Nabi Muhammad S.A.W Menyusuri Langit

Bersama Jibril, Rasulullah S.a.w mi'raj menemui Allah S.w.t melalui tangga emas yang dihiasi mutiara dan permata yang berasal dari sorga. Perjalanan akan melalui langit yang tujuh lapis. Namun pada setiap anak tangga, mereka berdua telah menjumpai pemandangan-pemandangan yang menakjubkan bagi Rasulullah S.a.w. Pada anak tangga pertama, Rasulullah S.a.w melihat tujuh ribu barisan malaikat yang seluruhnya mengenakan mahkota emas seraya mengucapkan: ‘Subhanallah Wabihamdihi’.

Di anak tangga yang kedua dilihatnya pula barisan malaikat bermahkotakan emas, namun ada perbedaannya dengan malaikat-malaikat tadi, yaitu di dahinya tertulis ‘Subhanallahi Wabihamdihi, Subhanallahi Malikul Quddusi’.

Selanjutnya di anak tangga yang ketiga, mereka menjumpai malaikat yang berjumlah 300.000 berpakaian penuh ragamnya dan bermahkotakan emas pula. Dari mulutnya terpancar cahaya. Nabi Muhammad S.a.w bertanya kepada Jibril mengenai mereka.

Dijawab oleh Jibril ‘Alaihissalam, "Siapa saja umatmu yang membaca seperti yang dibaca oleh para malaikat itu yang berbunyi ‘Astaghfirullaah’, apabila mereka menguap, maka begitu pula cahaya yang akan keluar dari mulutnya”.

Pada anak tangga yang keempat, dijumpai malaikat-malaikat yang begitu banyak jumlahnya, yang hanya Allah saja mengetahui berapa banyak jumlahnya. Mereka senantiasa mengucapkan ‘La Ilaha lila Huwal Mubin’. Bacaaan itu, menurut malaikat Jibril, berfaedah menjadikan orang yang membacanya diampuni dosa-dosanya.

Di anak tangga kelima, mereka melihat para malaikat yang raut wajahnya bagaikan bulan purnama. Masing masing mengucapkan ‘Asyhadu An Laa llaha lllallah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah’. Dan juga senantiasa mengucapkan tahmid (Alhamdulillah). Di sini, Rasulullah S.a.w juga melihat dua cahaya yang berdampingan bagaikan dian yang tak kunjung padam. Gemerlapnya begitu dahsyat.

Rasul S.a.w pun menanyakan mengenai hal itu, "Wahai Jibril, cahaya apakah gerangan yang kulihat itu. Dua berdampingan."

Jibril A.s. menjawab, "Wahai Muhammad, itulah tempatnya nyawa. Pada bagian sebelah timur, itulah yang disebut Baitul Mukmuran, yaitu tempat bersemayamnya nyawa yang tidak digunakan di dunia, adapun nyawa yang sudah digunakan, itulah yang dinamakan Jabatul Hannanu, yaitu tempat nyawa-nyawa yang sudah digunakan di dunia Kemudian tinggal tergantung di ‘Arsy."

Dalam sekejap mata seperti juga yang terjadi pada perjalanan sebelumnya mereka berdua telah sampai di anak tangga keenam. Lalu pada yang ketujuh. Anak tangga ini berjumlah tidak kurang dari 50 buah hingga langit ketujuh.

Kini, sampailah Rasulullah S.a.w di langit yang pertama. Setelah meminta ijin terlebih dahulu kepada malaikat penjaganya, mereka berdua masuk ke langit ini. Para malaikat menghaturkan sujud penghormatan bagi makhluk mulia, Nabi Muhammad S.a.w. Di sini, Jibril mengajak Rasulullah S.a.w berjalan-jalan melihat keadaan sekitar. Di tempat ini, terlihat bintang-bintang yang gemerlapan di angkasa luas. Kemudian Jibril mengumandangkan adzan untuk melaksanakan shalat. Dengan diimami oleh Rasul S.a.w, para malaikat bermakmum shalat sunat dua raka'at. Di langit pertama ini juga dilihat bulan oleh Rasulullah S.a.w.

