Sejarah Masjid Nabi S.A.W

“Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama 1.000 kali dibanding shalat di masjid lainnya kecuali di Masjidil Haram dan shalat di Masjidil Haram lebih utama 100.000 kali shalat daripada masjid lainnya.”. (HR Ahmad Ibnu Huzaimah dan Hakim).

Madinah Munawarah adalah kota suci kedua yang paling utama untuk dikunjungi umat Islam setelah Mekah. Di sanalah terletak Masjid Nabawi yang didirikan tahun 622 M atau tahun pertama Hijriyah, setelah Nabi Muhammad S.a.w hijrah dari Mekkah ke Madinah.

Sejarah berdirinya Masjid Nabawi cukup unik, yaitu ketika Rasulullah S.a.w masuk Madinah, kaum Anshar menyambut Beliau serta menawarkan rumah untuk beliau beristirahat. Namun Rasulullah S.a.w menjawab dengan bijaksana: “Biarkanlah unta ini jalan, karena ia diperintahkan Allah". Setelah sampai di tanah milik kedua anak yatim bernama Sahal dan Suhai, keduanya anak Amr bin Amarah dibawah asuhan Mu’adz bin Atrah, unta tersebut berhenti, kemudian Beliau dipersilahkan oleh Abu Ayub Al Ansari, tinggal di rumahnya. Setelah beberapa bulan di rumah Abu Ayub Al Anshari, Nabi mendirikan masjid di atas sebidang tanah yang sebagian milik As’ad bin Zurrah, sebagian milik kedua anak yatim (Sahal dan Suhai), dan sebagian lagi tanah kuburan musyrikin yang telah rusak. Tanah kepunyaan kedua anak yatim tadi dibeli dengan harga sepuluh dinar yang dibayar oleh Abu Bakar Ra. Sedang tanah kuburan dan milik As’ad Bin Zurrah diserahkan sebagai wakaf.

Rasulullah S.a.w yang meletakkan batu pertama pendirian masjid, diikuti oleh Sahabat-sahabat Nabi, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali R.a. Kemudian pengerjaan masjid dilakukan dengan gotong royong sampai selesai.

Keadaan masjid masih sangat sederhana sekali tanpa hiasan, tanpa tikar dan untuk penerangan waktu malam hari digunakan pelepah kurma kering yang dibakar. Pagarnya dari batu tanah, tiang-tiangnya dari batang kurma, sedangkan atapnya pelepah daun kurma.

Waktu itu arah kiblatnya Baitul Maqdis di Yerusalem, karena perintah menghadap Ka’bah belum turun. Luas masjid sekitar 30 x 35 m. Di sisi masjid dibangun tempat kediaman Nabi S.a.w dan Keluarganya yang kemudian mejadi tempat pemakamannya.

Dalam perkembangannya, Masjid Nabawi mengalami beberapa kali perombakan. Perubahan pertama adalah membangun mihrab setelah memindahkan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram di Mekkah tahun 2 Hijriyah setelah Rasulullah S.a.w menerima perintah memindahkan arah kiblat. Setelah itu, dilakukan beberapa kali perluasan masjid untuk dapat menampung jamaah yang semakin bertambah besar.


Luas masjid saat ini mencapai 165.000 m² serta dapat menampung sekitar satu juta jemaah pada satu kesempatan. Renovasi terakhir dilakukan oleh Raja Fahd yang menambahkan AC serta memperindah masjid dengan 27 kubah yang dapat digeser dan kubah berbentuk payung yang bisa dibuka tutup. Keindahan ini juga dilengkapi dengan hamparan marmer putih di pelataran masjid yang selalu dingin meski terik matahari terus menyengat.

Masjid Nabawi memiliki 10 menara, 6 diantaranya setinggi 99 m, serta 24 kubah. Terdapat 5 mihrab dan beberapa tiang yang memiliki sejarah masing-masing. Selain itu, masjid ini dilengkapi dengan tempat parkir bawah tanah yang mampu menampung sekitar 4.400 kendaraan.

Data perkembangan masjid Nabawi mulai dari zaman rasulullah S.a.w adalah sebagai berikut:
• Luas masjid waktu dibangun oleh Rasulullah adalah 2.475 m²,
• Tambahan pada masa Khalifah Umar bin Khattaab 1.100 m²,
• Tambahan pada masa Khalifah Usman bin Affan 496 m²,
• Tambahan pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik 2.369 m²,
• Tambahan pada masa Khalifah Abbas Al Mahdi 2.450 m²,
• Tambahan pada masa Malik Al Qait Bey 120 m²,
• Tambahan pada masa Khalifah Sultan Abdul Majid Al Usmani 1.293 m²,
• Tambahan pada masa Raja Faisal 600 m².
• Pada saat Raja Fahd melaksanakan perluasan, Masjid Nabawi tersebut luasnya masih 82.000 m²  kemudian diperlebar menjadi165.000 m².

