Sekte Wahabiyah ini didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi (1115-1206 Hijriyah atau 1703-1791 Masehi), dia telah belajar sedikit ilmu agama dari beberapa gurunya termasuk ayahnya sendiri.
Disebutkan bahwa dia gemar membaca berita dan kisah-kisah para pengaku kenabian (nabi palsu), seperti Musailamah al Kadzdzab, Sujah, Aswad al Ansi dan Thulaihah al Asdi. Sejak masa studinya telah tampak dari gelagatnya penyimpangan besar, sehingga ayahnya dan para gurunya mengingatkan masyarakat akan bahaya penyimpangannya. Mereka bertutur, “Anak ini akan tersesat dan akan menyesatkan banyak orang yang Allah sengsarakan dan jauhkan dari rahmat-Nya!”
Disebutkan bahwa dia gemar membaca berita dan kisah-kisah para pengaku kenabian (nabi palsu), seperti Musailamah al Kadzdzab, Sujah, Aswad al Ansi dan Thulaihah al Asdi. Sejak masa studinya telah tampak dari gelagatnya penyimpangan besar, sehingga ayahnya dan para gurunya mengingatkan masyarakat akan bahaya penyimpangannya. Mereka bertutur, “Anak ini akan tersesat dan akan menyesatkan banyak orang yang Allah sengsarakan dan jauhkan dari rahmat-Nya!”
Pada tahun 1143 H, Muhammad ibn Abdil Wahhab menampakkan ajakannya kepada aliran baru, akan tetapi ayahnya bersama para masyaikh, guru-guru besar di sana berdiri tegak menghalau kesesatannya itu. Mereka menbongkar kebathilan ajakannya. Ajakannya tidak laku, sehingga ketika ayahnya wafat pada tahun 1153 H, ia mulai leluasa dalam ajakannya. Ia mulai menyuarakan kembali ajakannya di kalangan para awam yang lugu dan tak tahu banyak tentang agama, maka sekelompok orang awam menerima ajakannya dan mendukungnya. Atas kelahiran sekte sempalan (ajaran sesat) ini, masyarakat di sana bangkit dan hampir-hampir membunuh Ibnu Abdil Wahhab (penganjurnya).
Ia melarikan diri ke kota Al ‘Aniyyah. Di sana ia mendekatkan diri kepada Emir kota tersebut, ia menikah dengan saudari Emir. Di sana ia memulai kembali ajakannya kepada bid’ah yang ia cetuskan itu, tetapi tidak lama kemudian, masyarakat Al ‘Ainiyyah keberatan dengan ajakannya, mereka mengusirnya dari kota tersebut. Ia pergi meninggalkan Al ‘Ainiyyah menuju Ad Dir’iyyah (sebelah timur kota Najd), sebuah daerah yang dahulu ditinggali oleh Musailamah al kadzdzab yang mengaku-ngaku sebagai nabi itu dan dari kota itulah gerombolan kaum murtaddin berusaha menyerang kota Madinah sepeninggal Nabi SAW.
Di kota tersebut ia mendapat dukungan dari Emirnya yaitu Muhammad ibn Sa’ud, dan masyarakat di sana menyambut ajakannya dengan hangat.
Ketika itu, ia bertingkah seakan seorang mujtahid agung. Ia tidak pernah menghiraukan pendapat para imam dan ulama terdahulu maupun yang se-zaman dengannya, sementara itu semua tahu bahwa ia sangat tidak layak untuk mensejajarkan dirinya di barisan para ulama mujtahidin. Demikianlah disifati oleh saudara kandunganya, seorang alim besar bermana Sulaiman ibn Abdil Wahhab. Sebagai saudara kandung ia tahu persis kondisi saudaranya tersebut. Syekh Sulaiman ini telah menulis sebuah buku yang menjelaskan ajakan saudaranya yang sesat dan menyimpang itu.
Diantaranya beliau (Syekh Sulaiman) mengatakan: "Sekarang, orang-orang telah ditimpa bala (bencana) dengan seorang yang mengaitkan dirinya dengan Al Qur’an dan Sunnah, menyimpulkan dari keduanya dan tidak menghiraukan sesiapa yang menyelisihinya. Siapa yang menyelisihinya adalah kafir menurutnya. Demikinlah, sementara ia bukan seorang yang menyandang satu dari sekian banyak syarat ijtihad, tidak bahkan sepersepuluh syaratnya pun tidak ia miliki. Namun demikian ucapannya laris di kalangan kaum jahil. Inna Lilahi wa Inna Ilahi Raji’un.".