Kemudian perjalanan dilanjutkan ke langit kedua. Di langit ini, para malaikat mengucapkan shalawat ketika mengetahui kedatangan makhluk utama, Nabi Muhammad S.a.w. Di langit kedua ini juga dilaksanakan shalat sunat.

Pada lapisan langit yang ketiga, Rasul S.a.w menjumpai seorang lelaki yang tengah duduk di atas kursi cahaya dengan dikelilingi oleh para malaikat yang bermahkotakan emas.

Nabi S.a.w pun mengucapkan salam kepada lelaki itu. Namun, ia tidak langsung menjawabnya, melainkan bertanya terlebih dahulu kepada Jibril, "Siapa yang memberiku salam?"

Jibril menjawab, "Tidakkah kamu mengetahui Muhammad, orang pilihan Allah Ta’ala serta diberi keselamatan."

Orang itu adalah Nabi Adam A.s. Beliau sangat gembira mengetahui siapa yang memberi salam tadi. Segera Rasul S.a.w dihampiri dan diciumnya. Rasulullah S.a.w belum mengetahui siapa orang yang tengah dihadapinya, dan ditanyakanlah kepada Jibril. "Nabi Adam A s. itu akan menangis ketika duduk kemudian menengok ke sebelah kiri, karena menyaksikan anak cucunya yang berada di dalam neraka. Dan akan tertawa, apabila melihat ke sebelah kanan, karena dilihatnya anak cucunya berada di sorga". Di tempat ini, Rasul S.a.w juga melaksanakan shalat sunat bersama para malaikat dan Nabi Adam A.s.

Kini perjalanan dilanjutkan kembali menuju langit keempat. Di langit ini mereka menjumpai seekor ayam berbulu putih. Mulut, mata, dan kakinya berwarna kuning. Di lidahnya dihiasi dengan permata yang berasal dari sorga. Di matanya dihiasi intan. Potoknya berwarna emas murni.

"Ayam apa gerangan itu, wahai Jibril," tanya Nabi S.a.w.

Jibril menjawab, "Itulah ayamnya ‘Arsy. Kalau berkokok di sepertiga terakhir malam, akan mengikuti pula ayam-ayam yang ada di bumi. Kokoknya mengatakan, Wahai segenap yang tidur, bangunlah kalian semua. Lalu sampaikan puji-pujian kepada Allah Ta’ala, agar kamu semuanya diberi rahmat Allah Ta’ala di akhirat’."

“Adapun bunyi kokoknya di siang hari ialah, ‘Sadarlah kalian seluruhnya atas keesaan Allah Ta’ala’ Mudah-mudahan kamu semua tidak dimasukkan-Nya ke dalam neraka."

Di tempat lain, mereka menjumpai malaikat yang tengah duduk di atas kursi yang bercahaya api, dalam keadaan yang sangat marah seraya memegang sabuk yang berasal dari api neraka. Pada setiap sabuknya ada delapan puluh orang yang mendapat hukuman. Apabila sabuk itu disimpan di atas bumi, akan hancurlah bumi ini.

Nabi Muhammad S.a.w menyampaikan salam kepada malaikat tersebut. Namun, ia tidak menanggapinya. Maka Allah Ta’ala pun mengingatkannya, "Wahai malaikat si penjaga neraka. Kenapa engkau tidak sudi menyahuti salam orang yang Kurahmati. Sesungguhnya Aku tidak menciptakan engkau bersama dengan neraka dan sorga beserta seluruh isinya, kalau bukan karena Muhammad. Maka dialah yang kuinginkan mendapat kebesaran dan kemuliaannya."

Bergetarlah malaikat penjaga neraka menerima teguran dari Allah Ta’ala tersebut. Berkata Malaikat Jibril A.s., "Wahai Malaikat, tidakkah engkau mengenal orang yang dirahmati Allah Ta’ala di dua dunia."

