Apa saja Ciri Khas dari Ulama Wahabi Salafy dan Penganutnya? Simak ciri-cirinya seperti yang telah tertulis dibawah ini:
► Kata kunci dan tema sentral dari fatwa para ulama Wahabi Salafi berkisar pada bid'ah, syirik, kufur, dan syiah rafidlah kepada kelompok Islam atau muslim lain yang tidak searah dengan mereka. Kita akan sering menemukan salah satu dari 4 kata itu dalam setiap fatwa mereka.
► Dalam memberi fatwa, tokoh utama ulama Wahabi Salafi akan langsung berijtihad sendiri dengan mengutip ayat dan hadits yang mendukung. Atau kalaupun mengutip fatwa ulama, mereka akan cenderung mengutip fatwa dari Ibnu Taimiyah atau Ibnul Qayyim. Selanjutnya, mereka akan membuat fatwa sendiri yang kemudian akan menjadi dalil para pengikut Wahabi. Dengan kata lain, pengikut Wahabi hanya mau bertaklid buta pada ulama Wahabi.
► Tokoh atau ulama Wahabi Salafi level kedua ke bawah akan cenderung menjadikan fatwa tokoh Salafi level pertama sebagai salah satu rujukan utama. Atau kalau tidak, akan memberi fatwa yang segaris dengan ulama Wahabi level pertama.
► Kalangan ulama atau tokoh Wahabi Salafi tidak suka atau sangat jarang mengutip pendapat ulama salaf seperti ulama madzhab yang empat dan yang lain kecuali madzhab Hanbali yang merupakan tempat rujukan asal mereka dalam bidang fiqih walaupun tidak mereka akui secara jelas. Hanya pendapat Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim yang sering dikutip untuk pendapat ulama di atasnya Muhammad ibnu Abdil Wahhab terutama dalam bidang yang menyangkut aqidah.
► Di mata ulama Wahabi, perayaan keislaman yang boleh dilakukan hanyalah hari raya idul fitri dan idul adha. Sedangkan perayaan yang lain seperti maulid Nabi Muhammad, peringatan Isra' Mi'raj dan perayaan tahun baru Islam dianggap haram dan bid'ah.
► Gerakan-gerakan atau organisasi Islam yang di luar Wahabi Salafi atau yang tidak segaris dengan manhaj (aturan standar ideologi) Wahabi akan mendapat label syirik, kufur atau bid'ah.
► Semua lulusan universitas Arab Saudi dan afiliasinya adalah kader Wahabi Salafi. Sampai terbukti sebaliknya.
► Pengikut/aktivis Wahabi Salafi tidak mau taklid (mengikuti pendapat) ulama salaf (klasik) dan khalaf (kontemporer), tapi dengan senang hati taklid kepada pendapat dan fatwa ulama-ulama Wahabi Salafi atau fatwa- fatwa yang dikeluarkan oleh Al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts wal Ifta' dan lembaga serta ulama-ulama yang menjadi anggota Hai'ah Kibaril Ulama yang nama lengkapnya adalah Ar-Riasah al-Ammah lil Buhuts wal Ifta'.
► Pengikut/aktivis sangat menghormati ulama-ulama mereka dan selalu menyebut para ulama Wahabi dengan awalan Syekh dan kadang diakhiri dengan "Rahimahullah" atau "Hafidzahullah". Seperti, Syeikh Utsaimin, Syeikh Bin Baz, dll. Tapi menyebut ulama-ulama lain cukup dengan memanggil namanya saja.
► Ulama Wahabi Salafi utama (kecuali Nashiruddin Albani yang asli Albania) mayoritas berasal dari Arab Saudi dan bertempat tinggal di Arab Saudi. Oleh karena itu, mereka umumnya memakai baju tradisional khas Arab Saudi yaitu gamis/jubah warna putih, surban merah, surban putih, maslah yaitu jubah luar tanpa kancing warna hitam atau coklat yang biasa dipakai raja. Lihat baju luar yang dipakai Abdul Wahab dan Al-Utsaimin.
Oleh karena itu, saat kita membaca buku, kitab atau browsing di internet, tidak sulit menengarai pada fatwa ulama non-Wahabi, mana fatwa yang berasal dari Wahabi Salafi dan mana tulisan sebuah website atau blog yang penulisnya adalah pengikut Wahabi.
Sayangnya, tidak sedikit dari kalangan awam yang terkadang tidak sadar bahwa fatwa agama dalam buku atau situs internet yang mereka baca berasal dari fatwa Wahabi Salafi. Semoga dengan informasi ini, para pencari informasi keagamaan akan semakin tercerahkan.