Dasar Pemikiran Aliran Wahabi.
Sekte Wahhabiyah memiliki dasar doqma ajaran yang dinyatakan dan dasar yang tersembunyi. Dasar yang dinyatakan adalah memurnikan tauhid hanya untuk Allah S.w.t, memerangi syirik dan berhala-berhala (sesembahan) selain Allah. Akan tetapi realita sepak terjang sekte ini tidak mencerminkan sedikit pun dasar yang mereka nyatakan.
Adapun dasar yang tersembunyi ialah merobek-robek kasatuan umat Islam, membangkitkan fitnah dan mengobarkan peperangan di antara sesama mereka demi kepentingan para penjajah Barat. Ini adalah poros yang seluruh upaya dan usaha kaum Wahabi bergerak untuknya sejak awal pembentukannya hingga hari ini. Inilah dasar sesungguhnya sekte ini yang untuknya dasar pertama yang dinyatakan dieksploitasi demi merayu kaum awam yang lugu dan kosong pamahaman agama mereka.
Tidak diragukan lagi bahwa slogan memurnikan Tauhid hanya untuk Allah S.w.t dan memerangi kemusyrikan adalah slogan yang sangat menawan dan memikat, dibawah slogan itu mereka yang telah terjaring aliran akan bersemangat, sementara itu mereka tidak memahami bahwa slogan itu hanya sekedar kedok demi merealisasikan tujuan awal yang disembunyikan itu.
Para peneliti sejerah aliran Wahhabiyah telah membuktikan bahwa ajakan ini telah dibentuk atas perintah langsung Kementrian Urusan Penjajahan Kerajaan Inggris. Sebagai contoh baca buku Pilar-pilar Penjajahan tulisan Khairi Hammad, Tarikh Najd tulisan Lison John Philippi yang menyamar dengan nama Abdullah Philippi serta Wahhabiyah Naqdun wa Tahlil tulisan Hamayun Hamta.
Pilar Pemikiran Aliran Wahhabiyyah.
Kaum Wahabi membagi akidahnya menjadi dua bagian:
Pertama: Yang datang dalam Al Qur’an dan atau Sunnah. Mereka mengklaim bahwa bagian ini mereka ambil dari dasar Al Qur’an dan Sunnah tanpa berujuk (merujuk) kepada ijtihad para mujtahidin dalam memahami maknanya, baik dari kalangan Sahabat, Tabi’in atau para imam mujtahidin lainnya.
Kedua: Apa-apa yang tidak ada nash yang datang tentangnya. Di sini mereka mengklaim mengambilnya dari pemahaman Imam Ahmad dan Ibnu Taimiyah.
Akan tetapi dalam kedua perkara ini mereka mengalami kegagalan, mereka terjatuh dalam kontradiksi dan akhirnya menerjang hal-hal yang terlarang, sebagai contoh:
1). Mereka Sangat Literalis (Tekstual)
Mereka beku dan terpaku atas makna-makna yang mereka fahami dari zahir sebagian nash (tulisan atau teks), karenanya mereka menyalahi dasar-dasar, ushul dan ijma’. Dari sini Syeikh Muhammad Abduh menyifati mereka dengan, “Sangat sempit kesabaran dan kreatifitasnya, sesak dadanya dibanding kaum muqallid, mereka berpandangan wajib hukumnya mengambil makna lahiriyah yang difahami dari teks yang datang dan mengikat diri dengannya tanpa memperhatikan apa yang ditetapkan oleh dasar-dasar yang atasnya agama ini ditegakkan.”.