Malaikat penjaga neraka itu berkata, "Wahai Muhammad, mohon kiranya dengan sangat engkau memaafkanku. Sebab saya ditakdirkan oleh Allah Ta’ala berwajah pemarah yang kutunggu ialah umatmu yang tidak mengikuti kelakuanmu. Akan kuambil seluruh perlakuan buruknya yang sudah dilakukannya di dunia." Kemudian Nabi S.a.w meminta untuk dibukakanya pintu neraka.

Malaikat penjaga neraka itu berkata, "Wahai Muhammad, tidak akan kubiarkan pintu neraka dibuka sebelum dunia kiamat."

Namun tiba-tiba terdengar suara yang berbunyi, "Bukakanlah pintu neraka, sebab tidaklah kuciptakan dunia itu bersama isinya kalau bukan karena Muhammad."

Akhirnya pintu neraka itu pun dibukakan untuk Nabi Muhammad S.a.w. Seandainya neraka bocor sebesar lubang jarum saja, maka akan gelaplah langit dan bumi.

Rasul S.a.w dan Jibril A.s. masuk ke dalamnya. Pertama yang dijumpainya adalah seorang laki-laki yang tengah disiksa dengan cara direbus di dalam dulang api neraka lalu dikait dengan besi. Lidahnya terjulur hingga ke tanah. Ketika Rasul S.a.w menanyakan kepada Jibril perihal orang itu, maka dijawabnya, "Itulah umatmu yang menganiaya sesamanya, dan ia tidak bertobat sampai meninggalnya."

Kemudian dilihat ada sebuah rumah di dalam neraka. Di dalamnya terdapat tujuh puluh orang yang tengah disiksa. Ada lagi seorang laki-laki yang tengah dirantai kakinya. Rantainya membara karena terbuat dan api neraka. Kedua matanya ditusuk dengan besi. Mulutnya dituangi dengan timah panas yang meleleh. Tulang-belulangnya terkelupas terbakar api dan seraya terpangganglah ia di atas api neraka. Nabi S.a.w bertanya, "Siapa gerangan yang disiksa sedemikian itu?"

Jawab Jibril bahwa itu adalah umat Nabi S.a.w yang selalu bertikai dan saling konflik di antara mereka.

Terlihat pula sekelompok orang yang tengah disiksa dengan cara kepalanya berada di bawah, wajahnya terbalik menghadap ke belakang. Mukanya diserupakan dengan wajah babi. Sementara kedua tangannya terpotong. Tiba-tiba ia terlontar ke dalam api neraka yang tengah menyala-nyala. Jelas Jibril bahwa itu adalah umat Nabi S.a.w yang sering mangambil hak milik sesama, serta busuk hatinya terhadap sesamanya juga.

Di tempat lain, Nabi S.a.w menyaksikan seorang penghuni neraka yang meraung-raung yang suaranya terdengar hingga ke langit ke tujuh, la adalah orang muda yang mati tidak bertobat.

Ada juga orang yang disiksa mulutnya dikait dengan besi yang lidahnya menjulur ke tanah, la adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya hingga matinya.

Disaksikan pula seorang wanita yang berada di tengah api neraka. Wajahnya menghadap ke belakang. Lidahnya dituangi dengan cairan timah yang yang sedang mendidih. Mulutnya ditusuk dengan besi yang membara. "Itulah umatmu yang berkunjung ke tetangganya (pergi ke luar) tanpa mengenakan kerudung (jilbab)," jelas Jibril.

Dilihatnya juga seorang wanita yang tengah berada di atas, sedangkan kemaluannya ditusuk dengan besi dan menembus hingga ke mulutnya. Sementara itu kedua tangannya memegang erat bara api. la disiksa demikian karena sering pergi ke luar rumah tanpa seizin suaminya.

Peninjauan di dalam neraka dirasa sudah cukup. Mereka berdua pun keluar. Selanjutnya didirikanlah shalat sunat bersama para malaikat.