Hal unik lain adalah adanya satu area di dalam masjid yang dinamakan Raudhah yang berarti taman. Tempat ini ditandai tiang-tiang putih dan letaknya adalah antara rumah Nabi S.a.w (sekarang makam Rasulullah S.a.w) sampai mimbar. Luas Raudhah dari arah Timur ke Barat sepanjang 22 m dan dari Utara ke Selatan sepanjang 15 m. Raudhah adalah tempat yang mustajab untuk berdoa, sebagaimana sabda Rasulullah S.a.w: “Antara rumahku dengan mimbarku adalah Raudhah di antara taman-taman surga.”. (diriwayatkan oleh 5 ahli hadits).

Makam Rasulullah dan Kisah Pencurian Jasad Beliau

Makam Nabi Muhammad S.a.w terletak di sudut timur Masjid Nabawi dahulu dinamakan Maqshurah. Setelah masjid itu diperluas, makam itu masuk dalam bagian bangunan masjid. Makam Rasulullah S.a.w itu sendiri dibatasi oleh pagar yang penuh dengan lukisan kaligrafi dan pintunya dilapisi emas yang diletakkan persis di bawah kubah berwarna hijau. Namun begitu asykar (tentara) di sana masih juga menjaga ketat dengan pagar betis di sekeliling Makam Rasulullah sehingga jamaah hanya bisa berdoa dari jarak lima meter.

Pada bangunan ini terdapat empat buah pintu :
1. Pintu sebelah kiblat dinamakan pintu At Taubah.
2. Pintu sebelah timur dinamakan pintu Fatimah.
3. Pintu sebelah utara dinamakan pintu Tahajjud.
4. Pintu sebelah barat ke Raudhah (sudah ditutup). Dalam ruangan ini terdapat 3 buah makam yaitu makam Rasulullah S.a.w, Abu Bakar As Siddiq, dan Umar ibnul Khattab.

Pernah terjadi pada zaman Shalahuddin Al Ayyubi, ketika perang salib, sebagaimana telah dicatat oleh sejarawan Ali Hafidz dalam kitab Fusul min Tarikhi AL-Madinah Al Munawarah, pihak kristen mengirim dua orang yang mempunyai wajah seperti orang Arab, datang ke Madinah dan tinggal serta bergaul dengan orang-orang Madinah.

Pada suatu hari, sang penguasa Madinah bermimpi bahwa telah datang Rasulullah S.a.w kepadanya dan meminta kepadanya untuk menyelamatkan jasad Beliau dari 2 orang yang ditunjukkan wajahnya. Setelah mimpi tersebut berkali-kali dialaminya, akhirnya beliau memanggil seluruh warga Madinah untuk berkumpul dan bersalaman kepadanya satu persatu. Akhirnya setelah diketahui, kedua orang tersebut ternyata telah membuat suatu terowongan yang mengarah ke makam Nabi Muhammad S.a.w dan berencana untuk mencuri jasad Beliau karena mereka berkeyakinan kalau jasad Nabi tidak hancur dan setelah jasad tesebut dicuri oleh mereka, maka pasukan Islam akan menyerah. Keduanya akhirnya dihukum pancung, dan Raja Mesir waktu itu menyuruh pemerintah Madinah untuk membuat batasan berupa campuran beton dan perunggu jauh ke dalam tanah untuk melindungi jasad Nabi Muhammad dan kedua sahabatnya dari pencurian.


Tempat-tempat bersejarah lain yang dapat dikunjungi di Madinah dan sekitarnya:

Makam Baqi’

Di sebelah Timur dari masjid Nabawi ada pemakaman untuk para penduduk maupun jamaah haji yang meninggal di Madinah, bernama Baqi’. Di tempat itu pula dimakamkan Utsman bin Affan R.a dan para istri Nabi S.a.w, yaitu Siti Aisyah Ra, Ummi Salamah, Juwairiyah, Zainab, Hafsah binti Umar bin Khaththab, dan Mariyah Al Qibtiyah Ra. Putra-putri Rasulullah S.a.w seperti Ibrahim, Siti Fatimah, Zainab binti Ummu Kulsum, serta beberapa sahabat Nabi S.a.w juga dimakamkan di sana.

Masjid Quba

Masjid yang terletak di daerah Quba, sekitar 5 km sebelah barat daya Madinah. Waktu Nabi S.a.w hijrah ke Madinah, orang pertama yang menyongsong kedatangan Rasulullah adalah orang-orang Quba. Kedatangan Nabi di Quba pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun 13 kenabiannya atau tahun 53 dari kelahiran beliau atau bertepatan dengan tanggal 20 September 622 M. Di sini Nabi S.a.w menempati rumah Kalsum bin Hadam, maka Rasulullah pun mendirikan masjid di atas sebidang tanah milik Kalsum. Di masjid ini pula pertama kali diadakan shalat berjemaah secara terang-terangan dan disebut kan dalam Al-Qur’an dengan nama Masjid Taqwa.