Intinya, cara termudah mengetahui apakah seorang ulama, ustadz atau tokoh agama atau orang awam biasa itu berfaham Wahabi Salafi adalah dari latar belakang pendidikannya, buku atau kitab yang dikutip, dan cara memanggil ulama Wahabi dan ulama non-Wahabi (lihat poin ke 9).
source: http://listiamank.heck.in/ciri-khas-ulama-wahabi-salafy-dan-pengik.xhtml
Masalah-masalah yang menjadi Fokus Dakwah kaum Salafi-Wahabi
Kaum 'salafi' ekstrim berpegang teguh dengan beberapa masalah yang sebenarnya tidak mewakili mayoritas umat. Lagi pula, semua masalah tersebut bersifat furu'iyyah (cabang). Ironisnya, mereka justru menjadikannya sebagai barometer untuk pengelompokkan kaum muslimin. Kemudian mereka meneriakkan kepada seluruh masyarakat bahwa masalah itu sudah punya rumusan hukum yang qath'i (pasti) dan tidak ada pertentangan di dalamnya.
Tidak kalah anehnya, mereka juga mengklaim bahwa kebenaran hanya ada di tangan mereka. Orang yang mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan mereka akan diklaim sebagai pemberontak, fasik dan menyimpang. Paling tidak, orang itu akan dianggap sebagai hamba yang tidak taat dan meremehkan agama, bahkan diklaim sebagai ingkar sunnah.
Mereka menyibukkan kaum muslimin dengan berbagai permasalahan tersebut. Sekalipun, mayoritas dalil yang melegitimasi pendapat mereka hanyalah dalil lemah, bahkan cacat. Oleh karena itu, di bawah ini penulis akan memaparkan berapa dalil yang digunakan para ulama menjawab sejumlah masalah di atas.
Perlu kami tekankan, bahwa kita tidak boleh menjadikan beberapa masalah di atas sebagai barometer atau standaritas untuk mengotak-ngotak kaum muslimin menjadi beberapa kelompok. Namun, yang pantas kita jadikan tolak ukur adalah tingkat kecintaan kita kepada Allah Ta'ala, Rasulullah S.a.w dan pokok-pokok agama yang yang sudah disepakati para ulama.
Kami memilih 17 masalah dari banyak masalah di atas, yaitu:
01. Mensifati Allah Ta'ala dengan ruang (tempat).
02. Menghina pengikut mazhab Asy'ariyah.
03. Mengingkari praktek taklid dalam mazhab fikih yang empat.
04. Lancang mengobral fatwa tanpa didasari keahlian dan ketentuan.
05. Memperluas pemahaman bid'ah sehingga menyebabkan sebagian besar kaum muslimin dianggap sebagai ahli bid'ah.
06. Mengharamkan tawasul kepada Rasulullah S.a.w dan menganggapnya sebagai perbuatan syirik kepada Allah.
07. Mengharamkan shalat di masjid yang di dalamnya terdapat makam, dan memerintahkan secara terang-terangan untuk membongkarnya.
08. Menganggap tabarruk (mengambil berkah) dengan atsar (peninggalan) Nabi S.a.w dan orang yang saleh lainnya sebagai termasuk perbuatan syirik kepada Allah.
09. Mengharamkan peringatan Maulid Nabi Muhammad S.a.w dan menganggapnya sebagai perbuatan bid'ah.
10. Mengharamkan safar (perjalanan) untuk menziarahi makam Rasulullah S.a.w dan juga makam-makam Nabi maupun orang-orang saleh lainnya.
