Puasa Melahirkan Sifat Ihsan

Di Bulan suci Ramadhan yang mulia ini, semoga kita dapat merasakan nikmatnya taat kepada Allah S.w.t dan menjalankan syariat yang dibawa Rasul-Nya, Sayyidina Rasulullah Nabi Muhammad S.a.w dengan benar dan bersungguh-sungguh.

Sebuah perjalanan nurani mengendalikan hawa nafsu, semogalah menjadikan kita sosok yang jauh, lebih sabar dan ihsan.

Orang yang diminta menjalankan kewajiban Dinul Islam adalah orang yang berakal, bukan pada orang yang berakal lemah. Akal lah yang melebihkan seseorang dari yang lain. Baik dan buruk ibadah seseorang tergantung pada akalnya. Manakala akalnya sehat dan sempurna maka begitu pulalah ibadahnya.

Akal manusia mengandung 3 unsur, yaitu;
- Makrifatnya kepada Allah
- Orang yang loyalitasnya hanya pada Allah
- Orang yang kuat kesabarannya dalam menghadapi musibah juga dalam meninggalkan kemaksiatan.

Diperintahkannya Puasa (shaum) adalah dengan maksud agar kita taqwa pada Allah. Letak taqwa dalam dada kita, pangkalnya di hati, merupakan kesadaran dimana Allah S.w.t selalu hadir dalam kehidupan kita, baik sendiri dalam sunyi atau dalam keramaian. Nah kesadaran seperti inilah yang disebut sebagai ihsan. Ihsan adalah ketika seseorang menyembah Allah seolah Allah ada di hadapannya.

Allah S.w.t berfirman;

"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.". (QS Al Baqarah: 197).

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.". (QS Al Baqarah: 286).

"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.". (QS Al Hadid: 4).

Semoga kita mendapatkan Ridha Allah S.w.t dalam Ramadhan ini, karena kita melakukannya hanya karena Allah semata. Aamiin

Allahuma Shalli 'Ala Sayyidina Muhammad Wa 'Ala Alihi Washahbihi Wasallim

Wassalam
Previous
Next Post »