Janganlah Menangisi Masa Lalu

"Sebaiknya kita memperkuat usaha kita dengan memperbaiki kembali siang dan malam kita menjadi lebih baik dan berharga daripada hari-hari yang telah berlalu"

Orang-orang mengatakan: "Tiada hal yang baru di bawah matahari", pepatah ini mendukung perjalanan manusia dalam sejarahnya yang sangat panjang, baik dari segi tabiat, keinginan, pergaulan, percekcokan, kenistaan, keadilan, perdamaian, peperangan, berdirinya suatu negara atau runtuhnya negara, berkembangnya kebudayaan dan punahnya.

Allah memerintahkan manusia untuk mengingat kembali kejadian-kejadian di masa lalu, untuk mempertahankan keramaian di muka bumi ini secara terus menerus, serta mempertahankan ciri-ciri khusus mereka yang berpindah dari generasi ke generasi secara turun temurun. Dengan tujuan agar generasi muda mengambil ibrah (pelajaran) dari kejadian-kejadian yang pernah dialami oleh generasi tua.

Karena sesungguhnya sesuatu yang berarti bagi generasi dulu, berarti juga bagi generasi muda, dan apa yang kita hadapi dengan penuh ketakutan sekarang ini, telah terjadi pula di zaman dahulu, dan telah datang hukum-hukum tentang masalah itu.

Sebaiknya kita perlu menjadikan kejadian yang telah berlalu sebagai pendamping dalam memperbaiki kejadian yang akan datang atau baru saja terjadi, dan Allah SWT telah berfirman dalam sebuah Ayat:

فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ (2)  [الحشر/2، 3]  

"Maka ambillah kejadian-kejadian itu untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan". (Qs.Al-Hasyr: 2).

Sedangkan pandangan yang melaksanakan tugasnya di ujung masa lalu, yang mencari-cari berita di masa itu, mencari tahu peringatan dan nasehatnya, menambah pengetahuan dari percobaan percobaan yang telah di lakukan oleh generasi tua dengan segudang simpanan, sehingga membuatnya menjauhkan diri kesalahan, adalah pandangan orang yang benar-benar mempunyai iman yang kuat.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam sebuah ayat:

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آَذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ (46)  [الحج/46]

"Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, teling mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada".

Dalam Al-Qur'an banyak sekali cerita tentang keadaan orang-orang terdahulu, yang telah Allah kekalkan di dalamnya, bagai mana perjalanan orang-orang bertaqwa dan orang bejat, tentang pertentangan antara kebaikan dan kejelekan, dan telah meletakkan semua itu di tangan kita agar kita meresapi dan menghayati :

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (111)  [يوسف/111]

"Sungguh pada kisah-kisah mereka terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal, (Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman". (Qs. Yusuf: 111).
       
Dalam batas-batas yang telah dijelaskan diatas inilah kita wajib mempelajari kejadian yang telah berlalu, dan hanya karena mencari nasehatlah kita diperbolehkan untuk menengik kembali masa lalu.

Akan tetapi kembali memikirkan kejadian di masa lalu yang baru terjadi ataupun telah lama terjadi untuk memperbaharui kesedihan, atau membuat luka, atau berputar-putar diantara ketidak beruntungan yang menimpa diri kita agar kita kembali mengatakan: "Seandainya" atau "Jika saja", bukamlah hal yang baik, bahkan hat tersebut dilarang oleh Ad-dinul Islam dan menganjurkan agar menjauhi hal tersebut, bahkan hal ini adalah merupakan kebiasaan dari orang-orang yang ragu akan kebenaran islam seperti orang munafik atau orang-orang yang mempunyai sakit hati, Allah SWT telah berfirman dalam sebuah ayat:

يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لَا يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَا قُتِلْنَا هَاهُنَا قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ (154)  [آل عمران/154]

"Mereka menyembunyikan dalam hatinya apa yang tidak mereka terangkan padamu. Mereka berkata: 'Sekiranya ada sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini'. Katakanlah (Muhammad) 'Meskipun kamu ada di rumahmu niscaya orang-orang yang telah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh'". (Qs.Ali Imran: 154).

Allah SWT juga berfirman:
     
الَّذِينَ قَالُوا لِإِخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ أَنْفُسِكُمُ الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (168) [آل عمران/168]

"Mereka itu adalah orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang, 'Sekiranya mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh'. Katakanlah, 'Cegahlah kematian itu dari dirimu jika kamu orang yang benar'". (Qs.Ali Imran: 168).

Pengaduan yang membuat putus asa dan penyesalan atas kejadian yang datang secara tiba-tiba ini telah menguasai orang-orang yang lemah iman setelah perang uhud, sesungguhnya kerugian yang menimpa penduduk madinah setelah serangan orang-orang musyrik, membukakan pintu gosib akan kekurangan agama islam bagi orang-orang yang dengki terhadap agama islam.

Akan tetapi Allah SWT menurunkan ayat yang menjelaskan secara gamblang dalam mengobati luka-luka ini, serta menambal keraguan umat islam seusai musibah yang telah menimpa mereka, Allah SWT mengajarkan kepada mereka, yaitu dengan memerintahkan mereka agar menggantungkan kedua matanya terhadap masa depan, serta memalingkan pikirannya  dari kejadian yang lampau,  dan mencela mereka dari tetapi dalam puing-puing masa lalu penuh tangisan dan penyesalan.
    