11. Menuduh orang yang mengharapkan sesuatu dengan berkata "Demi Nabi S.a.w" sebagai tindakan syirik kecil.
12. Mengklaim kedua orangtua Rasulullah S.a.w sebagai ahli neraka di hari kiamat kelak.
13. Orang meninggal tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap orang yang menziarahi makamnya.
14. Mengingkari berbabagai macam dzikir dan wirid.
15. Menganggap biji tasbih sebagai bid'ah.
16. Berpedoman pada penampilan lahir, dan menjadikan bentuk pakaian tertentu sebagai bagian dari ibadah.
17. Berdakwah tanpa bekal yang cukup, dan mencampuradukkan antara nasihat (tablig) dengan ilmu.
~ Prof. Dr. Ali Jum'ah (Mufti Agung Mesir) ~
Dikutip dari Buku “Menjawab Dakwah Kaum 'Salafi'"
source: http://www.sarkub.com/2013/masalah-masalah-yang-menjadi-fokus-dakwah-kaum-salafi-wahabi/
Masalah-masalah yang menjadi Fokus Dakwah kaum Salafi-Wahabi
Kaum 'salafi' ekstrim berpegang teguh dengan beberapa masalah yang sebenarnya tidak mewakili mayoritas umat. Lagi pula, semua masalah tersebut bersifat furu'iyyah (cabang). Ironisnya, mereka justru menjadikannya sebagai barometer untuk pengelompokkan kaum muslimin. Kemudian mereka meneriakkan kepada seluruh masyarakat bahwa masalah itu sudah punya rumusan hukum yang qath'i (pasti) dan tidak ada pertentangan di dalamnya.
Tidak kalah anehnya, mereka juga mengklaim bahwa kebenaran hanya ada di tangan mereka. Orang yang mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan mereka akan diklaim sebagai pemberontak, fasik dan menyimpang. Paling tidak, orang itu akan dianggap sebagai hamba yang tidak taat dan meremehkan agama, bahkan diklaim sebagai ingkar sunnah.
Mereka menyibukkan kaum muslimin dengan berbagai permasalahan tersebut. Sekalipun, mayoritas dalil yang melegitimasi pendapat mereka hanyalah dalil lemah, bahkan cacat. Oleh karena itu, di bawah ini penulis akan memaparkan berapa dalil yang digunakan para ulama menjawab sejumlah masalah di atas.
Perlu kami tekankan, bahwa kita tidak boleh menjadikan beberapa masalah di atas sebagai barometer atau standaritas untuk mengotak-ngotak kaum muslimin menjadi beberapa kelompok. Namun, yang pantas kita jadikan tolak ukur adalah tingkat kecintaan kita kepada Allah Ta'ala, Rasulullah S.a.w dan pokok-pokok agama yang yang sudah disepakati para ulama.
Kami memilih 17 masalah dari banyak masalah di atas, yaitu:
01. Mensifati Allah Ta'ala dengan ruang (tempat).
02. Menghina pengikut mazhab Asy'ariyah.
03. Mengingkari praktek taklid dalam mazhab fikih yang empat.
04. Lancang mengobral fatwa tanpa didasari keahlian dan ketentuan.
05. Memperluas pemahaman bid'ah sehingga menyebabkan sebagian besar kaum muslimin dianggap sebagai ahli bid'ah.
06. Mengharamkan tawasul kepada Rasulullah S.a.w dan menganggapnya sebagai perbuatan syirik kepada Allah.
07. Mengharamkan shalat di masjid yang di dalamnya terdapat makam, dan memerintahkan secara terang-terangan untuk membongkarnya.
08. Menganggap tabarruk (mengambil berkah) dengan atsar (peninggalan) Nabi S.a.w dan orang yang saleh lainnya sebagai termasuk perbuatan syirik kepada Allah.
09. Mengharamkan peringatan Maulid Nabi Muhammad S.a.w dan menganggapnya sebagai perbuatan bid'ah.
10. Mengharamkan safar (perjalanan) untuk menziarahi makam Rasulullah S.a.w dan juga makam-makam Nabi maupun orang-orang saleh lainnya.
11. Menuduh orang yang mengharapkan sesuatu dengan berkata "Demi Nabi S.a.w" sebagai tindakan syirik kecil.
12. Mengklaim kedua orangtua Rasulullah S.a.w sebagai ahli neraka di hari kiamat kelak.
13. Orang meninggal tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap orang yang menziarahi makamnya.
14. Mengingkari berbabagai macam dzikir dan wirid.
15. Menganggap biji tasbih sebagai bid'ah.
16. Berpedoman pada penampilan lahir, dan menjadikan bentuk pakaian tertentu sebagai bagian dari ibadah.
17. Berdakwah tanpa bekal yang cukup, dan mencampuradukkan antara nasihat (tablig) dengan ilmu.
~ Prof. Dr. Ali Jum'ah (Mufti Agung Mesir) ~
Dikutip dari Buku “Menjawab Dakwah Kaum 'Salafi'"
source: http://www.sarkub.com/2013/masalah-masalah-yang-menjadi-fokus-dakwah-kaum-salafi-wahabi/
1 Komentar:
Write KomentarWahai kaum muslimin dan muslimat berpegang teguhlah kalian pd alquran dan alhadits insyaAllah selamat dunia dan akhirat...
ReplyEmoticonEmoticon