Sayyid ‘Ali bin Husein Al-‘Atthas R.a berkata: Al-‘Allamah Al-Muhaqqiq, Malikul Bayan wa Hamilu Liwail Burhan, Syeikh Musthôfa Abu Saif Al-Hamami Al-Azhari Al-Mishridalam bukunya Ghautsul ‘Ibad wa Bayanur Rasyad berkata:
Dewasa ini dunia dipenuhi oleh orang-orang yang mengingkari keramat para wali. Mereka menganggap bahwa keyakinan pada kekeramatan para wali adalah peninggalan abad pertengahan. Menurut mereka kita akan mengalami kemerosotan dalam beragama dan kehidupan dunia jika orang-orang yang mempercayai keramat para wali ini masih ada di alam ini. Andaikata mereka berpikiran luas, tentu mereka akan melihat bahwa ada sekelompok kaum yang mempercayai keramat para wali sampai pada keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada seorang pun yang meragukan kekeramatan para wali. Sebab, mereka menyaksikan begitu banyak kekeramatan wali. Hamba-hamba Allah yang saleh memandang kekeramatan sebagai hal yang biasa bagi mereka, sebab setiap hari mereka melihat keramat tersebut muncul dari orang-orang mulia yang bersama mereka.
Sesungguhnya ada dua sebab yang mungkin mendorong mereka untuk mengingkari keramat para wali:
1). Karena mereka tidak menyaksikan keramat itu muncul dari dirinya sendiri, orang-orang yang mereka cintai atau pun teman-teman mereka. Sehingga mereka menganggap semua orang sama dengan mereka. Mereka seperti seorang tuna netra yang tidak percaya jika ada orang yang dapat menyaksikan cahaya, padahal sebenarnya dialah yang tidak dapat melihat cahaya.
2). Mereka tidak mempelajari Al-Qur'an dan Hadist Nabi Muhammad S.a.w. Andaikata mau memperhatikannya tentu mereka akan melihat begitu banyak keramat yang diceritakan Allah, keramat yang diberikan Allah kepada orang-orang yang dicintai-Nya.
Dalam kesempatan ini aku akan menyebutkan beberapa keramat tersebut. Sebenarnya kisah Ashabul Kahfi yang terdapat dalam Al-Qur'anul Karim telah cukup membuktikan bagaimana kebesaran para wali di sisi Allah. Dalam kisah tersebut terdapat beberapa peristiwa yang mengagumkan:
1). Para pemuda tersebut tidur selama 309 tahun tanpa makan dan minum[1]. Padahal tidak ada seorang pun yang mampu tidur atau tidak makan dan tidak minum selama itu.
2). Allah Ta’ala membolak-balikkan tubuh mereka ke kanan dan ke kiri[2] tanpa sebab agar mereka dapat tidur seperti biasanya dan sisi tubuh mereka tidak terluka karena tidur selama 309 tahun. Perlakuan Allah ini lebih hebat daripada jika Allah membiarkan mereka tidur di satu sisi tubuh saja dan mencabut rasa sakit dari mereka.
3). Allah membuat mereka tampak tidak tidur dalam pandangan setiap orang melihatnya[3]. Ini adalah salah satu cara untuk menghidarkan mereka dari bahaya dan orang-orang jahat. Sebab, orang yang terjaga akan ditakuti. Sedangkan orang yang tidur, orang yang paling lemah pun berani menipunya tanpa ia sadari.
4). Allah memberi mereka wibawa, sehingga siapa pun yang melihat mereka akan ketakutan dan lari[4]. Ini adalah penjagaan yang luar biasa dari Allah agar mereka tidak diganggu oleh orang-orang jahat.