Kini mereka pergi menuju ke langit kelima. Di langit ini mereka menjumpai seorang laki-laki berada di tempat yang terbuat dari besi bersama para malaikat yang bermahkotakan emas "Siapakah itu wahai Jibril," tanya Nabi saw.

"Itulah Nabi Isa alaihiasalam," ujar Jibril a.s.

Nabi saw pun menghampiri untuk menyalaminya. Namun, Nabi Isa belum menanggapinya, dan bertanya kepada Jibril mengenai siapa orang yang menghampirinya itu. Ketika mengetahui siapa yang tengah berada di hadapannya, Nabi Isa segera mencium Nabi Muhammad saw. Lalu mereka melaksanakan shalat sunat.

Kini, perjalanan mikraj sudah berada di langit keenam. Di sini mereka menjumpai seorang laki-laki yang duduk di atas kursi cahaya. Dikelilingi oleh para malaikat. Ia adalah Nabi Musa ‘alaihiasalaam.

Nabi Musa menanyakan orang yang ada di hadapannya tersebut "Itulah orang yang dirahmati oleh Allah Ta’ala. la hendak naik ke langit menjumpai Tuhannya," ucap Jibril.

Dihampirilah Nabi Muhammad saw oleh Nabi Musa a s. seraya berpesan bahwa apabila telah kembali dari ‘Arsy, hendaklah singgah terlebih dahulu di tempatnya. Agar diketahui mengenai apa-apa yang disaksikan dan diberikan oleh Allah Ta’ala kepada Rasul saw.

Kemudian Jibril mengumandangkan adzan tanda akan didirikannya shalat bersama Nabi Musa dan para malaikat.

Perjalanan pun dilanjutkan kembali. Menyeberangi lautan-lautan yang begitu luas dan daerah-daerah yang penuh cahaya terang benderang. Melewati pula daerah-daerah yang gelap. Tiap macamnya dipisahkan oleh jarak 500 tahun perjalanan, la melewati tabir-tabir keindahan, kesempurnaan, rahasia keagungan. Di balik itu, terdapat 70.000 kelompok malaikat yang tengah bersujud. Mereka akan sujud dan tidak meninggalkan tempat, hingga hari akhir kelak.

Nabi Muhammad saw dan Malaikat Jibril kini berada di langit ketujuh Mereka menjumpai sebuah pohon yang sangat besar. Selembar daunnya saja masih lebih lebar dari planet bumi ini. Rasul saw meminta buah pohon tersebut kepada Malaikat penjaganya, namun ia menolaknya karena takut kepada Allah yang menugaskan menjaga pohon tersebut.

Jibril menegur Malaikat penjaga itu, "Wahai Malaikat, kenapa engkau enggan memberikan buah pohon Katubi itu. Tidakkah engkau mengenal orang yang dirahmati Allah Ta’ala ini."

Jibril pun mengambil buah pohon tersebut. Ternyata, di dalam buah itu terdapat.seorang anak bidadari. Seorang wanita yang mengenakan pakaian yang beragam coraknya. Bidadari itu akan dianugerahkan juga oleh Allah Ta’ala kepada umat Nabi Muhammad saw yang mengikuti akhlak beliau.

Setelah diperintahkan oleh Rasul saw, bidadari itu pun masuk kembali ke buahnya. Setelah itu mereka berdua melanjutkan perjalanannya kembali. Di suatu tempat, dijumpai banyak malaikat yang berada di sekitar sebuah pohon.

"Pohon apakah itu, wahai Jibril," tanya Nabi saw.

"Itulah yang dinamakan pohon Sidratul Muntaha," kata Jibril.

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada sorga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. (Q.S. 53:13-16)

Pada daun-daunnya ditulis mengenai umur setiap yang bernyawa. Nabi saw menghampiri seorang malaikat yang menjaga pohon tersebut, dan memberinya salam. Namun malaikat tersebut tidak menyahutnya. Jibril segera menegur malaikat tersebut. Mengetahui mengenai keberadaan Nabi saw malaikat itu pun segera a menjawab salamnya.

"Wahai Malaikat, apakah engkau yang menjaga (pohon) Sidratul Muntaha?" tanya Nabi saw.

