Empat Amal Terberat Menurut Sayyidina Ali K.W

Marilah pada kesempatan ini kita bersama-sama saling mengingatkan agar menjaga dan meningkatkan ketaqwaan diri kita dan juga keluarga kita. Disamping itu, perlu juga kita mementingkan ketaatan kita dengan melakukan berbagai amal kebaikan yang dapat memperbanyak pahala.

Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah pernah berkata bahwa;

"Ada empat amal yang berat untuk dilakukan seorang muslim; memberi maaf dalam kondisi marah, dermawan dalam kefakiran, menghindar kemaksiatan ketika sendirian, dan berkata benar di depan orang yang ditakuti atau orang yang diharapkan".

ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.

Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah pernah berkata bahwa ada empat amal yang berat untuk dilakukan:

1). al’afwu ‘indal ghadhab (memberi maaf ketika dalam keadaan emosi)

Memberikan maaf bukanlah hal yang mudah, apalagi ketika dalam keadaan emosi. Untuk itulah Rasulullah S.a.w pernah mengajari para sahabat untuk mengambil air wudhu untuk meredamkan marah. Karena marah merupakan bentuk lain dari api syaitan yang menyala-nyala, dan api itu hanya bisa dikalahkan oleh air wudhu.

‏، ‏عَنْ ‏جَدِّي ‏عَطِيَّةَ ‏قَالَ :‏ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏: ‏إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ ، وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ ، فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ ‏.

Demikianlah kondisi manusia ketika marah yang sulit sekali mengendalikan diri, oleh karena itu jika seseorang dalam keadaan marah masih bisa memberikan maaf kepada orang lain, maka sungguh itulah amal yang berat. Oleh karena itu, Allah S.w.t menjamin siapa pun yang dapat mengendalikan emosi dan amarahnya, selamat dari siksaan api neraka, demikian keterangan sebuah hadits yang berbunyi:

من كف غضبه كف الله عنه عذابه

Barang siapa yang mampu mengendalikan amarahnya, maka Allah akan mengendalikan (menjauhkan) siksa-Nya.

2). al juudi fil ‘usroh (dermawan dalam kefakiran)

Menjadi pemurah dan dermawan ketika kondisi ‘saku’ (keuangan) kita sedang sempit atau tidak mapan bukanlah perkara gampang, apalagi berlaku dermawan ketika kondisi keuangan kita betul-betul sangat menipis. Oleh karena itu Allah S.w.t memposisikan orang dermawan sangat dekat dengan-Nya. Dalam sebuah hadits diterangkan:

السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنْ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنْ الْجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنْ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنْ النَّارِ

Bahwa orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan masyarakatnya dan jauh dari neraka

Hadits ini bukanlah sekedar hadits motivasi, tetapi merupakan petunjuk dan rambu-rambu bagi siapapun yang ingin memposisikan diri dekat dengan Allah S.w.t, maka hendaklah ia menjadi orang yang dermawan. Baik dalam kondisi longgar, lebih-lebih dalam kondisi sesak.

3). al-iffah fil khulwah (menghindar kemaksiatan ketika sendirian)

Yaitu, menghindarkan diri dari tindakan haram dalam keadaan sepi tanpa ada siapapun yang melihatnya. Amal ketiga ini merupakan ujian akan keikhlasan seseorang dalam beramal. Bahwa untuk melakukan ataupun menghindari dosa seseorang tidak perlu memperhatikan orang di lingkungannya. Karena jika seseorang melakukan sesuatu (amal) karena orang lain akan disebut riya, dan jika meninggalkan sesuatu karena orang lain menjadi syirik. Sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Iyadh

قول ابن العياض; ترك العمل لأجل الناس رياء ، والعمل لأجلهم شرك

Ibnu Iyadh berkata bahwa; "Tidak melakukan sesuatu karena manusia adalah riya, dan melakukan sesuatu karena manusia adalah syirik".

4). qaulul haq liman yahofuhu au yajuruhu (berkata benar di depan orang yang ditakuti atau orang yang diharapkan)

Berkata yang sesungguhnya di depan orang yang ditakuti (seperti: pemimpin, boss, dsb) atau diharapkan (seperti: atasan, majikan, dsb) tentunya bukanlah hal yang mudah, dan jelas sekali nasihat terakhir ini berhubungan dengan kejujuran. Karena kebanyakan orang ketika berbicara, ia menyesuaikan atau melihat siapa yang diajak bicara. Seringkali orang akan membicarakan hal-hal yang disukai lawan bicaranya, apalagi jika lawan bicaca itu adalah orang yang ditakuti karena hubungan kerja atau hubungan keluarga. Dengan kata lain, amal terberat ke-empat ini merupakan usaha meghindarkan diri dari kebiasaan menjilat. Baik menjilat kepada atasan atau kepada orang yang diharapkan.

Demikianlah, semoga bermanfaat. Wassalam

Previous
Next Post »