5). Allah Ta’ala membuat sinar matahari ketika terbit dan terbenam tidak mengenai tempat di mana mereka tidur[5]. Allah melindungi mereka agar tidak terganggu oleh sinar matahari dan panasnya. Allah juga mencegah agar sinar matahari itu tidak menembus lobang gua di mana mereka tertidur, padahal tidak ada yang menutupi lobang gua itu. Kekuasaan Allah-lah yang menghalangi sinar matahari itu. Mengenai karunia yang agung ini Allah mewahyukan:
ذلِكَ مِنْ آيَاتِ اللهِ
"Itulah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah.". (QS Al-Kahfi, 18:17)
Benar, itulah salah satu tanda kekuasaan Allah yang sangat agung yang membuktikan bahwa kekuasaan Allah tidak dapat dibatasi. Benar, Allah memang Maha Kuasa untuk melindungi mereka dari sengatan matahari atau menghilangkan panasnya sinar matahari tersebut meskipun mengenai tubuh mereka. Tetapi, yang dilakukan Allah Ta’ala lebih hebat.
Mengapa Allah melakukan berbagai keajaiban yang dahsyat itu hanya karena para pemuda itu? Jawabannya tiada lain adalah karena mereka memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah.
Dalil lain yang menunjukkan kedudukan para wali di sisi Allah adalah perlakuan Allah kepada Sayidatuna Maryam binti ‘Imran ra. Dalam Al-Quran Allah mewahyukan:
كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا، قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Setiap kali Zakariyya masuk untuk menemui Maryam di Mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariyya berkata, “Hai Maryam, dari mana engkau peroleh (makanan) ini?” Maryam menjawab, “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Ali ‘Imran, 3:37)
Ucapan Sayidina Zakariyya yang berbunyi, “Hai Maryam, dari mana engkau peroleh (makanan) ini?” menunjukkan bahwa makanan yang diperoleh Sayidatuna Maryam bukanlah makanan yang biasa dimakannya. Makanan itu tiba dengan cara yang tidak biasa. Itulah keramat, panggilan malaikat kepada Sayidatuna Maryam[6], kemampuannya untuk melihat Malaikat Jibril, mengandung Sayidina ‘Isa tanpa disentuh manusia dan berbicaranya Nabi ‘Isa semasa bayi[7] untuk membersihkan nama beliau semua itu bukanlah hal yang biasa terjadi yang diceritakan Al-Quran. Tidak diragukan bahwa semua keramat agung yang diberikan Allah kepada Sayidatuna Maryam adalah karena beliau memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Semua itu merupakan bukti nyata yang tidak memerlukan banyak pikiran untuk menerimanya. Di Al-Quran masih banyak kekeramatan lainnya.
Adapun kekeramatan yang terdapat dalam hadis sangat sulit untuk dihitung, tetapi aku akan membawakan beberapa di antaranya:
Al-Bukharira meriwayatkan bahwa ketika ditawan, Sayidina Khubaib[8] ra memakan buah-buahan yang bukan pada musimnya.
Orang-orang Quraisy juga pernah berniat mengambil sepotong tubuh Sayidina ‘Ashim ra setelah mereka bunuh. Tetapi, mereka tidak mampu melakukannya. Sebab, sekelompok kumbang besar menghalangi mereka.
Dua orang sahabat di malam yang sangat gelap keluar meninggalkan rumah Rasulullah Saw. Dari tongkat salah seorang dari mereka muncul cahaya yang menerangi jalan mereka. Ketika mereka harus berpisah, dari setiap tongkat mereka mengeluarkan cahaya.
Sayidina ‘Abdullah ayah Sayidina Jabir yang terbunuh di perang Uhud selalu dinaungi oleh para malaikat sampai mereka membawanya ke langit.
Sayidina Sa’ad bin AbiWaqqash ra jika berdoa, maka Allah langsung mengabulkan apa yang ia minta[9]. Semua cerita di atas diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Keduanya juga meriwayatkan kisah Juraij ra, seorang ahli ibadah dari umat sebelum kita yang dituduh oleh seorang pelacur sebagai ayah dari anak haramnya. Setelah shalat dan berdoa ia lalu mencucuk perut si bayi dan berkata kepadanya, “Wahai bayi, siapakah ayahmu?”, Allah lalu membuat bayi yang baru saja lahir itu mampu berbicara menceritakan siapa ayahnya yang sebenarnya. Juraij yang mulia itupun bebas dari tuduhan.
