Shalat Tahajjud dapat tertinggal karena banyak perhatianmu dan kesibukanmu dengan dunia, dalam keadaan lalai, Juga memperbincangkan dunia, kemudian senda gurau dan bicara tak karuan. Begitu pun karena membuat lelah anggota tubuh dan banyak makan. Dan yang membantu Tahajjud adalah memperbaharui wudhu dan dzikirmu sebelum matahari terbenam, membaca tasbih dengan menghadap kiblat. Juga beribadah antara waktu isya dan maghrib. Dan tidak berbicara setelah itu, seraya mengabaikan urusan dunia
Penyebab-penyebab luputnya shalat Tahajjud ada empat perkara. Yakni, pertama, keingingan duniawi disertai kelalaian terhadap akhirat. Kedua, pembicaraan yang tidak ada gunanya, percakapan yang bathil, dan suara yang campur aduk (hiruk pikuk dan semacamnya). Ketiga, melelahkan anggota tubuh dengan berbagai pekerjaan di siang hari. Keempat, banyak makan.
Kemudian penyebab-penyebab yang memudahkan orang untuk melakukan Tahajjud juga ada empat: Pertama, memperbaharui wudhu.
Kedua, berdzikir sebelum matahari terbenam, termasuk tasbih.
Ketiga, beribadah di antara waktu maghrib dan isya.
Keempat, tidak berbicara di waktu tersebut.
Imam Al-Ghazali berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya mendirikan shalat malam itu sulit bagi manusia, kecuali bagi orang yang mendapat taufik untuk mendirikannya dengan syarat-syaratnya yang memudahkan baginya secara lahir dan bathin.
Adapun hal-hal yang memudahkan secara lahiriah ada empat perkara:
Pertama, tidak banyak makan, karena makan akan menyebabkan banyak minum, sehingga akan banyak tidur.
Kedua, tidak melelahkan dirinya di siang hari dengan pekerjaan-pekerjaan yang dapat meletihkan anggota-anggota tubuh dan urat-urat syaraf, karena itu pun dapat menyebabkan tidur.
Ketiga, tidak meninggalkan tidur qailulah (tidur sejenak sebelum zhuhur), karena itu termasuk perbuatan sunnah yang dapat membantu bangun di waktu malam.
Keempat, tidak melakukan dosa-dosa, karena dapat mengeraskan hati dan menjadi penghalang dirinya mendapatkan rahmat.
Adapun hal yang memudahkan secara bathin ada empat perkara:
Pertama, hati bebas dari rasa dengki kepada sesama muslim, dari perbuatan-perbuatan bid‘ah, dan dari keinginan dunia yang melebihi kebutuhan. Maka orang yang asyik menenggelamkan diri dalam keinginan memikirkan hal duniawi tidak akan mudah melakukan shalat malam. Seandainya pun ia lakukan, ia tidak memikirkan shalatnya itu, melainkan hanya memikirkan keinginan-keinginan dunianya. Pikirannya hanya seputar kekhawatiran-kekhawatiran tentang dunia.
Kedua, rasa takut yang kuat kepada Allah dan sedikit angan-angan. Apabila ia memikirkan keadaan-keadaan akhirat dan lembah-lembah neraka Jahanam, niscaya akan hilang keinginan tidurnya dan akan meningkat kewaspadaannya.
Ketiga, mengetahui keutamaan shalat malam dengan mendengarkan ayat-ayat, hadits-hadits, dan atsar-atsar (perkataan-perkataan sahabat) sehingga mantap harapan dan kerinduannya untuk meraih ganjaran. Dengan demikian akan menguat kerinduannya untuk mencari tambahan ganjaran dan akan menguat pula keinginannya kepada derajat-derajat surga.
Keempat, cinta kepada Allah dan keyakinan yang kuat bahwa tidak satu huruf pun yang ia ucapkan dalam shalat malamnya melainkan merupakan munajat kepada Tuhannya, dan Dia memperhatikan kepadanya serta menyaksikan apa yang tersirat di hatinya, dan bahwasanya siratan-siratan hatinya itu berasal dari Allah Ta‘ala.
Apabila ia mencintai Allah Ta‘ala, ia akan suka menyepi dengan-Nya tanpa ragu-ragu dan merasa lezat bermunajat kepada-Nya. Maka kelezatan munajat kepada Sang Kekasih akan membuatnya berlama-lama melakukan shalat malam.”
Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda, ”Barang siapa hendak tidur dan ingin terbangun di waktu tertentu, hendaknya ia tidur dalam kondisi berwudhu, dan ketika hendak tidur membaca ayat yang artinya, ”Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku… — hingga akhir surah.’.” (QS Al-Kahfi: 110). Lalu mengusap dadanya dengan tangan kirinya dan mengucapkan Allahumma nabihni fi waqti kadza atau fi sa`ati kadza (Ya Allah, bangunkan aku di waktu ini atau jam sekian). Maka ia akan terbangun di waktu tersebut dengan pasti.”
Imam An-Nawawi dalam kitab At-Tibyan berkata, “Apabila seseorang terbangun dari tidur di waktu malam disunnahkan membaca ayat-ayat terakhir surah Ali `Imran, yang artinya, ’Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi… (hingga akhir surah tersebut)’, karena disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim bahwa Rasulullah SAW selalu membaca ayat-ayat terakhir surah Ali Imran apabila beliau terbangun dari tidur.”
EmoticonEmoticon