Telaga Al Kautsar

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah, sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus“. (QS Al Kautsar 1-3)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Saat aku berada di syurga (di malam mi’raj), aku melihat telaga yang sangat indah, dikelilingi kubah-kubah mutiara yang berlorong-lorong dan tanahnya adalah minyak wangi yang terharum”.

Mungkin akal sulit menerima bagaimana tanahnya berupa minyak wangi?, sungguh tidak terlintas dalam fikiran kita karena pijakan kaki pastilah berupa tanah atau benda keras, namun di sini pijakan kakinya adalah minyak wangi. Bisa tenggelam dong? tidak akan tenggelam, dengan kehendak Allah.

Diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Hajar Asqalany dalam Fathul Bari bisyarah Shahih Al Bukhari, berkaitan dengan hal ini beliau menukil riwayat lain dari Sayyidina Anas bin Malik R.a, beliau berkata: “Wahai Rasulullah, aku memohon syafa'at kepadamu”, maka Rasulullah berkata: “Engkau akan bertemu denganku di mizan”. Rasulullah menunggu ummatnya di timbangan amal untuk memberikan syafa'at, jika timbangan dosanya lebih berat dari amalnya maka akan diringkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan syafa'atnya.

Kemudian Sayyidina Anas bin Malik berkata: “Wahai Rasulullah, jika aku selamat di mizan lalu bermasalah di tempat yang selanjutnya?”, maka Rasulullah menjawab: “Aku juga akan berada di jembatan shirat saat ummatku melintas”. Dalam sebuah riwayat yang tsiqah, setiap ummat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam akan terjatuh ke jurang api neraka, Rasulullah memegang tangannya, namun jika dia adalah pendosa besar yang belum sempat bertobat sebelum wafat, maka orang itu yang akan melepaskan tangan Nabi sehingga ia pun terjerumus ke api neraka. Maka Sayyidina Anas bin Malik berkata: “Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan kesulitan di alam selanjutnya maka di mana aku akan menemuimu?” Rasulullah menjawab: “Aku berada di telaga haudh”, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

أَنَا فَرَطُّكُم عَلَى الْحَوْضِ مَنْ وَرَدَ شَرِبَ مِنْهُ، وَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ لاَيَظْمَأُ بَعْدَهُ اَبَدًا

“Aku akan mendahuluimu datang di haudh, siapa yang mendatanginya ia pasti akan minum darinya, dan siapa yang meneguknya, ia tak akan haus selama-lamannya dan akan datang kepadaku beberapa kelompok yang sudah aku kenali mereka, lalu mereka dihalau dariku”.

Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda tentang telaga Kautsar: “Aku melihat cangkir-cangkir yang mengitari telaga Al Kautsar yang jumlahnya lebih banyak dari bintang di langit”. Kita mengetahui bahwa galaksi bima sakti tempat bumi ini terdapat lebih dari 200 milyar planet, dan galaksi itu jumlahnya mencapai milyaran, maka berapa jumlah cangkir yang mengitari telaga Al Kautsar milik Sayyidina Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dalam riwayat yang tsiqah disebutkan bahwa jika satu cangkir pecah, dan pecahan cangkir itu jatuh ke bumi maka pecahan itu jauh lebih indah dan lebih berharga dari segala perhiasan yang ada di bumi.

Terdapat dua pendapat tentang riwayat ini, yang pertama mengatakan bahwa telaga Kautsar berada di dalam syurga, dan ini adalah pendapat yang lebih kuat, dan pendapat yang kedua mengatakan telaga Kautsar berada di syurga dan bersambung dengan telaga Haudh yang berada di luar syurga. Maka Al Imam Ibn Hajar memadukan dua pendapat ini dan berkata bahwa telaga Haudh adalah telaga dari telaga Al Kautsar yang ada di dalam syurga dan bersambung hingga sampai ke telaga Haudh. Jadi telaga Haudh posisinya di luar syurga tetapi airnya bersambung hingga ke dalam syurga yaitu telaga Al Kutsar.

Sedangkan telaga Haudh masih berada di luar syurga karena di saat itu ada orang yang terusir dari telaga Haudh sehingga ia dijauhkan dari telaga Haudh dan tidak boleh meminumnya dan dia berada dalam kehinaan, hal itu menunjukkan bahwa telaga Haudh bukan berada di dalam syurga. Telaga Kautsar airnya mengalir hingga ke luar syurga dan itulah yang disebut telaga Haudh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :

مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ وَمِنْبَرِي عَلَى حَوْضِي

“Tempat antara mimbarku dan rumahku adalah satu taman dari taman-taman surga. Dan mimbarku berada di atas telagaku”.

Demikian indahnya Raudhah As Syarif di Masjid An Nabawy, di samping makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Di antara rumah Beliau (makam Beliau) dan mimbar lama Beliau adalah taman dari taman-taman syurga, mereka yang pernah berangkat Haji atau Umrah mengetahuinya. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany menjelaskan bahwa yang beribadah di tempat itu ia akan mendapatkan syafa'at Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan jika sampai ke taman syurga maka berarti pula telah masuk ke syurga Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Bagi yang belum mempunyai kesempatan untuk berkunjung ke Raudhah As Syarif, meskipun jasad kita jauh namun jadikan hati kita selalu ingin berada di tempat itu, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memasukkan kita dalam kelompok orang-orang yang beribadah di Raudhah As Syarif, di Masjid Al Haram dan tempat-tempat luhur lainnya, Amin.

Al Habib Munzir Al Musawa - www.majelisrasulullah.org

Previous
Next Post »