Sayidina Khalid ra juga pernah meminum racun untuk membuktikan kepada sekelompok orang kafir bahwa agama Islam benar, tetapi racun itu tidak sedikit pun membahayakannya. (Diriwayatkan oleh Baihaqi, Abu Nu’aim dan Abu Ya’la). Beliau ra juga pernah berdoa agar cuka menjadi madu dan doanya ini terkabul. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya).
Kemudian Baihaqi, Abu Nu’aim dan Ibnu Sa’ad meriwayatkan bahwa ketika jasad para Syuhada uhud dipindahkan dari pemakamannya, ternyata tubuh mereka masih segar dan mata mereka bergoyang seperti layaknya manusia yang hidup. Bahkan ketika sekop salah seorang penggali mengenai kaki Sayidina Hamzah ra, kaki tersebut mengeluarkan darah. Padahal beliau telah wafat 40 tahun. Keluarnya darah segar ini menunjukkan bahwa jasad para Syuhada ini masih hidup seperti kehidupan dunia. Andaikata tidak, tentu kaki Sayidina Hamzah tidak akan mengeluarkan darah. Sebab, orang yang telah meninggal dunia tidak memiliki darah.
Majalah Al-Ahram (Mesir) juga telah menceritakan kepada kita sejumlah peristiwa yang dialami oleh kaum sholihin yang telah meninggal ratusan tahun. Di Qahirah belum lama ini saat tubuh mereka dipindahkan ke pemakaman yang baru, sebab pemakaman yang lama akan dijadikan jalan, ditemukan jasad mereka masih utuh dan tidak berubah, tetap seperti saat mereka hidup di dunia dahulu.
Bukhari, Muslim dan Tirmidzi juga meriwayatkan bahwa Rasulullah S.a.w bersabda:
إِهْتَزَّ عَرْشُ الرَّحْمن لِمَوْتِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ
“Arsy Allah Yang Maha Penyayang bergoncang karena kematian Sa’ad bin Mu’adz.”.
Wahai orang-orang yang mengingkari kekeramatan para wali, simaklah hadist di atas. Andaikata tidak ada Hadis lain yang menjelaskan kekeramatan para wali selain Hadist ini, maka sudah cukup dan lebih dari cukup.
Kuharap pembaca yang budiman merenungkan kekeramatan yang agung ini yang membuat akal kita tercengang ketika mendengarnya yang menunjukkan kebesaran Sayyidina Sa’ad di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.[10]
Kuharap pembaca yang budiman merenungkan kekeramatan yang agung ini yang membuat akal kita tercengang ketika mendengarnya yang menunjukkan kebesaran Sayyidina Sa’ad di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.[10]
[1] Allah mewahyukan: “Dan mereka tinggal dalam gua mereka selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun lagi.” (Al-Kahfi, 18:25)
[2] Allah mewahyukan: “Dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka menjulurkan ke dua lengannya di muka pintu gua.” (Al-Kahfi, 18:18)
[3] Allah mewahyukan: “Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur.” (Al-Kahfi, 18:18)
[4] Allah mewahyukan: “Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi rasa takut kepada mereka.” (Al-Kahfi, 18:18)
[5] Allah mewahyukan: “Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri, sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah.” (Al-Kahfi, 18:17)
[6] Allah Ta’ala mewahyukan, “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, mensucikanmu dan melebihkanmu atas segala wanita di dunia (yang semasa denganmu).’ Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.’” (Ali ‘Imran, 3:42-43)
[7] Allah Ta’ala mewahyukan, “(Ingatlah), ketika Malaikat berseru, ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakanmu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya Al-Masih ‘Isa putra Maryam, seorang yang terkemuka di dunia dan akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh. (Ali ‘Imran, 3:45-46)
[8] Lihat lampiran II.
[9] Rasulullah S.a.w bersabda:
اَللّهُمَّ اسْتَجِبْ لِسَعْدٍ إِذَا دَعَاكَ
“Ya Allah, kabulkanlah doa Sa’ad jika dia berdoa kepadamu.”. (HR Tirmidzi)
[10] Sayyid ‘Alibin Husein Al-‘Athas, Tajul A’rôs, I, Menara Kudus, cet. ke-1, Agustus 1977, hal. 7-12.
Penulis: Kyai
Baca juga: Bertabarruk
EmoticonEmoticon