Istiqamah

"Dalam sifat istiqamah, terkandung sifat-sifat yang luhur dan terpuji, seperti sifat setia, taat asas, tepat janji, dan teguh hati"

Suatu hari sahabat Abdullah al-Tsaqafi meminta nasihat kepada Nabi Muhammad S.a.w agar dengan nasihat itu, ia tidak perlu bertanya-tanya lagi soal agama kepada orang lain. Lalu, Rasulullah S.a.w bersabda: "Qul Amantu Billah Tsumma Istaqim". (Katakanlah, aku beriman kepada Allah, dan lalu bersikaplah istiqamah!). (HR. Muslim).

Sabda Nabi S.a.w di atas tergolong singkat, tetapi sangat padat. Menurut Qadhi 'Iyadh, hadits ini sejalan dengan firman Allah S.w.t, Surah Fusshilat ayat 30, yang mengajarkan agar kita bersikap teguh (konsisten) dan istiqamah dalam beragama, yakni senantiasa beriman kepada Allah S.w.t dan senantiasa menjalani semua perintah-Nya. (Syarkah Shahih Mislim, juz 2/9).

Istiqamah, seperti terlihat di atas, merupakan usaha maksimal yang dapat dilakukan oleh manusia untuk senantiasa berada di jalan Allah S.w.t. Karena itu, tidak setiap orang dapat memiliki sifat istiqamah. Sifat istiqamah, menurut sufi Abu al-Qasim al-Qusyairi, hanya dimililki oleh orang-orang yang benar-benar beriman dan bertakwa kepada Allah S.w.t. Mengenai keutamannya, Qusyairi berkata;

"Barang siapa memiliki sifat istiqamah, maka ia akan meraih segala kesempurnaan dan segala kebajikan. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki sifat istiqamah, maka semua usahanya akan sia-sia dan semua perjuangannya akan kandas".

Tak heran bila sikap istiqamah itu menjadi harapan dan dambaan para sufi. Sufi sejati, menurut Ibn 'Athaillah al-Sakandari, tak pernah mengharap keramat (al-Karomah), tetapi mengharap istiqamah, yakni sikap konsisten (teguh) dalam beragama. Bahkan keramat yang sesungguhnya bagi mereka adalah sikap istiqamah itu. Sedang keramat dalam arti memperoleh sesuatu yang luar biasa (al-Khariq al-'Adat) sama sekali tak berharga dan tak ada artinya buat mereka.

Mengapa? Jawabnya karena keramat semacam ini dapat diperoleh oleh siapa saja dan seringkali membuat tuannya sesat dan tergelincir. Sedang sifat istiqamah, selain hanya dimiliki oleh orang-orang yang takwa, juga dapat melapangkan jalan baginya menuju Allah S.w.t, Sang Kebenaran Mutlak. (Syarh Kitab Hikmah, juz 2/14).

Seorang disebut istiqamah, menurut riwayat yang bersumber dari Kulafa' al-Rasyidin, bila ia teguh (konsisten) dalam empat hal:

1). Konsisten dalam memegang teguh aqidah tauhid.
2). Konsisten dalam menjalankan syari'at agama, baik berupa perintah (al-awamir) maupun larangan (al-nawahi).
3). Konsisten dalam bekerja dan berkarya dengan tulus dan ikhlas karena Allah S.w.t.
4). Konsisten dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan, baik dalam waktu lapang maupun dalam waktu susah.

Dalam sifat istiqamah, seperti terlihat di atas, terkandung sifat-sifat yang luhur dan terpuji, seperti sifat setia, taat asas, tepat janji, dan teguh hati. Untuk itu, Allah S.w.t menjanjikan kepada orang-orang yang istiqamah balasan yang besar.

١٣. إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ 
١٤. أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ 

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah' kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah para penghuni surga; mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan". (QS Al-Ahqaaf [46]: 13-14).

Semoga kita bisa istiqamah. Aamiin

Wassalam

Previous
Next Post »