"Sayalah Malaikat Maut," ujar sang Malaikat.

"Betapa banyak orang yang meninggal dunia dalam sehari semalam. Engkaukah yang mengambil nyawa mereka seluruhnya," tanya Nabi saw.

"Wahai Muhammad, itulah sebabnya ada sebanyak 700.000 pimpinan laskar malaikat pencabut nyawa. Sedangkan tiap-tiap pimpinan itu membawahi 700.000 malaikat. Saya hanya tinggal memperhatikan dedaunan itu. Jika tulisannya tanggal, Aku perintahkan malaikat pergi menjemput nyawanya si fulan di negeri anu," kata Malaikat Maut. "Jika saya ingin melihat seluruh isi dunia, hanya bagaikan sebuah cangkir yang kulihat di hadapanku. Tidak satu pun isi dunia yang luput dari penglihatanku."

Mereka berdua menjumpai pula sekelompok malaikat. Malaikat-malaikat tersebut disapa oleh Nabi saw, namun mereka tidak menjawabnya. Kemudian Allah menegur mereka. Teguran itu menghentakkan hati para malaikat tersebut. Pintanya kepada Nabi Muhammad saw. "Mohon dengan sangat, sudikah engkau memaafkan diriku. Sebab saya sudah ditakdirkan untuk tidak berkata-kata sebelum dunia kiamat."

Ada lagi kelompok malaikat yang berjumlah tujuh ribu orang. Setelah diperhatikan oleh Nabi saw, mereka terdiri atas empat jenis wajah. Ada yang berwajah mirip kerbau, ayam, manusia, dan macan.

Malaikat berwajah mirip kerbau adalah kelompok malaikat yang bertugas untuk menyebarkan rezeki bagi setiap ternak yang dimakan dagingnya. Kelompok malaikat yang berwajah mirip manusia bertugas untuk menyebarkan rezeki bagi setiap manusia. Malaikat yang berwajah mirip ayam bertugas untuk menyebarkan rezeki bagi setiap hewan unggas. Sedangkan malaikat yang berwajah mirip macan menyebarkan rezeki bagi semua binatang buas.

Di tempat lain, Nabi saw melihat malaikat yang kepalanya berjumlah tujuh ribu. Setiap kepala memiliki tujuh ribu rupa. Setiap rupa memiliki tujuh ribu mulut Setiap mulutnya memiliki tujuh ribu lidah. Di dalam satu lidahnya memiliki tujuh ribu bahasa yang dikuasainya, seluruhnya senantiasa memuji Allah Ta’ala. Malaikat ini selalu mendoakan keselamatan bagi orang yang berangkat menunaikan shalat, orang yang tengah menuntut ilmu, dan mereka yang berpuasa di bulan Ramadhan.

Kini perjalanan sudah sampai pada tujuannya. Bumi dan langit menjadi terlihat satu, dan hampir tidak dapat dilihat. Berada di depan hadirat Allah Ta’ala. Jibril membawakan usungan dari sorga untuk membawa Nabi saw. Tidak memiliki tiang dan tidak ada gantungannya. Dindingnya terpasang sutera. Beralaskan ambal. Kemudian Rasul saw menaikinya untuk pergi ke ‘Arsy tempat bersemayamnya Allah SWT.

Beliau harus melewati delapan puluh dinding cahaya. Ada pula beraneka ragam cahaya lainnya yang dapat disaksikan. Yang membuat Rasulullah saw terkesima. Tujuan pun telah sampai. Di sini tidak ada timur dan barat; tidak diketahui pula utara dan selatan. Merendah dirilah Sang Nabi SAW di hadapan Allah SWT.

Firman Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad SAW, "Wahai Muhammad, Aku sudah berada di hadapanmu. Tidak ada sesuatu yang mengantarai kita. Sama halnya dekatnya padi pada batangnya”.

Rasa takut mulai menyelimuti diri Rasul SAW, karena dirinya kini telah ada di hadapan Raja Segala Raja Alam Semesta. Beliau memuji Allah, "Attaahiyaatul Mubaarakaatuh Asshalawaatu Lillaah."

