Sayyidatina Fathimah Az-Zahra - Wasilah Dzuriyah Nabi S.A.W

"Sayyidah Fathimah sebagai wanita yang paling utama fi jamanih (pada jamannya) melahirkan keturunan yang hebat, al Hasan dan Husain"

Banyak pertanyaan, kenapa keturunan Nabi S.a.w dari Sayyidah Fathimah?, tidak diturunkan dari anak lelaki Nabi S.a.w, padahal nasab dihubungkan pada laki-laki?, Apa dasarnya?

Pertama, Untuk menjawab jahiliatul arab: ‘alladzi yatasaabun biauladiha’, mereka yang fanatik sekali terhadap anak lelakinya. Untuk menjawab ini Rasulullah S.a.w. bersabda: “Kullu bani anbiya yantami ila abihi", (setiap keturunan nabi terhubung melalui ayahnya). Karena para nabi terdahulu tidak mengalami sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah S.a.w. Maka dijadikan keturunan mereka dari lelaki. Dimana hidupnya Nabiyullah Zakaria, Nabiyullah Yahya, Nabiyullah Musa dan lain sebagainya, mereka tidak taasub, fanatik terhadap anak lelakinya.

Tapi berbeda dengan masyarakat Arab saat itu. Sehingga nilai seorang wanita sangat terpojok sekali. Ini dijawab oleh Allah, karena munculnya pendapat-pendapat orang  mengatakan bahwa "Sayyidah Fathimah adalah perempuan, tidak mungkin keturunan Rasulullah S.a.w. dari perempuan, berarti kan putus?". Rasulullah S.a.w. dianggap "abtar". Dijawab oleh Allah Ta'ala apa? "Inna ‘Athoinaka al Kautsar, fasholli lirabbika wanhar inna Syani’aka huwa al abtar". Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (QS: Al-Kautsar: 1-3).

Kalimah "huwa al Abtar", dialah yang terputus (keturunannya), kepada siapa? Kaum jahiliyah yang menyerang dan menuduh Rasulullah, bahwa Rasulullah tidak punya keturunan lelaki. Jadi 'huwa', ‘dia’ (dialah yang terputus) dalam ayat terakhir itu kembali pada yang mengejek Rasulullah S.a.w.

Dari sinilah Sayyidah Fatimah melahirkan Al Hasan dan Al Husain. Dari asbat, keturunan inilah melahirkan tokoh-tokoh a’imah, para imam besar. Termasuk Imamuna Syafi’i sendiri diturunkan daripada ibu katurunan Sayyidah Fathimah. Karena ibunya Imam Syafi'i adalah Hababah Fathimah binti Abdullah al Mahith Fathimah bin Hasan al Mutsana bin Hasan As sibthi bin Ali bin Abi Thalib.

Jadi Imam Syafi'i sendiri walaupun dari pihak perempuan masih ada tetesan darah dari Musthofa S.a.w. Sampai Rasulullah S.a.w. sendiri mengatakan: “Khairul qurun qorni… sampai hadis Wakhtarallahu min bani Adam Fulan …al Fulan, min bani Hasyim… sebelum Bani Hasyim Wakhtara al Quraisy”. Dari keturunan Adam, Allah memilih Quraisy. Keturunan Quraisy siapa? Imam empat tidak terlepas al Quraisy, Khulafaur Rasyidin tidak terlepas dari al Quraisyi.

Banyak yang bertemu di Ka’ab. Rasulullah bin Abdullah bin Abdu Mthalib bin  Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushoy bin Kilab bin Ka’ab. Nah, dari sini ada yang ketemu di Luay ada yang bertemu di Abdi Manaf. Jadi Khulafaur Rasyidin termasuk dalam sabda Nabi S.a.w: "Wahktara min Quraiysy, Waktara al Hasyimi.".

Dari Quraisy pilih lagi menjadi al Hasyimi dari al Hasyimi di pilih lagi Bani Muthalibi, sampai Bani Fatimah binti Rasulullah. "Jaalallahu Ahli Baiti min Fathimah wa Ali waana ashobihima wawaliyuhumma", Ya Allah jadikan ahli baitku dari Fathimah dan Ali, Aku adalah kelompok mereka dan pelindung mereka, Itu sabda Nabi S.a.w.

Kedua, untuk menyatakan keturunan dari anak perempuan bisa lahir orang-orang yang hebat. Kalau Siti Maryam sebagai wanita yang paling utama pada zamannya bisa melahirkan orang hebat: Isa bin Maryam, maka Sayyidah Fathimah sebagai wanita yang paling utama fi jamanih, pada jamannya bisa melahirkan keturunan yang hebat pula: al Hasan dan Husain.

Sedikit tambahan catatan dari Al Habib Munzir Al Musawa (Majelis Rasulullah S.a.w):

Keturunan Rasul S.A.W dari putra Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib adalah Imam Ali Zainal Abidin yang selamat di perang Karbala, yang kemudian berketurunan Imam Muhammad Baqir, berketurunan Imam Ja’far Shadiq dan berkesinambungan hingga kini, dan keturunan Rasul S.A.W dari putra Hasan bin Ali bin Abi Thalib pun banyak.

Dan riwayat ini Mutawatir dan diakui oleh seluruh Madzhab, sejarahpun mencatatnya. Hadits yang mendukung ini banyak, diantaranya bahwa "Semua keturunan adalah dari ayahnya, kecuali anak anak Fathimah, ia bernasab padaku", diantaranya teriwayatkan pada Sunan Imam Baihaqi Al Kubra Juz 10 hal.114 dan Sunan Addaruqutniy, sanadnya Shahih.

Dan dalil terkuatnya adalah ketika diantara orang kuffar Quraisy mencela Nabi S.A.W bahwa Beliau S.A.W itu putus keturunan (abtar), karena tidak punya anak lelaki, maka Allah S.W.T menjawab celaan mereka dan membantahnya, Firman Allah S.W.T: "Dan sungguh yang memusuhimu itulah yang terputus (keturunannya)". (QS Al-Kautsar: 3). Jelas sudah bahwa Allah S.W.T membantah bahwa keturunan Nabi Muhammad S.A.W terputus.

Wallahu A’lam. Wassalam



Baca juga:
- Haul - Tradisi Islammi
- Ayat Tasybih
Previous
Next Post »

1 Komentar:

Write Komentar
Unknown
AUTHOR
24 Desember, 2014 delete

zen..........!!!!!!!

Reply
avatar