2). Mereka Menyalahi Imam Ahmad
Pada kenyataannya, mereka telah nyata-nyata menyalahi Imam Ahmad dalam hal pengkafiran sesiapa yang menyalahi mereka, sementara itu mereka tidak menemukan pada fatwa-fatwa Imam Ahmad yang dapat dijadikan dasar untuk keyakinan mereka tersebut. Bahkan sebaliknya, prilaku hidup dan fatwa-fatwa Imam Ahmad bertolak belakang dengan mereka. Beliau tidak mengafirkan ahli Kiblat (kaum Muslim) karena sebab dosa, baik dosa besar atau kecil kecuali sengaja meninggalkan shalat. Selain itu mereka juga tidak menemukan pada Ibnu Taimiyah sesuatu yang dapat menjadi bukti kebenaran akidah mereka (tentang pengafiran), bahkan yang datang dari Ibnu Taimiyah adalah bertolak belakang dengannya. Ibnu Taimiyah berkata: “Sesiapa yang mencintai teman-teman satu pendapat, memusuhi yang menyalahinya, memecah belah jama’ah kaum Muslim, mengafirkan dan menuduh fasik mereka yang menyelisihinya dalam masalah-masalah pandangan dan rana ijithad serta menghalalkan memerangi mereka maka ia tergolong ahli tafarruq dan ikhitlâf (pemecah belah umat dan pengobar perselisihan).”.
Dengan demikian kaum Wahabi, sesuai fatwa Ibnu Taimiyah, adalah Kaum Pemecah Belah Umat dan Pengobar Perselisihan!
3). Akidah Wahhabiyah Dalam Masalah Hukum Menziarahi Makam-makam (kuburan).
Akidah Wahhabiyah dalam masalah hukum menziarai makam-makam (kuburan). meniscayakan harus dikafirkan dan dimusyrikkannya Imam Ahmad ibn Hanbal dan sesiapa yang menyetujui pendapatnya! Dan darah-darah mereka adalah halal untuk dicucurkan dan harta-harta mereka adalah halal untuk dirampas!
Ibnu Taimiyah telah menukil bahwa Imam Ahmad ibn Hanbal telah menulis satu juz tentang ziarah makam Imam Husain as. Di Karbala, apa yang harus dilakukan oleh peziarah. Ibnu Taimiyah berkata: “Sesungguhnya manusia di zaman Imam Ahmad senantiasa mendatangi makam Husain.”.
Sementara dalam akidah kaum Wahhabiyah mengadakan perjalanan ke makam-makam dengan tujuan menziarainya adalah syirik yang karenanya pelakunya berhak dihalalkan darah dan hartanya!. Maka dengan dasar akidah tersebut, Imam Ahmad dan kaum Muslimin yang hidup sezaman atau sebelum dan sesudahnya yang berpendapat bahwa praktik tersebut adalah mustahab adalah halal darah dan harta mereka!. Bahkan dapat disimpulkan dari keyakinan mereka, bahwa seluruh umat Islam itu kafir dan musyrik, dan tidak terkecuali para sahabat Nabi S.A.W juga.
4). Hal yang sama juga berlaku pada Keyakinan Wahhabiyah tentang Memohon Syafa’at Dari Nabi S.A.W
Dalam pandangan Wahhabiyah, memohon syafa’at dari Nabi S.a.w setelah wafatnya Beliau, adalah syirik. Dan sesiapa yang mengatakan: “Wahai Rasulullah berilah aku syafa’atmu!” maka ia telah syirik akbar, terbesar, karena dalam anggapan Wahhabiyah orang tersebut telah menjadikan Nabi S.a.w sebagai arca yang disembah selain Allah. Karenanya ia kafir dan musyrik, darah dan hartanya halal! Padahal telah tetap dalam hadits shahih bahwa banyak dari sahabat dan tabi’in yang melakukannya. Ibnu Taimiyah pun telah menshahihkannya dari banyak jalur periwayatan. Ia meriwayatkannya dari al Baihaqi, ath Thabarani, Ibnu Abi ad Dunya, Ahmad ibn Hanbal dan Ibnu as Sunni. Kendati kemudian ia tetap bersikeras meyakini pendapatnya dan menyelisihi hadis shahih. Namun demikian Ibnu Taimiyah tidak menganggapnya sebagai syirik, seperti yang diyakini kaum Wahhabiyah!!. (Lebih lanjut baca az Ziyarah; Ibnu Taimyah:7/101-106).
Maka atas dasar akidah kaum Wahhabiyah itu, maka para sahabat dan tabi’an telah kafir dan menyekutukan Allah dan tentunya wajib dibunuh!. Dan tidak hanya mereka yang dihukumi kafir oleh kaum Wahhabiyah, akan tetapi, orang-orang lain pun yang telah sampai kepada mereka praktik para sahabat dan tabi’in tersebut dalam memohon syafa’at dari Nabi S.a.w. Kemudian tidak mengingkarinya dan tidak mengafirkan mereka, maka ia juga kafir, darah dan hartanya halal.
