Menjalin Persahabatan

"Jika bersahabat dengan seseorang, janganlah engkau melihat kadar kecintaannya kepadamu. Tetapi, lihatlah kadar kecintaanmu kepadanya." (Ibn Mas'ud)

Bagi para sufi, mencintai atau membenci seseorang selalu didasarkan pada kepentingan Allah S.w.t dan Rasulullah S.a.w. Jika kecintaan pada seseorang dapat menjaga hak-hak Allah dan Rasul-Nya, mereka akan melestarikannya. Namun, jika kecintaan atau kebencian tersebut dapat merusak hak-hak Allah dan Rasul-Nya, mereka segera melenyapkannya.

Para sufi enggan bersahabat dengan seseorang, kecuali setelah mereka tahu, jika bersahabat dengannya, kehormatan agama Allah akan terjaga. Mereka pun tidak mau mencintai atau membenci seseorang atas dasar keuntungan dunia. Ali bin Husain berkata, "Dua orang yang bersahabat bukan karena Allah akan berpisah bukan karena Allah pula".

Allah S.w.t menyampaikan wahyu kepada Nabi Musa A.s, "Wahai Musa, apakah engkau telah melakukan suatu kebaikan untuk-Ku?", Nabi Musa menjawab, "Sudah, wahai Tuhanku. Aku telah Shalat, puasa, sedekah, dan beramal saleh". Allah berfirman, "Semua itu milikmu. Yang aku maksud bukanlah demikian, melainkan engkau mencintai atau memusuhi seseorang karena Aku".

Sufyan Ats Tsauri mengatakan, "Jika Seseorang melihat orang lain melakukan suatu dosa, tetapi ia tidak membencinya karena orang tersebut adalah sahabatnya yang ia cintai, kecintaannya adalah bukan karena Allah. Jika kecintaannya karena Allah, ia akan mencegahnya atau menasihatinya dari perbuatan dosa".

Muhammad bin Hanafiyyah berkata, "Barang siapa yang mencintai seseorang karena akhlaknya yang baik (meskipun ia pendosa), Allah S.w.t akan memberinya pahala. Barang siapa yang membenci seseorang karena akhlaknya yang buruk (meskipun ia ahli ibadah), Allah S.w.t akan memberinya pahala".

Imam Al Ghazali berkata: Jika engkau hendak mencari teman dalam menuntut ilmu, baik ilmu akhirat maupun ilmu dunia, pertimbangkanlah lima hal:

1). Kepandaiannya. Tidak beruntung pencari ilmu yang berteman dengan orang bodoh. Sebab orang bodoh hanya akan menyusahkannya dan membuat dirinya terbelakang.

2). Akhlaknya. Bersahabat dengan orang yang berakhlak tercela penuh resiko. Orang yang buruk akhlaknya tidak bisa mengendalikan diri ketika tersinggung atau merasa senang sehingga akan mencelakai temannya. Selain itu orang yang tercela dapat menulari perbuatan tercelanya itu kepada temannya.

3). Ketakwaannya. Tidak beruntung bersahabat dengan orang fasik yang suka berbuat maksiat dan dosa. Sebab, perbuatan fasik dapat menjerumuskan seseorang ke jurang kehinaan dan lembah kemaksiatan. Akibat berteman dengan orang fasik adalah durhaka kepada Allah.

4). Kezuhudannya. Tidak baik bersahabat dengan orang yang rakus kepada harta. Bersahabat dengan orang yang rakus membahayakan keselamatan jiwa. Dan kecenderungan manusia adalah meniru apa yang dilakukan oleh teman dekatnya.

5). Kejujurannya. Orang yang tidak jujur suka berbohong kepada orang lain dan menipu dirinya sendiri. Jika engkau berteman dengan pembohong, orang lain akan menganggapmu sebagai pembohong atau penipu sehingga orang lain menjauhimu. Berteman dengan pembohong membuat dirimu terjerat dalam pembenaran sikap bohong. Padahal, bohong adalah dosa besar.

Wassalam



Previous
Next Post »