Takdir Allah S.W.T

"Allah S.w.t menentukan sesuatu atas kehendak-Nya, tidak ada yang dapat mempengaruhi-Nya, Ketentuan-Nya tidak dipengaruhi oleh kemauan manusia"

Tak asing di telinga kita, bahkan mungkin sering kita mendengarkan seseorang yang bertanya tentang takdir Allah S.w.t. Ia mempertanyakan tentang nasibnya, yang selalu dirundung malang. Di antara pertanyaannya, "Apakah takdir Allah bagi seseorang dipengaruhi oleh cara orang tersebut berpikir, berperilaku, dan berusaha?"

Ia juga mengatakan, ada orang yang saling menyayangi sampai bertahun-tahun, tapi mereka tidak sampai menikah, hubungan mereka terputus tanpa sebab yang kuat. Dan sebaliknya, ada orang yang bertemu dengan seseorang, dalam waktu singkat mereka menikah.

Lalu, lanjutnya, ada orang yang berusaha mencari rezeki dengan susah payah dan mengikuti ketentuan agama secara ketat, menjaga yang halal dan haram, tapi pendapatannya hanya cukup untuk hidup sederhana saja. Di lain pihak, ada orang yang berusaha tanpa modal, dan pekerjaannya tidak berat, namun hasilnya sangat menakjubkan, dalam waktu singkat ia memperoleh laba puluhan juta. "Apakah ini Takdir Allah atau tidak?"

Memang untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut tidaklah mudah. Yang penting dan harus kita yakini adalah, bahwa Allah S.w.t menentukan sesuatu atas kehendak-Nya, tidak ada yang dapat mempengaruhi-Nya. Yang dapat dilakukan oleh manusia, hanya memohon dan berdoa kepada-Nya. Jika Dia mau mengabulkan permohonan hamba-Nya itu akan diberi-Nya apa yang dimohonkan hamba-Nya itu. Sesungguhnya Allah berjanji akan mengabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Nya.

Allah S.w.t berfirman: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran". (QS [2]: 186). Jadi, takdir Allah tidak dipengaruhi oleh kemauan manusia. Namun demikian, Allah membuka kesempatan bagi manusia untuk berdoa dan memohon kepada-Nya. Hanya Allah S.w.t menuntut agar manusia itu mematuhi segala perintah-Nya dan beriman kepada-Nya.

Dari tinjauan psikologi, sesungguhnya manusia membutuhkan Iman kepada Takdir Allah, terutama bila manusia itu dihadapkan kepada kekecewaan yang amat sangat, yaitu bila yang diharapkannya tidak tercapai, atau yang tidak diinginkannya terjadi. Untuk itu apabila terjadi kita diterpa dalam kesusahan atau kesedihan, segeralah ingat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Firman Allah S.w.t: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”. (QS Alam Nasyrah [94]: 5-6)

Sabda Rasulullah Muhammad S.a.w: "Tidak ada satu kepedihan pun atau keletihan atau penyakit atau kesedihan sampai perasaan keluh-kesah yang menimpa seorang muslim kecuali akan dihapuskan dengan penderitaannya itu sebagian dari dosa kesalahannya.". (Shahih Muslim No.4670, dari Abu Said Al-Khudri R.a).

Manusia hanya tahu apa yang telah terjadi dan dialaminya, akan tetapi ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa datang. Karena itu manusia perlu mendasarkan semua yang diinginkan dan diusahakannya menurut ketentuan Allah dan dalam batas-batas yang diridhai-Nya. Segala sesuatu yang terjadi, tidak ada yang di luar kehendak Allah S.w.t, tidak ada sesuatu pun yang terjadi selain atas izin Allah S.w.t. Bila Allah sudah berkehendak atas sesuatu maka tidak ada yang dapat menolaknya atau menghalanginya, semua yang terjadi atas izin Allah S.w.t. Orang yang teguh imannya kepada Allah, ia yakin bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan, faktor x dan sebagainya.

Bersabda Rasulullah S.a.w: "Apa yang dikehendaki Allah itulah yang terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi.". (HR. Baihaqi, Ahmad, dan Thabrani, dari Zaid bin Tsabit R.a).

Oleh karena itu orang beriman tidak mengenal putus asa. Jika terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan atas dirinya, ia segera ingat kepada Allah S.w.t dan tuntunan Rasulullah Muhammad S.a.w, sehingga terhindar rasa kecewa. Boleh jadi ada hikmah besar yang sangat berharga dibalik permasalahan dan kesusahan yang dihadapinya itu, yang saat ini ia belum mengetahuinya. Firman Allah S.w.t: "..(maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak". (QS An Nisaa' [4]: 19). Jadi iman kepada Takdir Allah S.w.t, dapat menjadi benteng yang mencegah, juga menjadi obat bagi rasa kecewa.

Allah S.w.t berfirman: "..Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.". (QS Al Baqarah [2]: 216).

Sabda Rasulullah Muhammad S.a.w: “Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barangsiapa yang ridha, maka baginya keridhaan Allah; namun barangsiapa yang murka, maka baginya kemurkaan Allah.”. (Sunan Tirmidzi No. 2320, Hadits Hasan Gharib, dari Anas bin Malik R.a).

Berikut kami ketengahkan beberapa nasihat keridha'an dalam menerima Takdir Allah S.w.t:

l. Biarlah hari-hari itu berlalu kerjakan yang engkau sukai, apabila takdir sudah menentukan maka berlapang dadalah engkau.

2. Janganlah engkau gelisah terhadap musibah-musibah malam hari karena tiada satu pun musibah itu yang kekal abadi.

3. Kuatkanlah dirimu menghadapi cobaan-cobaan hidup, surah hati dan setia hendaklah menjadi pekertimu.

4. Meski bagai buih lautan keaibanmu di kalangan orang lain namun rahasia pribadimu hendaklah selalu tersimpan.

5. Tutuplah rahasiamu dengan kemurahan hati karena semua keaiban dapat ditutup dengan kemurahan hati.

6. Jangan engkau tampakkan kelemahan pada lawanmu karena kuatnya mental lawan merupakan bahaya bagimu.

7. Jangan engkau harapkan kemurahan orang yang kikir, sebab orang yang sedang kehausan tak akan mendapatkan air dalam api.

8. Sebuah keterlambatan tak akan mengurangi rizkimu dan rizkimu pun tak akan bertambah dengan kepayahan badanmu.

9. Tiada kesusahan yang kekal, tiada kegembiraan yang abadi, tiada kefakiran yang lama, tiada kemakmuran yang lestari.

10. Apabila sikap hatimu selalu rela dengan apa yang ada, maka tak ada perbedaan bagimu antara dirimu sendiri dan para hartawan.

11. Apabila ajal datang padamu maka tak sejengkal bumi dan tidak pula sebidang langit yang dapat melindungimu.

12. Bumi Allah amatlah luas namun suatu saat apabila takdir sudah datang angkasa pun menjadi sempit.

13. Biarlah hari-hari itu tidak setia setiap saat sebab obat apa pun juga tak akan menangkal ajal.

Allahuma Shalli 'Ala Sayyidina Muhammadin Wa 'Ala Aalihi Washahbihi Wasallim

~ Wallahu Warasuluhu A'lam. Wassalam ~



Baca juga: Bersabar atas Dunia dengan Landasan Taqwa
Previous
Next Post »