Di Balik Nikmat Ada Musibah

Termasuk ujian dari Allah S.w.t, seorang hamba diberi kenikmatan yang ternyata menjadikan hamba tersebut celakal dan hina


Allah S.w.t menciptakan segala yang ada di muka bumi ini dengan berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan, siang dan malam, senang dan susah, nikmat dan musibah, positif dan negatif, adalah sebagian contoh dari makhluk Allah S.w.t yang berpasang-pasangan. Dengan keadaan yang berpasang-pasangan inilah Allah S.w.t menjadikan kehidupan di muka bumi menjadi makmur dan berjalan dengan normal.

Orang bisa menikmati media elektronik saja harus melalui makhluk yang berpasangan, yaitu arus positif dan negatif. Bahkan untuk mendapatkan "Kunci Surga" seseorang harus menanamkan pada dirinya dua hal yang berpasangan, "Laa ilaaha illa Allah". Lafadz "Laa ilaaha" dalam tata bahasa arab disebut kalimat nafi (negatif), "illa Allah" di sebut kalimat mutsbat (kalimat positif). Jika dua kalimat (positif dan negatif) ini sudah tertancap kuat di hati seseorang, dia akan mampu menghasilkan 'tenaga' yang luar biasa besar untuk taat pada Allah S.w.t, sehingga kenikmatan hakiki (surga) akan diperoleh dengan ridho-Nya.

Nikmat dan musibah merupakan salah satu dari makhluk Allah S.w.t yang bersifat ikhtiari (bisa di usahakan manusia), namun tetap atas izin Allah S.w.t.

Termasuk ujian dari Allah S.w.t, terkadang seorang hamba diberi kenikmatan yang ternyata dibelakangnya menjadikan hamba tersebut celaka dan hina. Salah seorang ulama mengatakan bahwa, jika Allah S.w.t ingin mencelakakan seseorang, maka Allah S.w.t akan memberikan padanya 3 hal:

1). Allah S.w.t akan menganugrahkan ilmu padanya, namun mencegah untuk mengamalkan ilmunya.

Syekh Al Imam Ibnu Ruslan, dalam kitab Zubad-nya menyatakan bahwa: "Orang alim (berilmu) yang tidak mengamalkan ilmunya, maka kelak akan disiksa (lebih dulu) sebelum Allah S.w.t menyiksa para penyembah berhala".

Hendaknya penjelasan ini bisa menjadi dorongan bagi kita untuk lebih semangat dalam menuntut ilmu dan mengamalkan setelah mendapatkannya. Karena amalan yang tanpa didasari ilmu akan ditolak dan tidak dicatat sebagai amal ibadah.

2). Allah S.w.t akan menganugrahkan padanya kesempatan untuk bisa berkumpul bersama orang orang sholeh, namun menghalangi untuk mengetahui hak-hak kaum sholihin.

Orang yang mencintai amalan kaum sholihin dapat digolongkan sebagai pecinta kaum sholihin, dan barang siapa cinta pada kaum sholihin, maka dia akan memperoleh banyak manfaat di dunia dan akhirat.

Tersebut dalam sebuah Hadits: "Barang siapa tidak menghormati orang tua di antara kami, tidak menyayangi anak muda di antara kami, dan tidak memberikan hak-hak Orang Alim di antara kami, maka dia tidak termasuk dalam golongan kami (Umat Nabi Muhammad S.a.w)".

3). Allah S.w.t akan membukakan untuknya pintu taat, namun menghalangi keikhlasan dalam beramal.

Ikhlas merupakan penjernihan perbuatan dari campuran semua makhluk, atau pemeliharaan sikap dari pengaruh-pengaruh pribadi. Syekh Nasr Bin Muhammad As-Samarkandi mengatakaan bahwa: "Kerusakan-kerusakan (amal) tersebut di atas bisa terjadi karena niat yang rusak dan hati yang kotor. Apabila niatnya benar, hatinya bersih, maka Allah S.w.t akan menganugrahkan pada orang tersebut berupa ilmu yang bermanfaat, amalan yang ikhlas, dan mengetahui kemuliaan orang-orang sholeh, sehingga bisa memenuhi hak-hak kaum sholihin.

Semoga Allah S.w.t selalu membimbing kita untuk melaksanakan amalan-amalan yang diridhoi-Nya dan memberikan keselamatan kepada kita di dunia dan akhirat. Aamiin.

~ Al Habib Hasan Al Jufri, Pengajian Kitab Tanbihul Ghofilin ~

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
Previous
Next Post »