar memastikan lalu beliau berkata “Demi Allah, dia bersumpah wajah Rasulullah S.a.w lebih indah dan bercahaya dari pada bulan purnama”. Sampai dikatakan oleh para ulama, seandainya para penyair di seluruh dunia dikumpulkan dan disuruh menceritakan wajah Rasulullah S.a.w, maka tak akan sanggup umur mereka untuk menceritakan keindahan wajah beliau. Sedangkan keindahan itu tidak akan pernah pudar dan usai seperti usia-usia mereka.

Dikatakan Anas bin Malik “Aku selama ikut Rasulullah S.a.w hijrah ke Madinah, tinggal bersamanya selama 10 tahun hingga Rasulullah S.a.w wafat, ketika saat Rasulullah S.a.w pertama kali masuk Madinah, saat itu nampak kota Madinah menjadi terang benderang. Namun ketika Rasulullah S.a.w wafat, nampak pula kota madinah menjadi gelap, usang, suram”.

Dikatakan bahwa Abdullah bin Salam seorang ulama besar Yahudi, dia sangat menanti kedatangan Rasulullah S.a.w ke Madinah, dia salah seorang yang penasaran dengan wajah Rasulullah S.a.w, beliau sangat mengerti tentang kitab Injil dan Taurat yang di dalamnya ada dan seharusnya ada ciri-ciri dari Nabi terakhir, ciri-ciri dari pengikut Nabi yang terakhir, bagaimana sikap dan tanda-tanda Nabi yang terakhir.

Maka tatkala Nabi masuk ke dalam kota Madinah, Sayyidina Abdurahman bin Salam sudah dapat mengenali Rasulullah S.a.w padahal saat itu belum ada foto dan semua orang tidak tau bagaimana wajah Rasulullah S.a.w. Maka pada saat itu dia berkata “Sungguh ketika aku melihat wajah Rasulullah S.a.w aku langsung tau ini bukan wajah pendusta, ini wajah seorang Nabi”. Nabi hijrah ke Madinah pada tanggal 12 Rabiul Awal. Nabi Muhammad S.a.w datang bersama Sayyidina Abu Bakar As Siddiq R.a, para sahabat yang di Madinah kaum Anshar menyambut Nabi dengan “Tola’al badru alaina” telah datang purnama pada kami.

Ketika Rasulullah S.a.w duduk di rumahnya Abu Ayub pada siang hari, penduduk Madinah penasaran yang mana Rasulullah sebab ada Sayyidina Abu Bakar di samping Rasulullah. Mereka menerka-nerka yang mana Rasulullah sampai Sayyidina Abu Bakar mengambil sorbannya dan menutupi wajah Rasulullah dari teriknya matahari maka saat itu mereka tau yang mana Rasulullah S.a.w karena wajah Rasulullah semakin bercahaya terkena sinar matahari dan pancaran dari cahaya dari wajah Rasulullah semakin terang.

Sayyidina Abdullah bin Salam mendapatkan dua kesan terhadap Rasulullah S.a.w yang pertama sebab cahaya yang keluar dari wajahnya Rasulullah S.a.w dan yang kedua ucapan Rasulullah ketika pertama kali datang ke Madinah, beliau Rasulullah mengatakan “Wahai sekalian manusia, sebarkan salam di antara kalian, sebarkan damai di antara kalian, sambung silaturahmi, beri makan manusia, jamu para tamu tamu kalian”. Itulah dua kesan yang didapat oleh Abdulah bin Salam, sebab Rasulullah tidak memanggil kaum muslimin dan muslimun saja tapi “Wahai sekalian manusia”, dikatakan oleh para ulama bahwa orang yang wajahnya tidak dapat memberikan manfaat kepada engkau jangan harap perkataannya akan membawa manfaat dan sebaik-baiknya wajah yang dapat membawa manfaat buat engkau, insya Allah omongannya pun membawa manfaat untukmu.

Maka jadilah kita orang yang pandai menterjemahkan Islam bukan dengan lisan kita, tapi dengan sikap, muamalah, kelakuan, istiqomah kita, ketakwaan kita, keramahan dan kebaikan kita terhadap binatang, bumi dan manusia.

Disebutkan bahwa Nabi wafat pada hari Senin, ulama mengatakan pada 12 Rabiul Awal. Di makamkan pada hari Selasa, menjelang wafatnya beliau sakit dan memerintahkan Sayyidina Abu Bakar untuk menjadi imam shalat berjamaah dan Sayyidina Abu Bakar pun melakukan yang diperintahkan oleh Rasulullah S.a.w.

