Hidup Indah Bersama Akhlak Nabi Muhammad S.A.W

"Dalam kehidupan kita sehari-hari, sudahkah kita meniru akhlak Nabi Muhammad S.a.w?"

Umat Islam Indonesia dan kaum muslim seluruh dunia senantiasa memperingati Maulid Nabi atau kelahiran Nabi Muhammad S.a.w. Hikmah apa di antara hikmah-hikmah terbaik dari berkat kelahiran Nabi Muhammad S.a.w? Akhlak Nabi, itulah salah satunya, apabila kita meniru akhlak Nabi maka hidup kita akan indah.

Dan sesungguhnya kamu (Muhammad S.a.w) benar-benar berbudi pekerti yang agung.". (Al-Qur'an Surat Al-Qalam [68] : Ayat 4).

Adalah seorang suku Badui yang ingin mengetahui akhlak Nabi Muhammad S.a.w seperti apa, sehingga para sahabatnya sangat bersedih ketika Nabi Muhammad S.a.w meninggal dunia. Ketika orang badui itu menanyakan kepada Sahabat Umar dan Bilal, si Badui merasa heran mengapa kedua sahabat Nabi tersebut tak sanggup menceritakan akhlak Nabi? Mengapa ketika ditanya akhlak Nabi Muhammad S.a.w, mereka malah menangis dan berlinang air mata mengenang kebaikan Beliau?

Akhirnya, dia menemui Sayyidina Ali bin Abu Thalib, badui tersebut berkata, “Wahai Ali, tolong ceritakan padaku tentang akhlak Nabi Muhammad S.a.w sehingga orang-orang tak sanggup menceritakan kebaikan Beliau.”

Sayyidina Ali kemudian balik bertanya kepada si badui tersebut., “Sekarang, ceritakan padaku bagaimana keindahan dunia padaku.”

Orang badui itu menjawab, “Maaf Ali, saya tak sanggup menceritakan keindahan dunia ini.”

Sayyidina Ali menjawab kembali, “Begitu pun akhlak Nabi Muhammad S.a.w, tak seorang pun sanggup menceritakan kebaikan budi pekerti Beliau.”

Pesona Akhlak Nabi

Suatu ketika Rasulullah S.a.w berjalan di Kota Makkah. Beliau melihat seorang wanita tua menunggu seseorang yang bisa dimintai tolong membawakan barangnya. Begitu Rasulullah lewat di depannya, ia memanggil, “Ya ahlal Arab! Tolong bawakan barang ini, nanti akan ku bayar.”

Rasulullah S.a.w sengaja lewat di hadapan nenek itu karena bermaksud hendak menolongnya. Maka, ketika Rasulullah menghampirinya, Beliau segera mengangkat barang-barang itu seraya berkata, “Aku akan mengangkatkan barangmu tanpa bayaran.”

Di tengah perjalanan, wanita itu menasihati sang pemuda. “Menurut kabar yang beredar di kota Makkah ini ada seseorang yang mengaku Nabi, namanya Muhammad. Hati-hatilah engkau dengan orang itu. Jangan sampai engkau teperdaya dan mempercayainya.”

Nenek tua itu sama sekali tidak tahu bahwa pemuda yang menolongnya dan sedang bersamanya adalah Muhammad Sang Nabi S.a.w. Maka Beliau berkata kepada si nenek, “Aku ini Muhammad…”

Nenek tua itu terperangah begitu menyadari pemuda yang menolongnya adalah Muhammad yang diceritakannya. Maka, pada saat itu juga nenek itu langsung meminta maaf dan bersyahadat. Ia pun kemudian memuji akhlak Nabi Muhammad. “Sungguh engkau memiliki akhlak yang luhur.”

Akhlak Nabi : Tawadhu (Rendah Hati)

Ada peristiwa menegangkan buat kita semua yang mencerminkan betapa Beliau sangat tawadhu’ (rendah hati), padahal Beliau adalah manusia yang dijamin masuk surga. Pada suatu ketika menjelang akhir hayatnya, Nabi berkata pada para sahabat, “Mungkin sebentar lagi Allah akan memanggilku, aku tak ingin di padang mahsyar nanti ada diantara kalian yang ingin menuntut balas karena perbuatanku pada kalian. Bila ada yang keberatan dengan perbuatanku pada kalian, ucapkanlah!”

Sahabat yang lain terdiam, namun ada seorang sahabat yang tiba-tiba bangkit dan berkata, “Dahulu ketika engkau memeriksa barisan di saat hendak pergi perang, kau meluruskan posisi aku dengan tongkatmu. Aku tak tahu apakah engkau sengaja atau tidak, tapi aku ingin menuntut qishash hari ini.”

Singkat cerita, Rasul memberikan tongkat pada sahabat itu seraya menyingkapkan bajunya, sehingga terlihatlah perut Nabi. Nabi berkata, “lakukanlah!”

Detik-detik berikutnya menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadi suatu keanehan. Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi dan memeluk Nabi seraya menangis, “Sungguh maksud tujuanku hanyalah untuk memelukmu dan merasakan kulitku bersentuhan dengan tubuhmu!. Aku ikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah.”

Seketika itu juga terdengar ucapan, “Allahu Akbar” berkali-kali. Sahabat tersebut tahu, bahwa permintaan Nabi itu tidak mungkin diucapkan kalau Nabi tidak merasa bahwa ajalnya semakin dekat. Sahabat itu tahu bahwa saat perpisahan semakin dekat, ia ingin memeluk Nabi S.a.w sebelum Allah memanggil Beliau.

