Jangan Biarkan Hati Keras dan Lalai

“Empat perkara menjadi tanda kejahatan, yaitu, hati yang keras, mata yang beku, senantiasa angan-angan dan panjang harapan.”

Waspadalah anda, jangan bersifat keras hati dan bersikap kasar, sehingga apabila diberi nasihat tidak akan memberi kesan apa pun. Hati tidak akan merasa iba lagi, bila disebutkan maut, dan tidak gentar mendengar janji-janji balasan dan Allah dan ancaman-Nya mengenai keadaan akhirat. Sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam:

أبعد الأشياء من الله تعالى القلب القاسي.

Artinya: “Yang amat jauh kepada Allah Ta’ala ialah hati yang keras.”

Juga sabda Beliau S.a.w:

من الشقاء أربع: قسوة القلب, وجمود العين, والحرص, وطول الأمل

Artinya: “Empat perkara menjadi tanda kejahatan, yaitu; Hati yang keras, mata yang beku, senantiasa angan-angan dan panjang harapan.”.

Awasilah diri anda dan empat sifat yang berbahaya itu!. Dalam sebuah Hadits yang lain, Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersabda:

واعلموا أن الله لا يقبل دعاء من قلب غافل.

Artinya: “Ingatlah bahwa Allah tiada akan menerima doa dari hati yang lalai.“.

Sifat lalai itu adalah sifat yang lain, tidak sama dengan sifat keras hati. Sifat ini adalah tercela dan mengandung bahaya yang besar. Hati yang lalai ialah hati yang tidak tahu diuntung dan tidak sadar ketika diingatkan dengan berbagai-bagai petunjuk dari perintah-perintah Allah Ta’ala dan larangan-larangan-Nya. maka tidak akan menghiraukan sama sekali nasihat-nasihat itu karena hatinya telah dibelenggui oleh sifat lalai dan lupa disebabkan terlalu banyak urusan pekerjaan dan permainan dari bermacam-macam keindahan dunia dan peluasan hawa nafsu. Allah telah berfirman kepada Rasul-Nya Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.:


٢٠٥. وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ 

Artinya: “Ingatlah Tuhan didalam hatimu dalam keadaan rendah hati dan takut, dan bukan dengan suara keras di waktu pagi dan petang, dan janganlah engkau tergolong ke dalam kumpulan orang-orang yang lalai.”. (QS Al-A’raf: 205)

Allah telah melarang Rasul-Nya supaya tidak menjadi orang yang laIai, sebagaimana Dia melarang juga supaya tidak mentaati orang-orang yang lalai itu atau mengikuti jejak langkah mereka. Allah berfirman Iagi:

ولا تطع من أغفلنا قلبه عن ذكرنا, واتبع هوـه , وكان أمره فرطا. (الكهف:28)

Artinya: “.. Dan janganlah engkau turuti kaum yang Kami (Allah) lalaikan hatinya dari mengingati Kami. Lalu ia tunduk kepada hawa nafsunya, maka menjadilah urusannya itu sia-sia belaka (tidak berguna).”. (QS. Al-Kahfi: 28).

Seseorang itu dikira lalai juga apabila dia membaca Al-Qur'an Al-Karim atau mendengarnya, akan tetapi tiada merenungkan maknanya atau mendalami maksudnya, tiada menuruti perintah dan larangannya, tiada menuruti nasihat dan teguran yang terkandung di dalam ayat-ayatnya. Demikian pula hukumnya sama terhadap Hadis Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam serta ucapan para salaf saleh radhwanullahi ‘alaihim ajmain.

Seseorang itu dikira lalai apabila ia tiada mengingat mati, dan tiada memandang berat tentang keadaan yang bakal berlaku sesudah mati, begitu juga ia tergolong ahlis-sa’adah (orang-orang yang berbahagia), atau tergolong ahlis-syaqawah (orang-orang yang celaka), ia tidak pernah mau memikirkan semua itu.

Seseorang itu dikira lalai juga apabila ia tiada selalu mendampingi para alim ulama yang akan mengingatkannya akan Allah dan agamanya. dan yang akan menyedarkannya akan hari-harinya yang sementara dan nikmat-nikmat Allah Ta’ala yang sedang diterimanya, di samping janji-janji dan ancaman-Nya. Bukankah para alim ulama itu sering memperhatikan agar seseorang itu senantiasa berada dalam taat kepada Allah dan jauh dari maksiat-Nya dengan menaburkan nasihat-nasihat yang berguna dan menunjukkan perbuatan-perbuatan yang baik? Sekiranya para alim ulama itu tiada kedapatan lagi, maka cukuplah buku-buku yang mereka susun itu untuk menggantikan mereka.

Walau bagaimanapun dunia ini tidak akan luput dari para alim ulama Insya Allah, meskipun kerusakan zaman telah umum di mana-mana. Perkara-perkara yang batil telah banyak tersebar, sedang orang yang mencetuskannya merajalela meliputi orang-orang yang di peringkat tinggi dan rendah. Mereka itu telah membelakangi Tuhan dan membelakangi perintah-Nya, serta tiada menegakkan yang haq. Hanya orang-orang yang teselamatkan dari bencana ini sedikit sekali bilangannya, sesuai dengan sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam:

لاتزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق, لايضرهم من ناوأهم, حتى يأتي أمر الله.

Artinya: “Sekumpulan dari umatku akan terus berdiri teguh atas kebenaran, tiada akan membahayakan mereka siapa yang menentangnya, sehinggalah tiba ketentuan dari Allah Ta’ala.”.

Ada banyak lagi berita dan cerita yang menceritakan bahwa dunia ini tidak akan luput dari orang-orang yang mempertahankan kebenaran dan berdiri atas Kitab Allah (Al-Qur'an) dan sunnah Rasul-Nya (Hadits) pada bila-bila masa sekalipun. Hanya bilangan orang-orang ini akan terus berkurangan di akhir zaman. Mungkin juga mereka itu akan menyembunyikan diri, sehingga tiada dapat dikenali oleh umum lagi, melainkan penuntut-penuntut yang benar-benar mencari dan mencintainya dengan penuh ikhlas.

Wallahu a’lam.

~ Al Habib Ahmad Novel Jindan ~

Sumber: Pecinta Habib Jindan Bin Novel Bin Salim Jindan
Previous
Next Post »