Jabal Uhud

Jabbal Uhud adalah nama sebuah bukit terbesar di Madinah. Letaknya sekitar 5km dari pusat kota Madinah. Di lembah bukit ini pernah terjadi perang dasyat antara kaum muslimin sebanyak 700 orang melawan kaum musyrikin Mekkah sebanyak 3000 orang. Dalam pertempuran tersebut kaum muslimin yang gugur sampai 70 orang syuhada,antara lain Hamzah bin Abdul Munthalib paman Nabi Muhammad S.a.w. Perang uhud terjadi pada tahun ke 3H, waktu kaum musyrikin Makkah sampai di perbatasan Madinah, umat Islam mengadakan musyawarah bersama para sahabat yang dipimpin oleh Nabi Muhammad S.a.w. Banyak para sahabat mengusulkan agar umat Islam menyosong kedatangan musuh di luar kota Madinah, usul ini akhirnya disetujui oleh Nabi Muhammad S.a.w. Beberapa orang pemanah ditempatkan di atas gunung Uhud,untuk mengadakan serangan-serangan jika kaum musyrikin mulai menggempur kedudukan umat Islam.

Dalam perang yang dasyat tersebut umat Islam hampir mendapat kemenangan yang gemilang, pasukan pemanah umat Islam yang berada di atas gunung Uhud, setelah melihat barang-barang yang ditinggalkan oleh musuh ada beberapa di antara mereka yang meninggalkan pos untuk turut mengambil barang-barang tersebut, padahal Nabi Muhammad S.a.w telah menginstruksikan agar tidak meninggalkan pos meski apapun yang terjadi. Adanya pengosongan pos oleh pemanah tersebut digunakan oleh Khalid bin Walid (sebelum masuk Islam) seorang ahli strategi yang memimpin tentara berkuda, menggerakkan tentaranya kembali guna menyerang sehingga umat Islam mengalami kekalahan yang tidak sedikit yaitu sampai 70 orang sahabat gugur sebagai syuhada. Nabi Muhammad S.a.w sendiri dalam peperangan tersebut mendapat luka-luka. setelah perang usai dan kaum musyrikin mengndurkan diri kembali ke Makkah, Nabi Muhammad S.a.w memerintahkan agar mereka yang gugur dimakamkan di tempat mereka roboh,sehingga ada satu liang kubur beberapa syuhada. Kuburan uhud waktu sekarang dikelilingi tembok.

Masjid Qiblatain

Masjid tersebut mula-mula dikenal dengan nama masjid Bani Salamah karena dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah. Pada tahun ke 2 H waktu Zhuhur di masjid tersebut tiba-tiba turunlah wahyu surat Al-Baqarah ayat 144. Dalam shalat tersebut mula-mula Rasulullah Saw menghadap ke arah Masjidil Aqsa, tetapi setelah turun ayat tersebut, beliau menghentikan sementara, kemudian meneruskan shalat dengan memindahkan arah kiblat menghadap ke Masjidil Haram. Dengan terjadinya peristiwa tersebut akhirnya masjid ini diberi nama masjid Qiblatain yang berarti masjid berkiblat dua.

Khandak/Masjid Khamsah

Khandak berarti parit. Dalam sejarah Islam yang dimaksud Khandak adalah peristiwa penggalian parit pertahanan sehubungan dengan peristiwa pengepungan kota Madinah oleh kafir Quraisy bersama sekutu-sekutunya dari Yahudi Bani Nadlir, Bani Ghathfan dan lain-lainnya.

Di saat Rasulullah S.a.w mendengar kafir Quraisy bersama sekutu-sukutunya akan menggempur kota Madinah, maka Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat-sahabatnya, bagaimana cara menanggulangi penyerangan tersebut. Pada waktu sahabat Nabi, Salman Al Farisi memberikan saran supaya Rasulullah S.a.w membuat benteng pertahanan berupa parit, usul tersebut diterima oleh Rasulullah S.a.w. Maka digalilah parit pertahanan tersebut dibawah pimpinan Rasulullah S.a.w sendiri. Peristiwa pengepungan kota Madinah ini terjadi pada bulan Syawal tahun ke-lima Hijriah.

Peninggalan perang Khandak yang ada sampai sekarang hanyalah berupa lima buah pos yang dulunya berjumlah tujuh, yang menurut sebagian riwayat tempat tersebut adalah bekas pos penjagaan pada peristiwa perang Khandak dan sekarang dikenal dengan nama Masjid Sab’ah atau Masjid Khamsah.

Wassalam

Baca juga:
Pentingnya Mengkaji Sirah Nabawiyah
Maulid Nabi - Menghadirkan Kembali Perikehidupan Rasulullah S.A.W

Previous
Next Post »