Dengan demikian, siapa yang akan selamat dari vonis kafir oleh kaum Wahhabiyah!?!? Lalu siapakah sebenarnya 'Salaf' panutan mereka itu??, jika para Sahabat dan Tabi’in (yang merupakan generasi ke-emasan) telah mereka kafirkan?
5). Akidah Wahhabiyah Tentang Sahabat Nabi S.A.W
Seperti telah lewat disebutkan, bahwa keyakinan Wahhabiyah meniscayakan kafirnya sebagian besar sahabat yang hidup sepeninggal Nabi S.a.w dimana mereka membolehkan memohon syafa’at dari Nabi S.a.w Atau membolehkan safar, mengadakan perjalanan menuju makam suci Nabi S.a.w atau menyaksikan sahabat lain atau orang lain melakukannya tetapi tidak menegurnya atau menvonisnya kafir dan syirik dan tidak pula menghalalkan darah dan hartanya. Ini adalah konsekuensi logis akidah mereka itu, dan demikianlah mereka telah menvonis. Akan tetapi dalam ajakan kapada alirannya, mereka berpura-pura mengagungkan para sahabat Nabi S.a.w demi merayu kaum awam yang lugu. Sebagaimana mereka sepertinya juga takut dari berterus terang.
Kaum Wahhabiyah juga mencerca para sahabat yang hidup sezaman dengan Nabi S.a.w. Muhammad ibn Abdil Wahhab pendiri sekte ini berkata tentang sahabat Nabi S.a.w: “Sekelompok sahabat ada yang berjihad bersama Rasulullah, shalat bersamanya, membayar zakat, berpuasa dan haji, namun demikian mereka itu adalah kaum kafir dan jauh dari Islam.”.
Dan sebagai bukti kebencian mereka kepada sahabat Nabi S.a.w, kaum Wahhabiyah memuji Mu’awiyah setinggi langit! Demikian juga dengan Yazid putranya. Sementara sejarah tidak menyaksikan seorang yang lebih memusuhi Sabahat setia Nabi S.a.w lebih dari Mu’awiyah. Dan tidak ada seorang yang sangat membenci dan menghina para Sahabat Nabi S.a.w lebih dari Yazid bin Mu’waiyah.
Dalam tiga tahun masa kekuasannya, Yazid bin Mu’awiyah telah melakukan tiga kejahatan dan kekafiran besar:
1). Membantai Keluarga Nabi S.A.W, Sayyidina Husain dan keluarga, serta pengikut setianya di padang Karbala.
2) Membantai Penduduk Kota Suci Madinah dan membebaskan pasukannya untuk berbuat apa saja selama tiga hari. Sehingga ratusan penduduk sipil dibantai, tidak terkecuali anak-anak kecil dan kaum manula. Tidak cukup itu mereka memperkosa putri-putri sahabat mulia, sehingga tidak kurang dari 1000 gadis mereka perkosa.
3) Membombardir Ka’bah dengan alasan menekan basis pertahanan Abdullah ibn Zubair.
Selain itu, sejarah mencatat bahwa Yazid bin Mu’awiyah adalah pemabuk berat, tetapi anehnya kaum Wahhabiyah malah tak henti-hentinya memujinya setinggi langit. Sampai-sampai kementrian pendidikan, wazarah al Ma’arif Kerajaan Saudi Arabia menerbitkan buku dengan judul Haqaiq ‘An Amîrul Mu’minin Yazid.
~ Semoga Kita Semua dijauhkan dari Fitnah dari Najd (Wahabi Salafy) ~
Dalam Hadis riwayat al-Bukhari, Muslim, dan lain-lain, Nabi S.a.w bersabda, “Di Najd, akan muncul generasi pengikut Setan.”.
sumber: http://listiamank.heck.in/sekilas-asal-usul-aliran-sesat-wahabi-sa.xhtml
3 Komentar
Write Komentarsubhaanallah... terkesan sekali membuat artikel dengan emosi yang sangat tinggi. bahkan tanpa menyebutkan satu pun sumber yang kredibel.
ReplySalafi adalah generasi Salafus Sholih pada zaman Rosululloh
ReplyAlangkah Indah dan gentlenya kalau diadakan temu wicara dan saling membuktikan argumen argumennya terbuka disaksikan orang awam. Sehingga orang awam tidak bingung dan ragu....Ayo Mas Admin....wujudkan .....
ReplyEmoticonEmoticon