Bukan,ini bukanlah ciri-ciri dari ketegaran, bukan juga logikanya keimanan, kita wajib mengetahui dan mencari rahasia dari kesalahan kita agar kita menghindarinya di masa yang akan datang, kita tidak akan melihat kejadian masa lalu kembali kecuali hanya sekedar mengambil faidah dan ibrah dari kejadian itu, inilah yang telah dijamin oleh Allah dalam Al-Qur'an, Allah telah memberikan isyarat tentang alasan dari kekalahan dengan ringkas dalam firman-Nya:
  
حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ  [آل عمران/152]

"Sampai pada sa'at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mengabaikan perintah rasul setelah Allah SWT memerintahkan kepadamu apa yang kamu sukai". (Qs Ali Imran: 152).

Dan juga berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوا وَلَقَدْ عَفَا اللَّهُ عَنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ (155) [آل عمران/155]

"Sesungguhnya orang-orang yang berpaling diantara kamu ketika terjadi pertemuan (pertempuran) antara dua pasukan itu, sesungguhnya mereka digelincirkan oleh syetan, disebabkan sebagian kesalahan(dosa) yang telah mereka perbuat (di masa lampau ), tetapi Allah telah benar-benar mema'afkan mereka, sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyantun.". (Qs Ali Imran: 155).

Kemudian Allah menenangkan mereka dengan suatu yang membuat rasa sakit menjadi manis jika mereka tertimpa kejadian itu disuatu hari. Sesungguhnya rasa sakit jika telah mengikat diri kita dengan rantai-rantai nya yang sangat besar, maka diri ini tidak akan berbuat baik sama sekali juga tidak akan menghasilkan kebaikan.

Apa arti dari mencakar pipi, menyobek-nyobek saku karena kesempatan yang telah menghilang, atau karena kerugian yang tidak seberapa? Apa arti dari menarik pikiran dan perasaan kita menuju kejadian yang telah tertelan oleh masa agar menambah rasa sakitnya menjadi terbakar, hatinya menjadi membatu?!

Seandainya tangan kita mampu menggapai masa lalu untuk menarik kejadian-kejadiannya yang telah berlalu, kemudian merubah apa yang tidak kita sukai di dalamnya, kemudian merubahnya menjadi apa yang kita sukai; niscaya kembali ke masa lalu adalah suatu kewajiban, sehingga kita semua akan tertarik olehnya, kitapun menghapus perbuatan-perbuatan yang kita sesali, dan melipat gandakan perbuatan yang masih kurang.

Karena hal itu adalah mustahil, maka sebaiknya kita memperkuat usaha kita dengan memperbaiki kembali siang dan malam kita menjadi lebih baik dan berharga daripada hari-hariyang telah berlalu, ini adalah satu-satunya ganti.

Karena manusia adalah makhluk yang paling berhati-hati dalam menjaga kemaslahatannya, maka jika saja kemaslahatan itu hilang karena sebab-sebab tertentu, khususnya maslahat yang berhubungan dengan rizki dan masa depan mereka, maka hendaklah kita menjadikan iman kita kepada Allah SWT dan Qadar-Nya sebagai penghalang kita dari keterkaitan kita dengan angan-angan dan perbuatan yang bodoh.

Hal ini sebagaimana telah disinggung dalam Al-Qur'anul Karim setelah terjadinya perang "Uhud"; Allah SWT berfirman kepada orang-orang yang menangisi mayit-mayit dalam perang ini, orang-orang yang menyesal atas keluarnya mereka dari medan perang: jika saja kalian tetap berada dalam rumah dalian, tidak akan bertambah panjang umur kalian, juga tidak akan mundur ajal kalian:

لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ  [آل عمران/154]    

"Katakanlah (Muhammad) "Meskipun kamu ada di rumahmu niscaya orang-orang yang telah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". (Qs.Ali Imran: 154).

Maka buat apa kita berprasangka buruk? Sesungguhnya burung yang terjatuh dari udara meskipun banyak makhluk yang ada di dalamnya dan orang yang ada di dalamnya, dalam keadaan apapun juga, takdir Allah SWT mampu mencari bangkai-bangkai yang telah terbakar, juga anak-anak dan laki-laki yang tidak tersentuh oleh kejelekan!! Mengapa kita tidak mengakui akan takdir Allah yang telah terjadi? Kemudian kita mengembalikan apa yang tidak mampu kita hadapi kepada-Nya agar menjadikan kita ridha dan menerimanya...?   

Ini memang benar, Rasulullah SAW telah memberikan isyarat kepada kita tentang hal ini, dalam sabda Beliau:

(( الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ)) صحيح مسلم - (ج 13 / ص 142)

"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada orang mukmin yang lemah, dalam semua kebaikan, tetaplah pada hal yang bermanfa'at bagimu, dan minta tolonglah kepada Allah SWT dan janganlah kamu menjadi lemah, dan jika sesuatu menimpa dirimu maka janganlah kamu berkata: "Seandainya aku berbuat begini maka akan terjadi begini dan begini", akan tetapi katakanlah: "Ini sudah takdir Allah SWT, dan apa yang Dia inginkan, Dia akan melakukannya", karena sesungguhnya kata "Seandainya", membuka perbuatan syetan".

Dengan beginilah kita dapat menghapus masa lalu yang pahit, dan kita dapat mengulangi kembali perjalanan hidup kita dengan penuh semangat dan harapan.

Wallahu A'lam. Wassalam

~ indo hadramaut ~

Previous
Next Post »