Kesederhanaan Beliau S.a.w dalam hal makan, cukuplah tiga kesaksian para Sahabat berikut ini menjadi petunjuk bagi kita, untuk hidup sederhana dan pandai bersyukur kepada Allah S.w.t.
Dari Anas Ra, ia berkata, “Rasulullah S.a.w tidak pernah makan dengan piring sampai Beliau meninggal dunia, juga Beliau tidak pernah makan roti yang terbuat dari tepung lembut sampai Beliau meninggal dunia.”. (Diriwayatkan Al-Bukhari). Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari dalam kitab Makanan bab Roti yang Lembut dan Makan di Atas Baki Hidangan dan bab Nabi S.a.w dan Sahabatnya tidak Makan. Riwayat lainnya dimuat dalam kitab Perangai yang Halus bab Keutamaan Faqir dan bab Pola Hidup Nabi S.a.w dan Sahabatnya.
Rasulullah S.a.w telah memberikan contoh dalam sisi kehidupannya, yakni contoh yang paling luhur dalam berlaku zuhud dan berpaling dari perilaku orang-orang yang bermegah-megahan. Hal yang dilakukan Beliau itu bagian dari empati atas keadaan orang-orang faqir dan menghibur hati orang-orang miskin. Sekalipun bukan sebuah perintah yang diwajibkan atas manusia, ini adalah pembelajaran nyata bahwa siapa yang mengikuti segala keinginan dirinya, niscaya dirinya akan menuntut segala keinginan nafsunya dan mengendalikannya untuk berbuat maksiat.
Dari An-Nu‘man bin Basyir Ra, ia berkata, “Aku pernah melihat Nabi S.a.w tidak mendapatkan makanan walau hanya sebutir kurma yang paling buruk, untuk mengisi perutnya.” (Diriwayatkan Muslim). Hadits ini diriwayatkan Muslim dalam permulaan kitab Zuhud dan Budi yang Halus.
Hadits ini menggambarkan betapa Rasulullah S.a.w pernah bahkan sering menjalani kehidupan yang demikian sulit, yakni tidak mendapati sesuatu sekadar untuk mencukupi kebutuhannya. Namun hal itu tidak menjadi perhatiannya, lantaran kesibukannya dalam berdakwah dan keberpalingannya dari memperturuti keinginan-keinginan nafsu.
Hadits ini menggambarkan betapa Rasulullah S.a.w pernah bahkan sering menjalani kehidupan yang demikian sulit, yakni tidak mendapati sesuatu sekadar untuk mencukupi kebutuhannya. Namun hal itu tidak menjadi perhatiannya, lantaran kesibukannya dalam berdakwah dan keberpalingannya dari memperturuti keinginan-keinginan nafsu.
Dari Sahl bin Sa‘d Ra, ia berkata, “Rasulullah S.a.w belum pernah melihat roti yang terbuat dari tepung gandum yang halus sejak Beliau diutus sebagai Rasul oleh Allah Ta‘ala sampai Beliau meninggal”. Ada seorang yang bertanya kepada Sahl, “Apakah di masa Rasulullah S.a.w belum ada ayakan gandum?” Ia menjawab, “Beliau belum pernah melihat ayakan gandum sejak Beliau diutus sebagai Rasul oleh Allah Ta`ala sampai Beliau meninggal.” Yang lain bertanya, “Bagaimana kalian makan gandum tanpa diayak terlebih dulu?” Ia menjawab, “Kami menumbuk lalu meniup-niupnya hingga bertebaran ampas kulitnya, kemudian sisa gandum itu kami masak.” (Diriwayatkan Al-Bukhari). Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari dalam kitab Makanan bab Meniup Jewawut (kotoran) Gandum dan bab Nabi S.a.w dan Sahabat tidak Makan.
Sebagaimana telah disebutkan dalam hadits-hadits sebelumnya perihal cara kehidupan Rasulullah S.a.w yang sangat sederhana dalam urusan perut ini namun Beliau mensyukuri keadaannya itu, hingga dikisahkan, kaki Beliau sampai membengkak lantaran banyak bersujud dan beribadah lainnya. Maka bagaimana dengan kita yang hidup dengan berbagai pilihan santapan makanan yang beraneka ragam dan penuh hiasan? Bukankah seyogianya kita bersyukur kepada Allah S.w.t dalam berbagai keadaan kita? baik duduk maupun berdiri, atas segala kesempurnaan nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita.
Wallahu A'lam. Wassalam
EmoticonEmoticon