Allah Ta’ala berfirman, "Assalaamu ‘Alaika Ayyuhannabiyyu Warahmatullaahi Wa Barakaatuh”.

"Wa alaa Ibaadillaahis-Shaalihiina. AsyhaduAn Laa llaaha Ilallaah," ujar Nabi saw.

"WaAsyhadu Anna Muhammadan Rasuusullaahi. Kuberikan kepadamu shalat delapan puluh waktu sehari semalam. Bersama Qul Huwallaahu Ahad, QulA’uudzu, kedua-duanya, bawakanlah kepada umatmu”.

"Kujadikan alam beserta isinya hanya karena engkau, wahai Muhammad. Banyak sekali nabi yang Kuciptakan. Engkaulah yang paling Kukasihi. Engkau pulalah pengganti-Ku. Adapun Jibril, hanya Kujadikan utusan. Sedangkan engkau, wahai Muhammad, Engkaulah yang mewujudkan kemuliaan-Ku serta Kebesaran-Ku," firman Allah Ta’ala.

Pertemuan Tuhan dengan Makhluk-Nya itu pun berakhir. Beliau keluar dari lingkungan ‘Arsy. Usungan tadi membawa kembali dengan sendirinya kehadapan Jibril.

Nabi Muhammad saw mempersiapkan kembali perjalanannya untuk pulang ke bumi.

Dalam perjalanan pulang itu, Nabi saw menjumpai sebuah kota. Beliau mencoba melihat-lihat keadaan di dalamnya. Di sana dilihat ada sebuah rumah yang dindingnya terbuat dari emas dengan berhiaskan permata yang beraneka ragam. Tiangnya terbuat dari mutiara, dan Rasul saw mencoba melihat rumah tersebut dari atasnya. Ada sebuah gelas yang unik. Gelas itu tidak ada penyangganya, sedangkan di dalamnya terdapat seorang perempuan yang cantik jelita. Badannya bercahaya lebih terang daripada sinar matahari, apalagi bulan.

Setelah dijelaskan oleh sang perempuan itu, diketahuilah bahwa ia adalah bidadari yang dipersiapkan untuk para syuhada.

Dari tempat ini, Nabi Muhammad saw beranjak ke suatu tempat yang di dalamnya terdapat sebuah rumah besar. Dindingnya terbuat dari cermin yang beralaskan batu permata merah. Dan bubungannya terbuat dari permata zamrud. Kemudian ditemuinya pula empat buah sungai. Sungai madu,sungai susu, sungai tuak, dan sungai air bening. Di pinggir-pinggir sepanjang sungai tersebut berhamburan permata. Tidak lama kemudian ada seorang malaikat yang mengambil secangkir dari setiap air sungai itu. Kemudian dibawakan ke hadapan Rasulullah saw untuk dipilih sebagai minumannya.

Rasulullah saw pun memilih secangkir susu. Lalu diminumnya hingga tersisa setengah cangkir. Kemudian didengarlah ada suara yang mengatakan, "Wahai Muhammad, seandainya engkau meminum susu itu sampai habis, maka seluruh umatmu (akan menjadi) penghuni sorga."

Segera setelah mendengar suara itu, Rasulullah saw akan meminumnya kembali. Namun kata malaikat tadi, "Wahai Muhammad, sungguh sudah tidak diridhai Allah Ta’ala."

Suara tak berwujud itu terdengar lagi, "Sekiranya tuak itu yang engkau minum, maka umatmu berada dalam genggaman setan Wahai Muhammad, sekiranya madu itu yang engkau minum lebih dulu, maka umatmu akan lebih besar perhatiannya kepada dunia daripada akhiratnya."

