Sebagaimana Rasulullah S.a.w adalah orang yang paling bagus bentuk fisiknya, Beliau juga adalah orang yang paling bagus akhlaqnya. Sesungguhnya Allah menghimpun dalam diri Beliau akhlaq-akhlaq terpuji yang tidak terhimpun pada orang lain secara mutlak, dan mengajarinya etika di dalam kitab-Nya yang mulia dengan seluruh adab yang terbaik.
Allah S.w.t berfirman, “Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” – QS Al-A’raf: 199.
Rasulullah S.a.w bersabda, “Tuhanku telah mengajariku adab dengan sebaik-baiknya.” – Az-Zarkasyi berkata, "Maknanya shahih, tetapi hadits ini tidak datang dari jalur yang shahih". Ibn Al-Jauzi menyebutkannya dalam Al-Wahiyat dan ia menilainya dha’if. As-Sakhawi berkata, “Dha’if.”, Lihat Faidh al-Qadir (1/255).
Dan Beliau S.a.w bersabda; “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.” – Dikeluarkan oleh Ahmad (2/381), Al-Hakim (2/670), dan Al-Baihaqi (10/191) dari hadits Abu Hurairah R.a, dan Al-Haitsami mengisyaratkannya dalam Al-Majma’ (8/573) kepada Al-Bazzar.
Etika-etika mulia ini sempurna mewujud dalam diri Rasulullah S.a.w, Allah S.w.t memujinya, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” – QS Al-Qalam: 4.
Ketika Sayyidah Aisyah R.a ditanya ihwal akhlaq Rasulullah S.a.w, ia menjawab, “Akhlaqnya adalah Al-Qur'an.” – Dikeluarkan oleh Ahmad (6/91), Al-Bukhari dalam Al-Adab (hlm. 308), dan lain-lain dari hadits Aisyah R.a, dan Muslim (746) dengan redaksi, “Sesungguhnya akhlaq Nabiyullah adalah Al-Qur'an.”.. Makna yang terkandung dalam hadits tersebut, Beliau ridha karena ridha-Nya dan marah karena kemarahan-Nya.
Sayyidina Anas R.a berkata, “Aku menjadi pelayan Rasulullah S.a.w selama sepuluh tahun. Selama itu Beliau sama sekali tidak pernah mengatakan ‘huh’ kepadaku, tidak pernah mengatakan kepada sesuatu yang aku lakukan, ‘Mengapa kau melakukannya?’. Dan tidak pernah mengatakan kepada sesuatu yang tidak aku perbuat, ‘Kenapa kau tidak melakukannya?’.”. – Dikeluarkan senada oleh Al-Bukhari (5691) dan Muslim (2309).
Tiga Hal Yang Dijauhi
Dari Sayyidina Ali R.a, ia berkata, “Nabi S.a.w adalah orang yang selalu gembira, ramah, lembut, tidak kasar dan tidak keras, tidak pernah berteriak-teriak dan tidak pernah berkata-kata keji, tidak suka mencela dan tidak banyak memuji. Beliau pandai melupakan hal-hal yang tidak disukainya, tidak pernah membuat putus asa dan tidak pernah putus asa.
Beliau menjauhkan dirinya dari tiga hal: riya’, banyak bicara, dan hal-hal yang bukan urusannya. Dan Beliau menjauhkan orang-orang dari tiga hal: Beliau tidak pernah mencaci seorang pun dan tidak mencelanya, tidak mencari-cari aibnya, dan tidak berbicara kecuali tentang hal-hal yang Beliau harap pahalanya.
Jika bicara, Beliau membuat orang-orang yang duduk bersamanya tunduk, seakan-akan ada burung di atas kepala mereka. Jika Beliau telah diam, mereka bicara, mereka tidak berebutan bicara di sisinya. Siapa yang bicara di sisinya, mereka diam mendengarkannya hingga ia selesai. Bicara orang yang terakhir di antara mereka adalah bicara orang yang pertama di antara mereka. Beliau tertawa pada apa yang mereka tertawakan, dan mengagumi apa yang mereka kagumi.
Beliau sabar menghadapi orang asing kendati kasar dalam bicara dan cara memintanya, ‘Jika kalian lihat orang yang mempunyai kebutuhan meminta hajatnya, bantulah dia.’
Beliau tidak menerima pujian kecuali dari hal yang setimpal, dan Beliau tidak pernah memotong pembicaraan seseorang dengan larangan atau pun pergi hingga ia selesai bicara.”. – Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dalam Asy-Syama’il hlm. 291, Ath-Thabarani dalam Al-Kabir (22/155) dan Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab (2/154). Al-Haitsami berkata dalam Al-Majma’ (8/494), “Dalam sanadnya terdapat orang yang tidak disebutkan namanya.”.
Membantu Istri
Diriwayatkan pula, Nabi S.a.w suka memberi makan unta, menyapu rumah, menambal sandal, dan menjahit pakaian – Dikeluarkan oleh Ahmad (6/241) dan hadits senada oleh Ibn Hibban (5676) dari hadits Aisyah R.a. Al-Hafizh Al-Iraqi berkata, “Para perawinya (maksudnya perawi Ahmad) adalah perawi-perawi hadits shahih.”, Lihat Takhrij al-Ihya’ (2/360). Hadits yang semakna terdapat dalam Shahih Al-Bukhari (644) dari ucapan Aisyah R.a, “Beliau pernah mengerjakan pekerjaan istrinya.” (Maksudnya membantu pekerjaan istrinya).
Rasulullah S.a.w suka memerah susu, makan bersama pembantu, dan menggiling tepung bersamanya jika ia telah lelah. Beliau tidak merasa malu memanggul barang-barang milik Beliau dari pasar ke rumah keluarganya.
Beliau menyalami orang kaya maupun miskin, selalu memulai salam, dan tidak meremehkan undangan makan yang disampaikan kepada Beliau walaupun itu hanya berupa kurma yang paling jelek.
Beliau S.a.w adalah orang yang pemurah, lembut, ramah, bergaul dengan baik, wajahnya senantiasa berseri-seri, banyak senyum tidak sampai tertawa, ketika sedih tetapi tidak sampai murung, rendah hati tapi tidak sampai menghinakan diri, pemurah tapi tidak sampai boros, lembut hati, pengasih terhadap setiap muslim.
Semoga shalawat dan salam Allah tercurah atas Beliau dan atas keluarga serta para sahabat Beliau.
Wallahu Warasuluhu A'lam. Wassalam
EmoticonEmoticon