Pada saat menjelang kewafatan beliau, suatu hari Nabi mengatakan “Coba taruh saya di dalam bak, lalu siram seluruh tubuh saya dengan air hingga demannya redah” maka diboponglah Nabi oleh Sayyidina Abas dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib K.w untuk menuju masjid yang para sahabat sedang melakukan shalat. Sesampainyanya di masjid, di shaf pertama disingkaplah tabir yang menembus rumahnya Sayyidina Aisyah R.a, maka para sahabat gembira dan saat itu Sayyidina Abu Bakar selalu khusuk dalam shalat sampai para sahabat di belakang bertepuk tangan agar Sayyidina Abu Bakar menyadari kehadiran Rasulullah S.a.w dan saat itu barulah Sayyidina Abu Bakar mengetahui dan beliau ingin mundur tapi ditahan oleh Rasulullah S.a.w dan itulah perjumpaan dan akhir duduknya para sahabat bersama Rasulullah S.a.w. Dan suatu hari yang lain, Senin subuh Nabi dalam keadaan sakit payah, Nabi melihat para sahabat sedang shalat namun Nabi hanya melihat mereka dari balik jendela, maka para sahabat menoleh dan bergembira karena mereka berfikir Rasulullah S.a.w akan ikut berjamaah bersama mereka, saat itu Nabi hanya tersenyum dan melihat para sahabat dan itulah senyum terindah penuh cinta terakhir yang Rasulullah berikan untuk para sahabat, wajah yang penuh cahaya, segar dan indah saat itu.

Perpisahan terakhir Rasulullah S.a.w dengan para sahabat, waktu dhuha di hari yang sama wafatlah Rasulullah S.a.w, di katakan oleh Sayyidatuna Aisyah R.a, pada saat sakaratul maut Rasulullah S.a.w berada di pangkuannya, bersandar pada dadanya, lalu masuklah Sayyidatuna Fatimah “Sungguh jalannya Sayyidatuna Fatimah amat sangat meyerupai jalannya Rasulullah S.a.w” kata Sayyidatuna Aisyah R.a. Di bisikanlah Sayyidatuna Fatimah oleh Rasulullah S.a.w pada bisikan yang pertama beliau menangis dan pada bisikan yang kedua beliau tersenyum dan tertawa. Bertanyalah Sayyidatuna Aisyah R.a akan hal itu maka Sayyidatuna Fatimah berkata “Bahwa ayahku berkata bahwa ia akan wafat lalu aku menangis, dan ayahku berkata lagi engkau orang pertama dari keluargaku yang akan menyusul maka gembira lah aku”.

Lihatlah bagaimana pencinta sejati seperti Sayyidatuna Fatimah begitu gembira ketika dikatakan ia akan wafat menyusul ayahnya. Di katakan oleh Sayyidatuna Aisyah R.a bahwa saat sakaratul maut Rasulullah mengambil air yang ada di sampingnya dan membasuh wajahnya lalu mengatakan “La ilaha illallah” Ya Allah sesungguhnya dalam kematian ada saat-saat sakaratul maut yang teramat sakit, semoga Allah mempermudah kita untuk menghadapi sakaratul maut. Aminn

Jabatan, harta, popularitas, pengikut yang banyak takkan menjamin kita untuk melewati sakitnya sakarul maut. Hanya majelis yang seperti ini yang dapat meringankan sakitnya sakaratul maut, sebab cinta yang sudah kita jalin kepada baginda Nabi besar Muhammad S.a.w, saat sakaratul maut Rasulullah akan mengusap bagian yang telah tercabut ruh kita, Rasulullah S.a.w mengusapnya menghilangkan sakitnya. Seperti para orang-orang shaleh, wali-walinya Allah, Allah menghilangkan sakitnya sakartul maut sebab cintanya mereka kepada Rasulullah S.a.w. Semoga kita dapat merasakan apa yang orang-orang shaleh dapatkan.

Dikatakan juga di akhir hayatnya, Rasulullah pun bersiwak dan Sayyidatuna Aisyah R.a berkata “Tak pernah aku melihat seseorang yang bersiwak lebih indah dari pada saat terakhir Rasulullah S.a.w bersiwak” Diangkatlah tangan Rasulullah menuju ke langit dan beliau berkata “Menuju Pendamping Yang Tertinggi (yaitu Allah S.w.t)” lalu jatuh lah tangan Rasulullah S.a.w, itulah hembusan nafas terakhir Rasulullah S.a.w dan masuklah Sayyidina Abu Bakar diciumlah kening Rasulullah S.a.w dan ia pun berkata “Ya Rasulullah betapa wanginya engkau ketika hidup ataupun sudah wafat”.

Semoga Allah hilangkan rasa sakit saat-saat kita sakaratul maut sebab cinta, kerinduan dan ketakwaan kita kepada Allah S.w.t dan Rasulullah S.a.w, hingga perjumpaan kita dengan yang kita rindukan Rasulullah S.a.w. Aminn.

~ Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan ~
Majelis Rasulullah S.a.w - Peringatan Maulid Nabi Muhammad S.a.w 12 Rabiul Awwal 1436 H/Sabtu 3 Januari 2015. Monumen Nasional, Jakarta


Baca juga:
Maulid Nabi - Ungkapan Rasa Syukur Ummat
Kelahiran Nabi - Anugerah Terbesar

Previous
Next Post »