Akhlak Nabi : Pandai Menghargai

Ada sepenggal kisah indah ketika ada sahabat terlambat datang ke Majelis Nabi S.a.w. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya tempat. Di tengah kebingungannya, Rasul memanggilnya. Rasul memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup sampai di situ, Rasul pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk.

Sahabat tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi mencium sorban Nabi. Lihatlah bagaimana Nabi menghargainya sampai-sampai sahabatnya menangis karena tersanjung.

Akhlak Nabi : Menyimak dalam Berdialog

Nabi pernah didatangi utusan pembesar Quraisy, Utbah bin Rabi’ah. Ia berkata kepada Nabi, “Wahai kemenakanku, kau datang membawa agama baru, apa yang sebetulnya kau kehendaki. Jika kau kehendaki harta, akan kami kumpulkan kekayaan kami, Jika Kau inginkan kemuliaan akan kami muliakan engkau. Jika ada sesuatu penyakit yang dideritamu, akan kami carikan obat. Jika kau inginkan kekuasaan, biar kami jadikan engkau penguasa kami”

Nabi mendengar dengan sabar uraian tokoh musyrik ini. Tidak sekalipun Beliau membantah atau memotong pembicaraannya. Ketika Utbah berhenti, Nabi bertanya, “Sudah selesaikah, Ya Abal Walid?”, “Sudah.” kata Utbah.

Nabi membalas ucapan utbah dengan membaca surat Fushilat. Ketika sampai pada ayat sajdah, Nabi bersujud. Sementara itu Utbah duduk mendengarkan Nabi sampai menyelesaikan bacaan dan sujudnya.

Lihatlah bagaimana Nabi menyimak perkataan yang disampaikan Utbah bin Rabi’ah. Adalah perilaku kita oleh si Utbbah seorang musyrik pun, kita kalah. Utbah masih mau mendengarkan Nabi dan menyuruh kaumnya membiarkan Nabi berbicara. Kita sekarang, jangankan mendengarkan pendapat orang kafir, kita bahkan sering tidak mau mendengarkan pendapat saudara sesama muslim. Na’udzbillah min dzaalik.

Akhlak Nabi : Peduli Kepada Si Miskin

Ada seorang wanita muslimah yang biasa membersihkan masjid Nabi di Madinah. Ketika Rasulullah Saw tidak melihatnya lagi beberapa hari dan beliau menanyakan perihalnya kepada sahabat, maka disampaikan kepada Beliau bahwa wanita tersebut sudah meninggal. Maka Beliau bersabda: “Mengapa aku tidak diberi tahu kalau ia meninggal? Aku pasti ikut dalam sembahyang janazahnya” dan Beliau menambahkan, “Barangkali kalian tidak memandangnya cukup penting karena ia miskin. Anggapan itu salah. Bawalah aku ke kuburnya.”. Kemudian Beliau pergi ke sana dan berdo’a untuk dia. (Al-Bukhari, Kitabus-Salat).

Akhlak Nabi : Jujur dan Amanah

Salah satu ahlak Nabi Muhammad S.a.w adalah Ash Shiddiq atau jujur. Beliau adalah orang yang tidak pernah berbohong. Sejak kecil, Beliau S.a.w sudah memiliki sifat jujur, bahkan ketika Beliau masih menjadi pedagang. Beliau selalu menyebutkan dengan jujur modal yang Beliau gunakan untuk barang dagangannya dan terserah kepada pembeli akan memberikan lebih atau tidak pada barang yang dibelinya. Sehingga Nabi Muhammad S.a.w dikenal dalam “dunia bisnis” pada zaman itu  sebagai pedagang atau pebisnis yang jujur. Di zaman sekarang, mungkin tidak banyak jika ada pedagang yang jujur seperti itu.

Karena jujur dan amanah maka Beliau sangat bisa dipercaya, sehingga Beliau pun terkenal dalam sejarah umat manusia sebagai satu-satunya manusia yang mendapat gelar “Al Amin” yang artinya adalah orang yang “dapat dipercaya.”

Akhlak Nabi, Untuk Kita Ikuti

Nabi Muhammad S.a.w pernah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan ahlak yang terpuji”. Nabi S.a.w adalah teladan terbaik, terindah, termulia, terpuji dan terlengkap sebagai teladan dari berbagai sisi kehidupannya. Apa yang disebutkan di atas hanyalah sedikit contoh dari akhlak Nabi.

Sudah seharusnya kita sebagai seorang muslim menjadikan Nabi Muhammad S.a.w sebagai panutan kita dalam berahlak, karena Beliaulah semulia-mulianya manusia di dunia ini. Akhlak mulia Beliau harus kita ikuti agar kita bisa merasakan kehidupan yang indah, hidup indah bersama akhlak Nabi Muhammad S.a.w. Tak akan pernah ada akhlak yang lebih indah daripada akhlak Nabi Muhammad S.a.w junjungan kita.

Allahuma Shalli 'Ala Sayyidina Muhammad Wa 'Ala Aalihi Washahbihi Wasallim

Oleh: Qodrat Arispati
Teks asli terdapat pada sumber: www.islam-institute.com


Baca juga:
- Sayyidina Muhammad S.A.W - Rahmatan Lil 'Alamin
- Takkan Menyamai Ketinggian Nabi S.A.W
Previous
Next Post »