Para Pecinta Rasulullah

Orang-orang yang mencintai Rasulullah S.a.w pasti beruntung dan pasti mendapatkan kemenangan, mereka berada dalam kelompok orang beriman dan masuk surga dan Allah akan memberi nikmat kepada mereka. Orang-orang yang mencintai Rasulullah S.a.w pasti membenarkannya, membantunya, menemaninya, mencintainya, mempercayainya, dan berkata benar bersamanya.

Orang-orang yang mencintai Rasulullah S.a.w mempersembahkan diri mereka untuk membela diri Beliau. Mereka mencintai lebih dari mencintai harta, anak-anak, bahkan diri mereka sendiri. Mereka mengharapkan anugerah dan keridhaan Allah S.w.t serta mengharapkan keselamatan Nabi S.a.w, yang mulia.

Rasulullah S.a.w telah memberi kabar gembira bahwa mereka akan bersamanya kelak di surga. Dan setiap yang telah dan terus mencintai Beliau sampai hari Kiamat akan bersamanya. “Setiap insan akan selalu bersama orang yang dicintainya.”. (HR At-Turmudzi dan Abu Dawud).

“Barang siapa menaati Rasul (Muhammad S.a.w), sesungguhnya ia telah menaati Allah.” – (QS An-Nisa [4]: 80).

“Katakanlah (Muhammad), jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampunimu atas dosa-dosamu.” – (QS Ali Imran [3]: 3).

Rasulullah S.a.w bersabda: “Barang siapa mencintai sunnahku, berarti ia benar-benar mencintaiku.”. (HR Abu Ya’la dan Al-Baihaqi). Itu adalah kecintaan yang melebihi segala kecintaan dan mengangkatnya ke puncak keimanan.

Allah S.w.t juga menetapkan metode yang benar bagi seorang muslim sejati, yaitu bahwa barang siapa benar-benar mengikuti Nabi yang mulia dan bahwa keinginannya mengikuti apa yang dibawa Nabi S.a.w, sesungguhnya ia telah menaati Allah S.w.t. Rasulullah S.a.w bersabda, “Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian hingga keinginannya mengikuti apa yang aku bawa.”. (HR Abu Ya’la).

Para sahabat, orang-orang yang sangat mencintai Rasulullah S.a.w, adalah orang-orang yang beruntung. Mereka menjadikan sirah Beliau sebagai rambu-rambu dan pelita yang menerangi jalan di depan mereka. Menyadari betapa pentingnya meneladani Beliau, mereka pun mengikutinya dalam segala masalah, besar ataupun kecil. Mereka menimba ilmu, menikmati, dan berlindung di bawah keteladanan Beliau S.a.w.

Orang-orang mencintai Sayyidina Muhammad bin Abdullah karena ia memiliki sifat santun, sabar, lapang dada, dan pemaaf di saat mampu untuk membalas, dan karena Allah telah menempatkan pada jiwa orang-orang mukmin perasaan cinta terhadap Beliau dan menjadikan insan pilihan Allah serta memiliki akhlaq yang agung.

Dikisahkan, suatu ketika Ghauras ibn Al-Harits sengaja menyerang Rasulullah S.a.w saat Beliau tertidur sejenak di bawah pohon. Ketika Beliau terbangun, Ghauras telah berdiri dengan memegang pedang yang telah ditempelkan di atas kepala Beliau seraya bertanya, “Siapa yang dapat mencegahmu dari aku?”

Beliau menjawab dengan tenang dan penuh iman dan lisan yang jujur, “Allah.”

Seketika itu jatuhlah pedang dari genggaman Ghauras. Lalu Rasulullah S.a.w megambil pedang itu dan berkata, “Siapa yang dapat mencegahmu dariku?”

Ghauras menjawab, “Jadilah engkau sebaik-baik orang yang membalas.”

Beliau memaafkan Ghauras dan meninggalkannya.

Lalu hati Ghauras menjadi dekat Islam setelah sebelumnya tidak senang. Bahkan ia kemudian menjadi aktivis dakwah. Ia pergi menjumpai kaumnya untuk membuat mereka cinta kepada Nabi Muhammad S.a.w dan Islam. Ghauras berkata kepada mereka, “Aku datang kepada kalian dari tempat manusia terbaik.”

Sifat pemaaf adalah salah satu sifat yang menghimpunkan hati manusia untuk mencintai Rasulullah S.a.w dan melembutkan jiwa mereka serta membuatnya mencintai Beliau sampai pada tingkat di mana mereka siap untuk mengorbankan jiwanya.

Hindun ibn Abu Halah, anak tiri Rasulullah S.a.w, berkata ketika menggambarkan Beliau. “Sesungguhnya di antara sifat pertama Muhammad bin Abdullah adalah selalu menyimpan lisannya sehingga Beliau tidak menggunakannya kecuali untuk kebaikan. Dan Beliau tidak pernah menganjurkan hal yang tidak baik, Beliau bertutur yang berfaedah. Hal itulah yang melembutkan hati, mendekatkan jiwa. Beliau menganjurkan untuk memberikan hak kepada orang yang memiliki. Beliau tidak pernah berdebat, tidak mencaci seseorang, tidak banyak berbicara, karena khawatir salah ucap, tidak mau mencela kehormatan, dan tidak suka memotong pembicaraan hingga orang yang berbicara selesai dengan keperluannya.”

Di antara akhlaq Rasulullah S.a.w yang memiliki pengaruh sangat besar dalam dakwah Islam, Beliau selalu mempersatukan para sahabatnya dan membagi-bagikan cintanya di antara mereka. Beliau tidak pernah mencaci seseorang, bagaimana pun sebabnya. Sepanjang hayat, Beliau mencegah dirinya dari mencaci. Jika berbicara, Beliau hanya menyatakan yang benar.

Abu Hurairah R.a menggambarkan Rasulullah S.a.w dengan mengatakan, “Beliau menghadap dengan seluruh tubuhnya dan berbalik dengan seluruh tubuhnya. Beliau tidak pernah berbuat keji, tidak pernah berkata kotor atau berteriak-teriak.”.

Dr. Mohammad Abdo Yamani ~

Kupertaruhkan Segalanya demi Engkau Ya Rasulullah

Wassalam

Previous
Next Post »