Hadits dan Wasiat Ulama Tentang Syukur

“Yang paling pandai bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling pandai bersyukur kepada manusia.”. (HR. Ath-Thabrani).

“Apabila seorang melihat orang cacat lalu berkata (tanpa didengar oleh orang tadi): “Alhamdulillah yang telah menyelamatkan aku dari apa yang diujikan Allah kepadanya dan melebihkan aku dengan kelebihan sempurna atas kebanyakan makhlukNya”, maka dia tidak akan terkena ujian seperti itu betapapun keadaannya.”. (HR. Abu Dawud).

“Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.”. (HR. Tirmidzi).

“Sebaik-baik do’a adalah pada hari Arafat dan sebaik-baik yang aku ucapkan dan juga diucapkan oleh para nabi sebelum aku adalah ucapan: “Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syarikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ala kulli syaiin qadir”. (Tidak ada Tuhan kecuali Allah yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya lah segala kekuasaan dan pujian. Dan Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa). (HR. Ahmad).

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.”. (Shahih Muslim No. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan R.a).

Sedang diriwayatkan dari Abu Hurairah R.a, Rasulullah S.a.w bersabda: “Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan memuji Allah, maka tidak sempurnalah perbuatan itu.”. (HR. Abu Dawud).

Dari Abu Musa Al-Asy’ari R.a, bahwasanya Rasulullah S.a.w bersabda: “Apabila anak seseorang meninggal dunia, maka Allah bertanya kepada malaikat-Nya: Kamu telah mencabut nyawa anak hamba-Ku? Para malaikat menjawab: Ya. Allah bertanya lagi: Kamu telah mencabut buah-hatinya? Para malaikat menjawab: Ya. Allah bertanya: Apakah yang diucapkan oleh hamba hamba-Ku? Para malaikat menjawab: Ia memuji-Mu dan mengucap Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun (Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Allah dan sesungguhnya akan kembali kepada-Nya). Kemudian Allah Ta’ala berfirman: Bangunlah sebuah rumah di surga untuk para hamba-Ku itu dan namailah Bait Al-Hamd.”. (HR. Turmudzi).

“Jika memang ada suatu cara yang dapat ditiru dalam pengabdian (ibadah) kepada Allah bagi hamba-Nya, yang paling taat, yang lebih baik daripada bersyukur di setiap kesempatan, maka Allah akan menganggap cara pengabdian itu melebihi segala ciptaan yang lain. Karena sesungguhnya, tidak ada bentuk pengabdian yang lebih baik dari pada bersyukur di setiap kesempatan, Dia telah memilihnya menjadi bentuk pengabdian terunggul daripada bentuk-bentuk pengabdian yang lainnya". (Sayyidina Imam Ja’far Ash-Shadiq R.a).

“Siapa yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan, maka berarti berusaha untuk hilangnya nikmat itu. Dan siapa yang bersyukur atas nikmat berarti telah mengikat nikmat itu dengan ikatan yang kuat.”. (Syeikh Ibnu Athaillah al-Sakandari).

“Syukur dengan lisan adalah nikmat yang besar. Manusia menanggung beban lebih besar ketika memperoleh nikmat dibanding ketika mengalami bencana. Bencana membutuhkan kesabaran, dan manusia mampu bersabar. Sedangkan kenikmatan perlu disyukuri, padahal Allah berfirman: “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.”. (QS [34] Saba: 13). (Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi).

Wassalam



Baca juga:
- Birrul Walidain - Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua
- Cobaan Hidup
Previous
Next Post »