Membongkar Sejarah Ajaran Salafi Wahabi

"Akibat pemahaman mereka mengenai Islam hanya sebatas kulit luar saja, Islam yang sejatinya adalah Rahmatan lil Alamin, berubah menjadi Islam ekstrim yang menakutkan"

Radikalisme sesungguhnya banyak menjangkiti berbagai agama dan aliran-aliran sosial, politik, budaya dan ekonomi di dunia ini, tetapi pada masa pasca perang dingin, yang menjadi fokus penggunjingan di dunia ialah apa yang diistilahkan dengan “Radikalisme Islam”. Isu sentral dalam penggunjingan ini adalah munculnya berbagai 'gerakan Islam' yang menggunakan berbagai bentuk kekerasan dalam rangka memperjuangkan dan mendirikan “negara Islam”.

Hakikat Islam sebagai agama peradaban yang membawa rahmat bagi semesta alam, mulai meretas. Islam yang nampak kepermukaan bukanlah Islam sebagai agama universal dan menginginkan adanya perdamaian dunia, akan tetapi islam ekstrimis yang identik dengan kekerasan (terorisme).

Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi - Mereka Membunuh Semuanya, Termasuk Para Ulama, sebuah buku yang ditulis oleh Syaikh Idahram ini, menunjukkan bagaimana kelompok islam Wahabiyah turut andil adanya kekerasan yang akhir-akhir ini marak terjadi.

Untuk menyebarkan ajaran-ajarannya, Wahabi mengatasnamakan dirinya sebagai kelompok 'salafi' yang dikenal dengan Salafi Wahabi. Sedangkan istilah salafi sendiri sebenarnya adalah mereka (manusia) yang hidup di masa Rasulullah S.a.w dan yang mengikuti mereka (tabi'in), kemudian mengikuti mereka (tabi'it-tabi'in). Dalam artian, salafi adalah generasi pertama hingga ketika setelah Rasulullah S.a.w wafat.

Penggunaan kata-kata 'salafi' ini yang kemudian kelompok Wahabi banyak mendapatkan pengikut. Secara kasat mata, ajaran yang dilakukan hampir sama dengan kelompok Islam lainya, akan tetapi penguasaan terhadap Al Qur`an dan pemahamannya mengenai Islam hanya sebatas kulit luarnya saja. Islam yang sejatinya adalah Rahmatan lil Alamin, berubah menjadi Islam ekstrim yang ditakui banyak orang.

Maka dari itu, sering dikatakan bahwa kelompok Salafi Wahabi adalah aliran Islam yang tidak mengetahui sepenuhnya hakikat Islam, atau dengan kata lain, mereka adalah kelompok yang tidak memahami Islam secara kompleks. Mereka rata-rata adalah hafal Al Qur'an, setiap malam shalat tahajjud, hampir setiap hari puasa sunnah, jidatnya hitam, dan lututnya kapalan akibat sujud. Dengan kata lain, mereka tekun manjalankan ibadah dan amalan-amalan sunnah, akan tetapi paradigma yang mereka gunakan adalah paradigma ekstrim.

Menelisik lebh jauh, Said Agil Siraj menuliskan, lahirnya sekte ekstrim dalam sejarah islam, yang mana itu sangat dicela oleh Nabi Muhammad S.a.w, sudah ada sejak abad pertama Hijriyah. Kelompok ini mulai berani menunjukkan diri di hadapan Nabi pada bulan Syawal tahun 8 Hijriyah.

Saat Rasulullah S.a.w baru saja memenangkan perang Thaif dan Hunain, tiba-tiba seseorang yang bernama Dzul Khuwaishirah dari keturunan Bani Tamim maju ke depan, dengan sombongnya sambil berkata: “Berlaku adil lah, hai Muhammad!”, Nabi pun berkata: “Celakalah kamu, siapa yang akan berbuat adil jika aku saja tidak berbuat adil?”, lantas sahabat Umar berkata: “Wahai Rasulullah, biarkan aku penggal saja lehernya.”, Nabi menjawab, “Biarkan saja!.”. Ketika orang itu berlalu, Nabi S.a.w bersabda:

“Akan lahir dari keturunan orang ini kaum yang membaca Al Qur`an, tapi tidak sampai melewati batas tenggorokannya (tidak memahami subtansi misi-misi Al Qur`an dan hanya hafal di bibir saja). Mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah tembus keluar dari (badan) binatang buruannya. Mereka memerangi orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala. Kalau aku menemui mereka niscaya akan kupenggal lehernya seperti halnya kaum ‘Ad.”. (Hadist Riwayat Muslim, pada kitab Az-Zakah, bab Al-Qismah, halaman 11).

Kelompok salafi Wahabi ini hampir persis meniru cara hidup Rasulullah. Mereka memakai rida (sorban di bahu), bercelana di atas tumit dan berenggot panjang, sejatinya itu bagus. Tetapi, hal yang bersifat simbolik itu tidak cukup untuk dinilai bahwa dia telah mengamalkan ajaran Islam. Ulama terdahulu, seperti Imam Syafi`i, Al Ghazali, dan sejumlah tokoh Islam terkemuka lainnya juga mempunyai jenggot panjang dan memakai sorban, namun demikian Islam tidak cukup hanya dengan jenggot dan sorban saja, sebab ajaran Islam sangat luas dan tidak bisa diwakili hanya dengan simbol belaka.

Simbol adalah kulit yang siapa saja bisa melakukannya, hingga orang jahat sekalipun bisa melakukan hal itu dengan mudahnya. Jangan sampai hanya dengan simbol, umat Islam terpancing untuk menjustifikasi bahwa orang itu muslim puritan atau abangan. Keterjebakan ini kemudian menghasilkan opini publik bahkan dunia mengatakan bahwa Islam adalah agama teroris, atau (lebih parah lagi) teroris diidentikkan dengan Islam. Padahal ditelisik lebih jauh, Islam tidak mengajarkan terorisme dan ajaran ekstrim lainnya.

Buku ini hadir sebagai bentuk penolakan atas mereka (kelompok Islam) yang menodai agama Islam dengan kekerasan yang identik dengan Islam fundamentalis dan Islam ekstrim. Untuk memahami kelompok-kelompok yang seperti itu, maka buku ini menjadi tambahan pengetahuan dan referensi bagi umat Islam agar umat Islam tidak melulu terjebak dengan doktrin kelompok-kelompok ekstrimis tersebut.

Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi - Syaikh Idahram
Penerbit: Pustaka Pesantren
Previous
Next Post »

1 Komentar:

Write Komentar
09 Oktober, 2017 delete

Tolong Beritahu Alamat website yang bukan Wahabi Supya saya tidak salah buka website dan saya bukan Wahabi

Reply
avatar