Dari tempat itu, mereka berdua berjalan lagi dan menjumpai lagi komplek perumahan yang sangat banyak jumlahnya. Dinding-dindingnya terbuat dari cermin Di dalam setiap rumah itu terdapat empat puluh kamar. Setiap kamarnya ada empat puluh anak bidadari yang tengah menari-nari. Menurut Jibril, itu semua diperuntukkan bagi umat Nabi Muhammad SAW yang memiliki iman yang tebal. Yang senantiasa memuliakan alim ulama. Serta berakhlak mulia terhadap sesama muslim dan manusia lain.

Selanjutnya Nabi SAW dan Jibril menyaksikan jenis tumbuh-tumbuhan yang memiliki empat puluh rupa. Setiap rupanya berbuah empat puluh butir. Setiap buahnya memiliki empat puluh rasa.

Rasul saw penasaran mencoba menanyakannya kepada Jibril, "Rumah apa namanya itu, sedemikian banyak tanamannya."

"Itulah nantinya yang bakal dijanjikan untuk menjamu mereka vang mencintai agamanya. Serta senantiasa melaksanakan shaum di bulan Ramadhan. Serta murah hatinya terhadap sesama makhluk ciptaan Allah," jawab Jibril.

"Ceritakanlah kepada kaummu, sepanjang yang engkau lihat."

"Niscaya tidak akan percaya orang-orang Arab itu," ujar Rasul saw.

Menyahutlah Jibril, "Walaupun orang-orang Arab tidak akan mempercayaimu, dan biarkanlah pula kaum Nasrani itu mendustakanmu.”

Akhirnya mereka berdua turun ke langit berikutnya. Di tengah perjalanan, mereka bertemu kembali dengan Nabi Musa A.s. Beliau bertanya, "Apa saja yang diberikan Tuhan kepadamu”.

Nabi S.a.w menjawab “Shalat delapan puluh kali sehari semalam, bersama Qur'an sebanyak tiga puluh Juz dan (termasuk) Al Fatihah."

"Hai Muhammad, umatmu tidak akan mampu menunaikan shalat delapan puluh kali sehari semalam," sahut Nabi Musa A.s, "Mintalah yang ringan dalam shalat."

Mendengar saran dari Nabi Musa itu, Rasul S.a.w menyetujuinya dan kembali lagi ke hadirat Allah untuk mengajukan permohonan keringanan, Allah S.w.t berkenan untuk mengurangi jumlah raka'at shalat menjadi lima puluh rakaat.

Dalam perjalanan turun kembali, mereka berdua bertemu lagi dengan Nabi Musa A.s, dan ia menanyakan mengenai hasilnya. Setelah diberitahu, Nabi Musa A.s menyarankan lagi kepada Rasul S.a.w, agar diberi keringanan lagi, karena umatnya masih akan tetap belum sanggup. Rasul S.a.w lagi-lagi menerima usulan tersebut. Dan naiklah kembali ke ‘Arsy.

Di ‘Arsy, Allah S.w.t kembali menerima tuntutan keringanan jumlah raka'at shalat yang diajukan oleh Nabi S.a.w. Saat itu raka'at shalat menjadi 45 rakaat. Namun ada tambahan perintah, yaitu puasa di bulan Ramadhan, puasa sunat enam hari di bulan Syawal, dan beribadah haji.

Setelah itu, Rasul S.a.w kembali turun hendak meneruskan perjalanannya ke bumi. Namun, ketika berjumpa dengan Nabi Musa A.s, dan mengetahui jumlah raka'at yang telah diterima oleh Rasulullah S.a.w, beliau menyarankan lagi agar minta keringanan kembali. Akan tetapi Nabi S.a.w merasa malu untuk kembali meminta keringanan.

Kemudian terdengar suara, "Wahai hamba-Ku, sudah layaklah ditunaikan oleh umatmu shalat lima waktu dalam sehari semalam."

Dalam perjalanan pulang, mereka bertemu lagi dengan Nabi Adam A.s dan Nabi Isa A.s. Para Nabi itu meminta kepada Nabi Muhammad S.a.w agar menceritakan apa-apa yang telah dialaminya itu.

ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺍﻋﻠﻢ ﺑﺎﻟﺼﻮﺍﺏ
Previous
Next Post »