Kesederhanaan Rumah Tangga Nabi

Tidak ada keteladanan tentang kesederhanaan dan kebersahajaan sebagaimana kesederhanaan dan kebersahajaan yang tampak dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Bukan pula mereka tidak kaya harta atau memilih hidup susah, namun mereka berpaling dari sifat-sifat kemewahan dan keingin­an-keinginan duniawi lainnya.

Berikut ini beberapa hadits yang mengutarakan kesederhanaan dalam kehidupan Beliau SAW dan orang-orang di sekitarnya.

Dari Aisyah RA, ia berkata, “Keluar­ga Muhammad SAW tidak pernah kenyang makan roti gandum dalam dua hari berturut-turut sampai Beliau mening­gal dunia.” (Muttafaq `alaih).

Dalam riwayat lainnya dikatakan, ”Keluarga Muhammad SAW tidak per­nah kenyang dari makanan yang terbuat dari gandum sejak menetap di Madinah dalam waktu tiga malam berturut-turut sampai Beliau meninggal dunia.” Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari dalam kitab Makanan bab Nabi SAW dan Sahabat tidaklah Memakan dan kitab Budi yang Halus bab Bagaimana Kehi­dup­an Nabi SAW dan Sahabatnya. Ada­pun Muslim meriwayatkannya dalam ki­tab Zuhud dan Budi yang Halus.

Hadits ini menggambarkan keberpa­lingan dan kezuhudan Rasulullah SAW dari urusan dunia. Bahkan, dalam se­buah riwayat, Rasulullah SAW pernah di­­tawari sebuah gunung yang tinggi men­julang, yakni Gunung Uhud, untuk di­ubah menjadi emas bagi beliau untuk dimanfaatkan dalam berbagai keperluan dunia, tapi Beliau menolaknya. Di akhir hayatnya, Rasulullah SAW pernah me­nyimpan gandum kering untuk keperluan keluarganya selama setahun, namun nyatanya simpanan untuk setahun itu ha­bis digunakan untuk orang-orang yang membutuhkan pangan hingga tak tersisa sedikit pun.

Dari ‘Urwah, dari Aisyah RA, ia berkata, “Wahai keponakanku, kami pernah melihat bulan, kemudian bulan (berikutnya) dan bulan (berikutnya), tiga kali dalam dua bulan, sedangkan di rumah Rasulullah SAW tidak ada nyala api!” Aku (‘Urwah) berkata, ‘Wahai bibiku, lalu bagaimana kalian bisa bertahan hidup?’ Aisyah menjawab, ‘Kurma dan air. Hanya saja tetangga-tetangga kami dari kalangan Anshar yang mempunyai kambing perahan sering mengantarkan air susu untuk  Rasulullah SAW, lalu kami meminumnya’.” (Muttafaq `alaih). Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari di pembukaan kitab Hibah dan kitab Budi yang Halus bab Bagaimana Kehidupan Nabi SAW dan Sahabatnya. Sedangkan Muslim meriwayatkannya dalam permu­la­an kitab Zuhud dan Budi yang Halus.

Aisyah RA menceritakan hal rumah tangga Rasulullah SAW bukan untuk mengeluhkan kesulitan hidupnya, akan tetapi untuk menggambarkan keseder­hanaan kehidupan Beliau dan keluarga­nya. Ibn Aqbaras dalam Syarh asy-Syifa mengatakan, ungkapan kehidupan ru­mah tangga Rasulullah SAW ini salah satu contoh dalam cara memberi petun­juk pendidikan dan pengajaran, karena Beliau adalah imam yang menjadi te­lad­an umatnya bahwa begitulah kebersaha­jaan Beliau dan ahlul baytnya dalam ke­sehariannya.

Dari Sa‘id Al-Maqburi RA, dari Abu Hurairah RA, bahwasanya ia melewati suatu kaum yang sedang menikmati kam­bing guling. Lalu mereka mengajak­nya untuk makan bersama, tapi ia me­nolaknya seraya berkata, “Rasulullah SAW belum pernah makan roti dengan kenyang sampai Beliau meninggal.” (Diriwayatkan Al-Bukhari). Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari dalam kitab Makanan bab Nabi SAW dan Sahabat tidaklah Memakan.

Para sahabat Rasulullah SAW selalu ber­usaha mengikuti Beliau dalam berba­gai perbuatan dan tidak mau mengikuti syah­wat dan keinginan yang menyebab­kan naluri-naluri kemanusiaan yang me­rendahkan. Tidak dipungkiri, Beliau SAW dan para sahabatnya juga pernah kenyang da­lam urusan makanan, tapi bukan ber­arti kenyang lantaran makan yang ba­nyak, melainkan merasa cukup dengan yang sudah dimakannya. Karena, pada umum­nya Rasulullah SAW dan sahabat­nya da­lam urusan makanan sedikit saja menyan­tapnya. Dalam urusan makanan ini, dise­butkan dalam hadits lainnya, “Cu­kuplah be­berapa suapan makanan bagi anak Adam untuk menguatkan tu­lang­nya.”

Wassalam

Previous
Next Post »