Dalam manusia itu ada Ruh dan ada Nafsu. Kalau anda telah dapat mengerti, bahwa mata itu tempat penglihatan, telinga itu tempat pendengaran, hidung itu tempat penciuman, maka Ruh dan Hati itu adalah tempatnya sifat-sifat yang baik dan Nafsu itu adalah tempatnya sifat-sifat yang buruk. Maka kecenderungan nafsu kepada segala keinginannya itu, dialah yang disebut: Hawa.
Walaupun asal makna Nafsu itu yaitu "adanya sesuatu atau dirinya (ego)" dan makna Hawa itu adalah "kecintaan atau keasyikan", Namun persandaran kami dalam uraian ini, adalah apa yang tersebut dalam Arrisalatul Qusyariyyah, bagi Al Imamul Jami'u bainas syari'ati wal haqiqati, Abu Qasim Abdul Karim Ibnu Hawazin Al Qusyairi, pada halaman 45, sebagai berikut:
Artinya: Dan sebagaimana shah bahwa mata itu tempat melihat, dan telinga itu tempat mendengar dan hidung itu tempat mencium dan mulut itu tempat menyicipi, sedang yang mendengar, yang melihat, yang mencium dan yang menyicipi, hanya sanya ialah keseluruhannya yang disebut Insan atau manusia, maka seperti demikian itulah tempat sifat-sifat yang terpuji itu hati dan ruh. Dan tempat sifat-slfat yang tercela itu adalah nafsu. Dan nafsu itu satu bagian dari jumlah ini. Dan hati satu bagian dari jumlah ini. Dan hukum dan nama itu kembali kepada jumlah.
Sedang pengertian Hawa, menurut apa yang diutarakan oleh Assayyidul Juriani dalam Ta'rifatnya, pada halaman 299, sebagai berikut:
Artinya: Hawa itu, kecenderungan nafsu kepada apa yang dirasa lezat cita rasanya, daripada segala keinginan, yang timbul bukan dari ajakan Agama.
Maka khulashah dari jawaban kami ini, dapatlah kami katakan bahwa Nafsu itu adalah dzatnya, sedang Hawa.itu adalah sifatnya atau kecenderungannya, boleh juga rangsangannya atau dorongannya. Perhatikanlah firman Allah S.w.t yang sekaligus menyebut Nafsu dan Hawa, yaitu pada Suratunnazi'at ayat 40 dan 41, sebagai berikut:
٤٠. وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى
٤١. فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
Artinya: (40). "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,". (41). "maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).".
~ Wallahu Waliyyuttaufiq wal hidayah ~
Baca juga: Apakah Takdir bisa dirubah dengan Usaha?
EmoticonEmoticon